Memulai lagi

Teman-teman saya banyak yang sudah menjadi orang. Ada yang terbang ke Jepang mengikuti kompetisi, ada yang namanya saban minggu bisa dibaca orang di koran, ada yang..macam-macam lah, hehe. Nah saya?

Saya seringkali merencanakan sesuatu yang mengerikan, besar, hebat, gaul, atau apapun namanya. Tiga tahun lalu, dengan sedikit stress (kata orang), saya mencoba membangun penerbitan. Wah! Penerbitan?? Are you kiddin’ me? Ya, serius. Serius ada maksudnya. Terus sekarang mana? Manaa?? Sekarang sudah tenggelam.

Ceritanya begini. Tanpa pikir panjang, saya dengan uang tabungan pas-pasan, mencetak buku tanpa memperhatikan segala tetek-bengek perbukuan. Saya menulis buku tentang beasiswa. Gawatnya beasiswa yang saya tulis adalah beasiswa yang bukan tahunan, artinya jika tahun ini buku itu ada, maka tahun depan bisa dibuang saja ke tempat sampah. Kadaluarsa. Dan buku kadaluarsa itu pun kadaluarsa. Saya mencetaknya 500 eks. Tidak banyak memang. Tau cetaknya dengan apa? Fotocopy. “Penerbitan” saya pun menjadi almarhum, rekening bank saya menjadi almarhumah, dan saya menjadi yatim-piatu.

Lalu bukannya belajar dari kesalahan itu, saya malah langsung banting stir ke usaha lain: les bahasa Inggris. Saya kuliah di jurusan itu, jadi tidak asing dalah hal itu. Tapi saya tidak ada uang, gedung tidak punya, bagaimana cara? Dengan kemampuan negosiasi ala kadarnya, saya berhasil mendapatkan lantai tiga sebuah toko buku.
“Kak, saya mau kerjasama.” Kata saya kepada pegawai toko buku itu. “Jadi ceritanya saya mau bangun les bahasa Inggris tapi belum punya gedung.” Saya pun terus menjelaskan hingga si karyawati terpesona, dan menjanjikan akan mengabarkan saya beberapa hari kemudian.

Lantai III itu saya dapat. Janji saya nanti ada pembagian persenan per bulan. Dan lantai III itu pun mulai kami (saya dan beberapa kawan) bersihkan. Sapu, pel, hingga wangi dan mengkilap. Bahkan kami pun sempat menaruh papan nama di sana. Hebat sekali ya? Tapi sayangnya “les bahasa Inggris” hanya sampai di situ. Saya berhenti dengan alasan tidak mendapatkan pemodal untuk pengadaan kursi, papan tulis, meja, dsb. Padahal jika dipikir-pikir, saya lah yang tidak cukup modal keringat. Singkatnya, saya kalah dengan diri saya sendiri. Saya ingat, waktu membawa papan nama les sebelum gulung tikar, saya naik mobil pick-up. Dan pada saat pulang setelah usaha ditutup saya naik becak. Papan namanya saya bongkar, dan saya jadikan seperti ikatan kayu bakar. Kalau dipikir-pikir, sedih juga.

Semenjak usaha les itu berakhir, saya berhenti mengadakan sesuatu yang bukan-bukan. Saya kuliah seperti biasa, masuk himpunan mahasiswa kampus, ya begitu-gitu saja sampai sekarang. Dan setelah beberapa hari ini merenung, saya sadar: kegilaan saya kemarin itu bagus juga. Saya hanya perlu bertahan sedikit lebih lama. Saya hanya perlu berusaha sedikit lebih keras. Dan sekarang saya sedang berpikir usaha apa yang pas.

Beberapa hari lalu, ayah saya membeli buku Saya Bermimpi Menulis Buku karya Bambang Trim. Memori masa lalu kembali bangkit. Tapi sekarang saya mencoba sedikit realistis. Target saya tidak muluk-muluk: mudah-mudahan tahun ini saya bisa menyelesaikan sebuah buku. Buku apapun itu. Terbit atau tidak saya tidak peduli. Saya hanya akan menulisnya sepenuh hati.

Saya tidak takut untuk gagal. Saya hanya takut dianggap terlalu sering bermain-main. Dengan beberapa usaha saya yang gagal di masa lalu, banyak orang yang mungkin meremehkan saya. Dan sekali lagi, saya ingin berubah. Mungkin di masa depan saya juga akan menemukan kegagalan, namun saya akan menyikapinya dengan sebuah hal yang berbeda: bertahan lebih lama. Doanya. Insya Allah.

(nb: foto dan tulisannya mungkin gak nyambung. Saya suka aja liat fotonya. Hehe)
Pic: vi.sualize.us

Sunday, January 22, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 5 comments

Comments (5)

  1. Jempol untuk temanku ini! Tulisan ini menginspirasi aku untuk nulis ini lo kal.. http://meandmylullaby2.blogspot.com/2012/01/kegagalan-yang-indah.html
    Baca ya walaupun nggak seberapa ^^

  2. klo aku malah sedih baca ini..hahahha, terlalu deskriptif kal, jadi aku jelas kali bayangin penderitaan qe waktu bongkar2 papan nama tu..ya Allah gak tega bayangin wajah kawan aku..:(
    betul, usaha lebih keras. klise sih, tp masa ga inget gimana kegagalan berulang kalinya Thomas Alfa Edison dkk. jaman sekarang aja yang semuanya serbainstan, orang jadi kaya instan, jd terkenal instan, cukup nyanyi atau jd alay..hahah. JANGAN DITIRU!

    mengenai motivasi, aku ada 1 buku yg klo abis aku baca slalu buat aku ga bisa tidur pengen langsung buka bisnis. judulnya "the power of kepepet" terakhir liat masi best seller di gramed. Klo ada umur aq review. atau jangan2 qeudah punya? karena strategi qe kayak kerjasama ma yg punya toko tu mirip strategi dia, cuma bedanya dia lebih mateng usahanya..hehe :p main2 ya kerumah aq yang banyak sampah...noviamardha.blogspot.com

  3. @pas: alhamdulillah. oke2, semangat terus.
    @tes: hehe, oke tes, biasa masa muda galau. makaseh!
    thank udh mampir n komen yop!

  4. Allah SWT mengijinkan qta untuk lebih lama menikmati proses untuk menuju kesuksesan...
    keep writing :)
    salam kenal y :)

  5. @unni: iya, insya Allah. makasih udh ngunjung & komen!

Leave a Reply