Tentang Menunggu dan Harap-harap Cemas

Menunggu bukan perkara enak, bahkan untuk sesuatu yang bersifat enak, seperti menunggu kebab dimasak, dan mangga muda dikupas. Apalagi menunggu dilamar? Kebayang tidak tahannya, eh, maksudnya tidak enaknya, hehe.


Kebetulan tanggal merah jatuh pada hari minggu. Kalau masa sekolah dulu, pasti saya berteriak, “arrgggghhh!” dari dulu saya berharap hari libur jatuh pada hari selain hari minggu, yang memang sudah libur! Di akhir Desember ini tidak tanggung-tanggung, dua hari minggu menjadi hari libur, yaitu Natal dan Tahun Baru. Bukan masalah apa-apa, kalau libur koran tidak terbit. Terus apa hubungannya? Saya jadi lama menunggu tulisan saya terbit apa tidak! Haha!

Kemarin saya mengirim cerpen dengan tema Hari Ibu ke beberapa media. Saya sangat berharap tulisan saya dimuat, hitung-hitung sebagai hadiah Hari Ibu bagi mamak saya di rumah, dan ibu-ibu di mana pun kalian berada. Mudah-mudahan terbit lah, walau momen beberapa minggu ke depan bukan itu lagi.

Dan akhirnya, menunggu itu juga asik. Menunggu menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan sensasi dag-dig-dug (terus di mana asiknya?? Hehe). Semoga saya dan segenap sidang pembaca selalu sabar dalam menunggu. Menunggu bukan tentang kesabaran, tapi juga tentang kesetiaan dan cinta kasih (ntah pa ntah, hehe). Salam.





pic: http://www.flickr.com/photos/adrian_brya....61450/

Saturday, December 24, 2011 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments

Comments (3)

  1. Ya, seperti kesimpulan kita kemarin Boy, paling tidak redaktur menjadi familiar dengan e-mail dan nama kita. Yang jelas redaksi harus selalu kita "teror", paling tidak seminggu sekali; tidak peduli itu tanggal merah, tanggal biru atau bahkan pink. hehe. Caiyo ma brah!

  2. hehehe,
    tulis!
    tulis!
    tulis!
    kirim!
    kirim!
    kirim!

Leave a Reply