Guru

Bagi saya, guru adalah harapan terakhir untuk bertanya mengenai hal-hal yang tidak saya pahami dari suatu pelajaran. Guru dalam beberapa hal saya anggap sebagai dewa: yang perkataannya saya percayai, dan tingkah lakunya saya teladani. Kadangkala mereka menjadi teman: tempat mencurahkan masalah kehidupan, pemberi semangat di kala gerah. Di suatu waktu mereka menjadi orangtua: melaksanakan fungsi untuk menyayangi dan menasehati. Saya menganggap profesi guru sebagai pekerjaan yang keren (atau biasa saya sebut ‘gaul’).

Seni
Mempelajari sebuah pelajaran untuk diri sendiri lebih mudah dibanding dengan membagikannya kepada orang lain. Ibaratnya lebih mudah memakan roti sendiri daripada menyuruh orang lain memakan roti tersebut. Agar orang lain tertarik memakannya, mungkin roti tadi memerlukan tambahan meses atau parutan keju. Nah, begitulah kira-kira mengajar. Materi pelajaran bisa jadi sama sepanjang waktu. Dalam bahasa Inggris misalnya kita mengenal istilah vocabulary atau kosa kata. Vocabulary sangat dibutuhkan karena tanpanya seseorang akan sulit mentransformasikan bahasanya ke dalam bahasa Inggris. Menyuruh siswa menghafalkannya bisa jadi merupakan tantangan bagi guru. Dan tentunya ada banyak cara, guru bisa menyuruh siswa menyanyikan vocabulary tertentu, menghafal vocabulary dari lirik lagu barat favorit, menggunakan kartu bergambar, membaca komik berbahasa Inggris, dan banyak lagi. Tinggal diatur sesuai dengan umur siswa atau minatnya.

Guru adalah profesi yang penuh tantangan. Saat mengajar, guru sebisa mungkin harus tampil sempurna. Mereka harus berpikir metode, menguasai bahan, mengantisipasi pertanyaan, dan sedapat mungkin tidak mengatakan ‘tidak tahu’ kepada murid. Tidak heran, kebanyakan orang menganggap bahwa mengajar adalah seni.

Meningkat


Sekarang ini, profesi guru sepertinya kian diminati. Saya sempat berbincang dengan seorang dosen dari FKIP Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Dia mengakui bahwa memang benar minat lulusan SMA untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Keguruan cenderung meningkat. Salah satu indikator peningkatan ini menurutnya dapat dilihat dari pengajuan berkas Undangan Seleksi Masuk Universitas (USMU) pada tahun ajaran 2011/2012 di Unsyiah, FKIP menempati peringkat kedua setelah Fakultas Kedokteran.

Menurutnya, peningkatan tersebut boleh jadi disebabkan oleh lapangan kerja bagi guru yang sekarang terbuka luas. Selain itu, sistem sertifikasi guru yang membuat gaji guru meningkat dua kali lipat dari gaji pokok agaknya menjadi faktor penarik tersendiri. “Masa depan guru sekarang cerah,” tambahnya.

Karena Menjadi Guru itu Mulia


Syukurlah bahwa pemerintah sekarang sudah lebih memikirkan kesejahteraan guru.  Sedikit-banyak, beban kehidupan guru telah teringankan dengan kebijakan tersebut. Lebih lanjut, peran pemerintah dalam peningkatan sarana dan prasarana penunjang di fakultas-fakultas keguruan juga tentunya dinanti: guru-guru berkualitas tentunya dihasilkan dari fakultas berkualitas. Mudah-mudahan profesi guru tidak lagi dianggap sebagai profesi “kedua” di negeri ini: profesi yang dipilih ketika profesi pilihan utama tidak tercapai. Dan mudah-mudahan pula animo masyarakat dalam melanjutkan pendidikan di fakultas keguruan bukan hanya sebatas karena tergiur oleh kesejahteraan guru yang semakin terjamin, tapi benar-benar karena panggilan jiwa.

Akhirnya, menjadi guru adalah sebuah kemuliaan: penerang otak yang buram, penyeberang manusia dari samudera kebodohan. Buat semua guru saya, baik yang di rumah (orangtua), ruangan kelas, atau lingkungan luas, saya ucapkan: gracias.

Dan terima kasih telah berkunjung. Saya tunggu komentarnya. Salam.



foto: banjar-jabar.go.id

Friday, July 22, 2011 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Comments (2)

  1. Puisi ttg guru.


    Guru....................




    sekian, dan terima kasih.

  2. ok kak dila. terima kasih kembali. hehe

Leave a Reply