KPM-PAR, Bener Meriah (Bagian IV/ Selesai – Yang Menarik dari Gayo)


Tanggal 31 Mei 2012, Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) IAIN Ar-Raniry selesai. Perpisahan dengan masyarakat dilaksanakan di Masjid Ruhul Islam Kecamatan Bener Kelipah. Acara berlangsung haru. Masyarakat dan mahasiswa larut dalam air mata.

45 hari keberadaan saya di Bener Meriah terasa begitu mengesankan. Selain udara yang luar biasa dingin, berikut beberapa hal yang menurut saya menarik dari Gayo.

Kopi Gayo


Tidak seperti kopi Ulee Kareng yang disaring, kopi Gayo cukup diseduh dengan air mendidih (atau yang juga dikenal dengan sebutan kopi tubruk). Baunya harum. Butiran-butiran bubuk kopi yang ikut terminum merupakan sebuah kenikmatan tersendiri. 

Di Bener Meriah, mayoritas pengusaha kedai kopi ternyata adalah suku Aceh. Pengunjungnya juga didominasi oleh orang Aceh. Dari tanya-tanya dengan warga Gayo, ternyata mereka tidak terlalu gemar ngopi di kedai, apalagi dalam waktu berjam-jam. Mereka lebih suka ngopi di rumah atau mengemasnya ke dalam termos untuk dibawa berkebun. Tak heran, jumlah warung kopi di kampung-kampung sangat terbatas.

Walaupun pekebun Gayo terkenal sebagai penghasil kopi arabika, mereka lebih menyukai jenis robusta (populer disebut kopi kecil) untuk dikonsumsi sehari-hari. Mereka jarang membeli bubuk kopi siap minum. Mereka lebih suka mengolahnya sendiri. Lebih asli dan mantap katanya. Saya juga alhamdulillah berkesempatan menggongseng kopi sendiri. Walau harus bertarung dengan asap dan api, tapi kegiatan ini cukup menyenangkan. 



Kenduri Jam 06.30 WIB

Kalau di Aceh, mungkin jam 06.30 kita masih menyapu halaman rumah. Tapi di Gayo, mereka mengadakan kenduri! Acara seperti kenduri khitanan diadakan di awal pagi dan dalam rentang waktu yang singkat: 30 hingga 60 menit.

Hampir semua orang Gayo berprofesi sebagai pekebun kopi dan palawija. Jadi mereka tidak ingin buang-buang waktu. Acara hajatan beres, urusan pribadi juga lancar. Begitulah.

Mau Buah? Ambil Saja!

Orang Gayo bukan jenis orang yang pelit. Jika sedang panen, mereka tidak segan mempersilahkan kita mengambil buah-buahan sesuka hati. Bagi mereka, berbagi di saat senang adalah keharusan.

Mampirlah ke Rumah!

Tamu sangat dihormati di Gayo. Masyarakat dengan senang hati mempersilahkan tamu untuk singgah di rumah mereka. Dan ajakan mereka bukan basi-basi. Jiaka tamu memenuhi undangan tersebut, mereka akan merasa sangat dihormati.


Tamu pun selalu dihargai di hajatan-hajatan. Orang Gayo selalu mempersilahkan tamu duduk di bagian dalam rumah: tempat kepala desa, tgk imam, dan tokoh-tokoh masyarakat berkumpul.

Jika tamu ingin pulang, maka berkotak-kotak kopi, sayur, dan buah-buahan akan terikat manis untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Dengan memperlakukan tamu dengan baik, mereka juga berharap diperlakukan demikian saat menjadi tamu suatu hari.

Mana Kulkas, Kipas Angin dan AC?

Tidak ada rumah yang memiliki ketiga barang itu. Bumi Gayo adalah “kulkas” besar. Hawa dingin menusuk tulang. Tak heran, yang dijumpai di banyak rumah adalah dapur perapian.

Es Campur tanpa Es

Saat suatu kali kami minum es campur di pasar, ada perasaan aneh. Setelah memperhatikan dengan saksama, ternyata minuman itu tidak memakai es. Hahaha. Ya, hampir tidak ada minuman yang memakai es atau lebih tepatnya jarang sekali yang memesan. Jadi di Bener Meriah, tidak ada teh dingin (es teh), jus buah dingin, dan minuman-minuman dingin lain.

Sambal

kelahapan teman saya, Arya, saat makan.

Sambal atau dalam bahasa Gayo disebut cecah, selalu menjadi elemen wajib di setiap jamuan. Sambal mereka pedas. Cocok dengan iklim yang dingin. Salah satu sambal favorit saya di sini adalah agur, campuran terong belanda dengan terasi.

Tak dapat dipungkiri bahwa kuliner Bener Meriah memiliki rasa yang kaya. Tak heran kami selalu menunggu-nunggu: "Kapan ya diundang ke kenduri." Hehehe 

Abis Isya, Tidur!

Masyarakat Gayo berangkat ke kebun pukul 07.00 WIB dan pulang selepas Ashar. Tak heran mereka begitu lelah. Jadi selepas Isya, kampung-kampung seperti mati. Banyak orang yang sudah tertidur pulas.

Beberapa warga yang belum tidur, ada yang menggunakan waktu itu untuk mengunjungi rekan-rekannya. Mereka bisa ngobrol hingga pukul 24.00 WIB.

Kehidupan malam yang sedikit hidup bisa dilihat di wilayah kota/ pasar. Tak heran, karena kawasan ini banyak dihuni oleh suku Aceh yang sangat gemar bergadang. Hehe.

Kuda


Banyaknya kuda di Tanah Gayo seperti sapi di wilayah lain. Di beberapa tempat, kuda berkeliaran di jalan-jalan dan ladang-ladang. Masyarakat menggunakan kuda untuk membajak sawah. Sebagian lain melatih kudanya untuk diikutkan dalam pacuan kuda yang berlangsung setiap tahun.


Sayang sekali saya belum mendapatkan kesempatan menunggangi kuda, hanya mengelus-elusnya saja. Hehe.


Dapur adalah Wilayah Perempuan

“Tak perlu repot-repot.” Begitulah kata Pak Keuchiek saat kami hendak membereskan piring. Dapur adalah wilayah perempuan. Kaum hawa lah yang memasak, mencuci, menyapu, dan mengurus segala kepentingan dapur. Bahkan saat ada kenduri pun, yang memasak kuah belanga adalah perempuan (sementara di wilayah Aceh lain dilakukan oleh laki-laki). Jadi, kalau jadi laki-laki, ya duduk saja. Hehe.    

Didong dan Guel

Tari Guel

Keduanya adalah nama kesenian Gayo. Didong dilakukan dengan memukul bantal sembari melantunkan semacam puisi. Didong berlangsung semalam suntuk. Saya tidak melihat langsung tapi hanya mendengar suaranya. Walau demikian, dengan mendengar suaranya saya itu sudah menarik.

Tari Guel dipentaskan saat sedang ada hajatan seperti perkawinan. Yang saya lihat, tarian ini dipentaskan dengan sekitar enam orang (apa betul? Saya agak lupa) perempuan dan seorang laki-laki. Ada pula seorang perempuan yang melantunkan lagu sedih sebagai pengiring. Tarian ini begitu membius sampai-sampai saya tidak fokus kepada detilnya. Hehe.


Akhirnya. Melaksanakan KPM di Bumi Gayo merupakan pengalaman yang mengesankan. Saya berharap, jika suatu hari nanti kembali ke sana insya Allah, alam dan orang-orang Gayo tetap keren seperti sekarang. Amin. Dan terima kasih telah mendukung dan mendoakan kami. Hanya Allah SWT lah yang dapat membalasnya. 


Salam.



sumber foto penari guel:
acehfotografer.net

Monday, June 4, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Comments (2)

  1. ahh kalo ngebaca ini rasanya asiiik KPM :D
    jadwal KPM semester depan k Gayo lagi ga yahh :D _ngarep :)

  2. amiiin!
    mudah-mudahan yaa.
    asik kali di sana!

Leave a Reply