Archive for January 2012

Jalan masih Panjang

Pagi itu, seperti biasa saya mengambil koran yang telah tergantung di sela jeruji pagar. Hari itu hari Sabtu: hari di mana koran lebih saya nantikan. Apa lagi kalau bukan karena rubrik opini Serambi Indonesia hari Sabtu memang dikhususkan untuk mahasiswa. Dan terlebih minggu itu saya mengirimkan tulisan.

Wah, terbit! Opini saya akhirnya diterbitkan juga, setelah beberapa kali mengirim tulisan. Saya cukup senang, tahun ini itulah tulisan pertama saya di media. (klik di sini untuk baca)

Seorang senior saya dan juga mentor saya dalam menulis mengingatkan agar saya jangan terlalu senang. Saya hanya baru merangkai tangga dan naik satu jejak. Ada banyak anak tangga lain yang harus saya daki. Banyak penulis yang berhenti ketika sebuah karyanya diterbitkan. Mereka keburu puas. Dia bilang, saya harus terbang lebih tinggi. Terus menulis. Tanpa peduli diterbitkan atau tidak. Saya mengangguk.

Akhirnya, setiap hal membutuhkan proses dan kesabaran. Saya bercita-cita ingin jadi penulis. Saya belum jadi apa-apa. Jalan masih panjang.


pic: vi.sualize.us

Monday, January 30, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Langkah


















Saat wajah dijamah matahari
Mata menjadi silau tak peduli
Ah, kadang aku tak berlari
Ah, kadang jemu hati ini
Menyiang rumput basah yang resah
Tak sampai jiwa melihat penantianmu yang susah
“Aku datang,” kataku selalu
“Aku tunggu,” jawaban abadimu
..Semoga kasih Allah selalu pada kita.


pic: kaskus.us

by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Memulai lagi

Teman-teman saya banyak yang sudah menjadi orang. Ada yang terbang ke Jepang mengikuti kompetisi, ada yang namanya saban minggu bisa dibaca orang di koran, ada yang..macam-macam lah, hehe. Nah saya?

Saya seringkali merencanakan sesuatu yang mengerikan, besar, hebat, gaul, atau apapun namanya. Tiga tahun lalu, dengan sedikit stress (kata orang), saya mencoba membangun penerbitan. Wah! Penerbitan?? Are you kiddin’ me? Ya, serius. Serius ada maksudnya. Terus sekarang mana? Manaa?? Sekarang sudah tenggelam.

Ceritanya begini. Tanpa pikir panjang, saya dengan uang tabungan pas-pasan, mencetak buku tanpa memperhatikan segala tetek-bengek perbukuan. Saya menulis buku tentang beasiswa. Gawatnya beasiswa yang saya tulis adalah beasiswa yang bukan tahunan, artinya jika tahun ini buku itu ada, maka tahun depan bisa dibuang saja ke tempat sampah. Kadaluarsa. Dan buku kadaluarsa itu pun kadaluarsa. Saya mencetaknya 500 eks. Tidak banyak memang. Tau cetaknya dengan apa? Fotocopy. “Penerbitan” saya pun menjadi almarhum, rekening bank saya menjadi almarhumah, dan saya menjadi yatim-piatu.

Lalu bukannya belajar dari kesalahan itu, saya malah langsung banting stir ke usaha lain: les bahasa Inggris. Saya kuliah di jurusan itu, jadi tidak asing dalah hal itu. Tapi saya tidak ada uang, gedung tidak punya, bagaimana cara? Dengan kemampuan negosiasi ala kadarnya, saya berhasil mendapatkan lantai tiga sebuah toko buku.
“Kak, saya mau kerjasama.” Kata saya kepada pegawai toko buku itu. “Jadi ceritanya saya mau bangun les bahasa Inggris tapi belum punya gedung.” Saya pun terus menjelaskan hingga si karyawati terpesona, dan menjanjikan akan mengabarkan saya beberapa hari kemudian.

Lantai III itu saya dapat. Janji saya nanti ada pembagian persenan per bulan. Dan lantai III itu pun mulai kami (saya dan beberapa kawan) bersihkan. Sapu, pel, hingga wangi dan mengkilap. Bahkan kami pun sempat menaruh papan nama di sana. Hebat sekali ya? Tapi sayangnya “les bahasa Inggris” hanya sampai di situ. Saya berhenti dengan alasan tidak mendapatkan pemodal untuk pengadaan kursi, papan tulis, meja, dsb. Padahal jika dipikir-pikir, saya lah yang tidak cukup modal keringat. Singkatnya, saya kalah dengan diri saya sendiri. Saya ingat, waktu membawa papan nama les sebelum gulung tikar, saya naik mobil pick-up. Dan pada saat pulang setelah usaha ditutup saya naik becak. Papan namanya saya bongkar, dan saya jadikan seperti ikatan kayu bakar. Kalau dipikir-pikir, sedih juga.

