Tentang Proses Menulis

Tidak ada teori khusus dalam menulis. Tapi beberapa tahap berikut biasa saya gunakan dalam menulis. Inspirasinya seorang novelis nasional (klik di sini untuk menuju situsnya).Berikut tahapan yang saya pakai darinya, tentunya digabungkan dengan pengalaman saya. Semoga bermanfaat.

Menjaring Ide
Ide bisa muncul dari mana saja. Dari pengalaman pribadi, curhat teman, bahkan berita koran. Jadi sebenarnya, tidak alasan bagi seorang untuk mengatakan, “aku gak ada ide.”
Ide apapun sebenarnya menarik. Sederhanakah atau luar biasakah. Yang penting adalah bagaimana cara kita mengemasnya.

Pengendapan
Maksud dari pengendapan adalah kita memendam ide di dalam alam bawah sadar. Saya tidak terlalu paham penjelasannya, tapi kira-kira begini. Misalkan kita memiliki ide cerpen mengenai ‘Penjual Nasi Goreng Misterius’. Nah, ide tadi kita simpan di kepala. Secara tidak kita sadari, ide tadi akan bercampur dengan pengalaman, dan pengetahuan yang kita miliki.

Dalam proses ini biasanya kita tidak menulis. Yaa bisa melakukan apapun: jalan-jalan, ngopi, dsb. Dan apabila proses ini selesai, ketika kita mulai menulis, percaya atau tidak, cerita akan berjalan lancar seperti air. Dan tidak ada pula batasan/ rentang waktu selesainya proses ini. Bisa dalam bilangan jam, hari, bahkan tahun (pengendapan apa malas yaa? Hehe).

Sering juga ketika kita menulis, kita langsung saja lancar tanpa melalui pengendapan. Kenapa bisa? Mungkin secara tidak kita sadari suatu ide sudah terendap dalam kepala kita sekian lama. Semisal kita dalam pergaulan sehari-hari kita hobi bercanda. Maka tidak heran saat kita menggarap cerita komedi, alur cerita mengalir bagai lava.

Riset
Riset dilakukan untuk memperkaya wawasan kita. Tidak melulu mesti baca buku. Mengamati keadaan sekitar juga riset. Misal dalam ‘Penjual Nasi Goreng Misterius’. Memang terkesan simpel, tapi setidaknya mungkin kita membutuhkan deskripsi bagaimana seorang penjual nasi goreng memasak. Bumbu apa yang digunakan. Kenapa bisa enak.

Riset terbilang berhasil saat pembaca puas atau merasa mendapatkan hal-hal baru dalam bacaan yang kita suguhkan.  Saya jadi teringat saat membaca Madre karya Dee. Saya baru mengetahui bahwa membuat roti memerlukan biang. Saya baru tahu juga bahwa biang itu “hidup”: bisa disimpan bertahun-tahun, dari generasi ke generasi.

 Penulisan
Tidak banyak deskripsi di sini selain: TULIS!!

Self Editing
Tulisan selesai. Saatnya mengedit. Bacalah dengan seksama kemudian edit semampunya. Tidak ada batasan berapa kali. Sampai kita puas! Hehehe.

“Bacalah Tulisan Saya!”
Jika memang tulisan kita diniatkan untuk dipublikasikan, maka kita perlu orang lain untuk membacanya. Bisa siapa saja: teman, kekasih, ibu, guru, siapapun. Apapun pendapatnya, mungkin itulah yang mereka rasakan. Jika mereka bilang tulisan kita jelek, jangan marah. Karena mungkin itulah realitanya.

Dan jika kita mendapatkan pembaca yang bisa memberi masukan, akan lebih baik lagi! Mungkin ke depannya dia bisa menjadi mentor kita dalam menulis.
Jangan pernah malu menyuruh orang lain membaca/mengomentari tulisan kita. Bahkan Ernest Hemingway saja memiliki mentor: Gertrude Stein.

Finishing
Sekarang. Berdasarkan komentar pembaca dan perasaan kita sendiri, selesaikanlah tulisan itu. Dan setelah semua selesai, ucapkanlah syukur kepada Allah.


Okelah. Semoga bermanfaat yaa. Ingat, tidak ada teori khusus, tahapan di atas hanya untuk membantu saja. Teruslah menulis dan kita akan menemukan gaya kita sendiri.

Salam.

gambar: google.com

Wednesday, February 29, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Leave a Reply