Semenjak usaha les itu berakhir, saya berhenti mengadakan sesuatu yang bukan-bukan. Saya kuliah seperti biasa, masuk himpunan mahasiswa kampus, ya begitu-gitu saja sampai sekarang. Dan setelah beberapa hari ini merenung, saya sadar: kegilaan saya kemarin itu bagus juga. Saya hanya perlu bertahan sedikit lebih lama. Saya hanya perlu berusaha sedikit lebih keras. Dan sekarang saya sedang berpikir usaha apa yang pas.

Beberapa hari lalu, ayah saya membeli buku Saya Bermimpi Menulis Buku karya Bambang Trim. Memori masa lalu kembali bangkit. Tapi sekarang saya mencoba sedikit realistis. Target saya tidak muluk-muluk: mudah-mudahan tahun ini saya bisa menyelesaikan sebuah buku. Buku apapun itu. Terbit atau tidak saya tidak peduli. Saya hanya akan menulisnya sepenuh hati.

Saya tidak takut untuk gagal. Saya hanya takut dianggap terlalu sering bermain-main. Dengan beberapa usaha saya yang gagal di masa lalu, banyak orang yang mungkin meremehkan saya. Dan sekali lagi, saya ingin berubah. Mungkin di masa depan saya juga akan menemukan kegagalan, namun saya akan menyikapinya dengan sebuah hal yang berbeda: bertahan lebih lama. Doanya. Insya Allah.

(nb: foto dan tulisannya mungkin gak nyambung. Saya suka aja liat fotonya. Hehe)
Pic: vi.sualize.us

Sunday, January 22, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 5 comments

Krusial

Saya seringkali merasa apa yang saya lakukan tidak berguna, tidak ada apa-apanya. Tahun 2012, kerjaan saya buat cerpen, nulis-nulis gak jelas, bayangan-bayangan di belakang saya berkata ‘ntah pa ntah’ atas apa yang saya kerjakan. Saya tidak mendapatkan  penghasilan dengan semua itu. Tapi entah kenapa saya terus melakukannya. Lagi-lagi: ntah pa ntah.

Tahun 2012 ini judul skripsi saya diterima, Alhamdulillah. BAB I sedang saya garap. Harapannya tahun ini selesai. Saya percaya itu. Tapi setelahnya ada pertanyaan lain: saya akan ke mana? S-2 atau mencari kerja, entahlah, saya belum memutuskannya. Jika S-2 mungkin saya akan mengambil Master of Fine Arts, dan jika bekerja mungkin yang tidak jauh-jauh dengan menulis, apapun itu.

Tahun ini krusial. 2-3 tahun lagi saya punya rencana besar: menikah. Dan tahun 2012 ini masanya saya menyusun bata-bata, sebagai tangga menuju ke sana. Insya Allah.



pic: google.com

Friday, January 13, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Menjadi Positif

Hari-hari tidaklah selalu indah. Kadang ceria, kadang galau. Kadang ketawa, kadang nangis. Kadang lompat, kadang manjat (emang monyet!), hehe.

Menjadi positif. Itu adalah sebuah tantangan bagi kita semua. Menjadi baik bagi orang lain, bisa membuat mereka tersenyum dan dicintai, adalah salah satu hal terindah di bumi ini. Tapi kemudian, bagaimana jika orang-orang, lingkungan, atau pikiran kita sendiri begitu negatif?

Dalam beberapa detik, kita bisa menjadi positif. Cukup bilang, “aku mau berubah.” Terus menanamkan dalam perasaan bahwa ‘aku memang benar-benar bisa berubah’, kemudian melaksanakan ‘perubahan’, walau hanya 1 derajat. Saya melihat hal ini dalam sebuah diskusi di stasiun tv yang menghadirkan Ippho Santosa sebagai pemateri. Cukup mudah. Cukup berhasil. Syaratnya tinggal kita yakin. Yakin? Hehe. Saya yakin. Dan tentu saja, aksi.

Kemudian bagaimana dengan lingkungan, orang-orang sekitar? Khalil Gibran berkata, “I have learned silence from the talkative, tolerance from the intolerant, and kindness from the unkind. I should not be ungrateful to these teachers.” Dia belajar toleransi dari orang-orang yang tidak toleran, belajar baik dari orang-orang yang tidak baik. Jika kita bertemu dengan orang yang tajam lidahnya dan menyakiti hati kita, kita bisa belajar untuk menjaga kata-kata, jangan sampai orang lain jadi sakit hati gara-gara mulut kita. Kita semua punya hati. Kita tahu perbedaan hitam dan putih. Tinggal kita saja yang memilih, mau mewarnai hati kita dengan cat apa. Saya sih pinginnya putih, walau sering juga terciprat cat hitam, abu-abu deh, hehe.

Akhirnya, menjadi orang baik itu seru. Enak sekali rasanya melihat orang lain bahagia. Dan kita semua mempunyai kemampuan untuk melakukannya! Insya Allah.
 



pic: vi.sualize.us

Monday, January 2, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments