Ada Apa dengan Mahar?





Teman saya pusing bukan kepalang. Umurnya sekarang 22 tahun. Untuk seorang lelaki, usia tersebut memang bukan masalah. Yang menjadi persoalan adalah teman saya ini berusia sebaya dengan kekasihnya. Dan tentu di umur 22 tahun, lamaran-lamaran mulai berdatangan kepada si perempuan.

Ternyata permasalahannya tidak berhenti di situ. Sang perempuan berasal dari suatu daerah di Aceh yang terkenal dengan nilai mahar tinggi: 20 – 35 mayam. Entah bisa disebut sial atau tidak, teman saya itu sampai sekarang belum mendapatkan kerja yang wah! Sementara kekasihnya justru diterima di perusahaan berskala nasional. Untuk perempuan yang berasal dari keluarga terpandang, pendidikan menjulang, dan sudah bekerja pula, nilai mahar pun akan naik dengan sendirinya. Kepala si teman pun menunduk. Dan semakin menunduklah ia saat membaca berita di koran bahwa harga emas naik menjadi 1,8 juta per mayam. 

Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Ia dapat berupa perhiasan, uang, atau barang.

Di Aceh, biasanya nilai mahar disepakati terlebih dahulu. Informasi mengenai jumlah ini, bisa didapatkan melalui seulangkee (perantara/ mak comblang) atau dapat pula ditanyai sendiri oleh calon mempelai pria kepada sang perempuan.

Melalui seulangkee, tahap pertamanya tentu tidak langsung menanyai nilai mahar. Seulangkee bertugas sebagai perantara. Mereka yang mengemban tanggung jawab ini tentu saja adalah orang yang kaya pengetahuan agama, budaya, dan sosialnya. Boleh laki-laki atau perempuan.


Biasanya, laki-laki yang menggunakan adat ini, belum mengenal si perempuan. Dia hanya dihadapkan kepada fakta bahwa dia ingin dan siap menikah, tapi belum memiliki calon. Maka dicarilah informasi mengenai keluarga mana yang memiliki anak perempuan. Jika sudah ditemukan, barulah seulangkee menjalankan tugasnya sebagai perantara. Ia datang kepada keluarga perempuan dan bertanya kesediaan mereka untuk diperkenalkan kepada keluarga laki-laki. Bahasa Arabnya mungkin bisa disebut ta’aruf. Jika setuju, maka si lelaki dan perempuan akan diperkenalkan. Bila terasa cocok, baru proses selanjutnya adalah menentukan nilai mahar dan tanggal pernikahan.

Jika si lelaki sudah duluan mengenal sang perempuan, ia bisa langsung menyuruh si perempuan untuk menanyakan nilai mahar kepada keluarganya. Ketika informasi tersebut sudah diperoleh, barulah sang lelaki berembuk bersama keluarganya sendiri.
Jika sudah cocok, pergilah keluarga calon mempelai laki-laki ke rumah si perempuan. Rombongan ini terdiri dari perwakilan keluarga serta beberapa tokoh masyarakat seperti Keuchiek (Kepala Desa) dan Tgk. Imuem (Imam Desa).

Mahar dan Daerah Asal

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di Aceh, nilai mahar antara daerah satu dengan yang lain berbeda. Di Aceh Besar, kisaran mahar dimulai dari 10 – 15 mayam. Pidie 20 – 30 mayam. Bireun 10 – 20 mayam. Aceh Tengah 5 – 30 gram. Kenapa bisa demikian tinggi? Di Pidie misalnya, isi kamar menjadi tanggung jawab pihak perempuan. Malah sebagian keluarga ada yang memberikan rumah atau toko untuk modal kehidupan pasangan itu kelak.

Nilai mahar juga sangat bergantung dengan kelas ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan si perempuan. Entah siapa yang pertama kali mematok jumlah itu. Yang jelas, jika seorang lelaki ingin menikah, orang tua akan bertanya: Panee awak si Nong nyan? – dari daerah mana perempuan itu? Mungkin untuk menilai kesanggupan keluarga untuk meminang sang perempuan.

Kenapa Lelaki Takut?

Untuk lelaki yang berumur di bawah 25 tahun, tentu persoalan mahar adalah hal yang horror. Umumnya, pada usia tersebut, lelaki baru merintis karier. Hidup masih susah. Apalagi bagi lulusan (katakanlah) S-1 yang baru saja melepaskan diri dari tanggung jawab keluarga dan berusaha hidup mandiri. Terlebih lagi jika kekasihnya berusia sebaya. Tentu usaha harus ditambah berkali-kali lipat. Terang saja, lelaki yang berumur 20 – 25 tahun masih dianggap ingusan. Sementara perempuan yang berumur sama justru dianggap sebagai target lamaran. 


Kenapa lelaki takut? Secara simpel, lelaki takut kehilangan kekasihnya. Takut lamarannya ditolak karena tidak mampu memberikan mahar tinggi. Takut kekasihnya duluan dilamar orang yang lebih keren, pintar, kaya, lebih segala-galanya. Takut kekasihnya tidak sanggup menahan gempuran lamaran lalu menerima lelaki lain. Takut segala macam impian dan sumber kekuatannya selama ini mendadak hilang diambil orang. :(

Epilog

Dalam sebuah hadist dikatakan: “Sebaik-baiknya Laki-laki adalah yang memberikan mahar banyak, Adapun sebaik-baiknya perempuan adalah yang meminta mahar sedikit.”

Hadist itu seharusnya bisa memberikan nasihat bagi kita. Bagi keluarga perempuan, tidaklah bijak memaksakan nilai mahar. Jangan gara-gara mementingkan gengsi keluarga, anak Anda tidak bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Toh, roda kehidupan juga berputar. Seorang lelaki yang sekarang biasa-biasa saja, bisa berubah menjadi orang yang luar biasa sepanjang dia berusaha. Insya Allah.

Juga bagi para lelaki, jangan gara-gara membaca akhir hadist itu kemudian kembali bernafas lega dan bermalas-malasan. Kaum lelaki diperintahkan agar berkerja keras, mengumpulkan mahar semampu-mampunya. Tunjukkan kepada keluarga sang perempuan, bahwa kita adalah orang yang tepat bagi anak mereka. Kita mampu mencari nafkah. Kita tidak akan membuat anak mereka menderita. Kita mampu membahagiakannya lahir-batin. Dengan adanya pengertian antara kedua belah pihak, insya Allah mahar tidak lagi menjadi hal yang menakutkan.


Akhirnya, semoga tulisan kali ini bermanfaat. Insya Allah. Dan karena pokok pembicaraan kali ini termasuk sensitif (karena berkaitan erat dengan agama dan budaya), saya berharap partisipasi pembaca sekalian untuk mengoreksi apabila ada kalimat yang salah, dan menambahkan apabila ada poin yang kurang lengkap.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi blog saya. Sampai ketemu di tulisan berikutnya. Insya Allah.

*Dalam menulis ini, alhamdulillah saya mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga tentang mahar dari Muntasir dan Ella Yuzar. Saya juga memperoleh informasi kisaran mahar dari Khaira Hisan (Aceh Besar), Fithri Ramadhani & Putri Mahmudah (Pidie), Iklima (Bireuen), Yuli Khairani & Ainal Fitri (Aceh Tengah). Terima kasih :)
  

sumber gambar: 
mcaguado.blogspot.com
vi.sualize.us
kurakurahitam.wordpress.com
rezarahmah.blogspot.com

Friday, October 19, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 18 comments

Comments (18)

  1. Itu gambar si laki-laki tragis amat Kal, hahaha...

  2. aku tahu siapa laki-laki itu kal :D

  3. mantap bang,,aku mau cari yang termurah,,dan tercantik..!hahhaa.!

  4. Jadi aku kyak-a bang orang aceh besar. Hahaha

  5. uwow! ini masalah bang Edi dan kekasihnya...
    kita sebagai pria harus terus berdoa dan tentunya berikhtiar... insya Allah ada jalan... kalau baik untuk kita, pasti Allah dekatkan...

    pernah juga ada kisah di mana hidup seorang wanita karir nan cantik yang belum punya suami... terus menanti seorang suami, namun semuanya pergi... karena keluarganya meminta mahar yang sangat tinggi... Calon suami pun berlari, menjauhi...

  6. assalamu'alaikum, wah anak muda satu ini selalu saja membawa hal hal segar ke dalam tulisan nya, walau pernikahan dan mahar adalah tema yang sudah biasa dan umum akan tetapi beliau dengan sangat singkat padat dan jelas dalam menjelaskan permasalahan mahar ini ...
    tentang mahar, sungguh sangat di sayangkan bila kekasih hati di rebut orang hanya karena tak mampu menyanggupi permintaan mahar yang tinggi, namun begitu pun sesungguhnya ini adalah hal yang lumrah di kalangan pemuda, sebagai solusi mari kita bekerja lebih keras dari biasanya dan berfikir lebih pintar agar pekerjaan menjadi lebih mudah atau mari cari istri di daerah jawa insya ALLAH Perlengkapan shalat sudah bisa menikah ...

    kalau sabang berapa kisaran maharnya kal ?

  7. @fardelynhacky: haha, iya kak! begitulah visualisasi kalo kekasih diambil orang.
    @afriyani: hahaha. syp emang?
    @khairulfuad: sippp!!!
    @HY: betul, mong!! harus berusaha. insya Allah.
    @mahlizar: alhamdulillah. makasih sanjungannya. yop! mari kerja keras! btw, di Sabang ntah berapa. kawan kita, si Ancol atau Armya lebih tau. haha

  8. jehhh dr mana tau kal kalau di pidie tu skitar 20-30? Kebanyakan Saudara2 diriku yang di pidie saja nggak sampek segitu maharnya, waktu mereka nikah... Malah sekitar 10-15 mayam. Tapi saya setuju juga kalau orang bilang anak perempuan pidie maharnya tingggi. Namun, tidak semua, kal... Hanya untuk para anak juragan saja... Lagian walaupun mahar tinggi, si keluarga cewek nanti akan memberi balasan berupa modal usaha atau tempat tinggal untuk pasangan pengantin tersebut... Jadi dalam hal ini ada hubungan timbal balik....

  9. @dara: dari kawan. ya, memang gak semua mungkin. makasih ya infonya. thank udah ngunjung.

  10. berkat tulisan ini saya jadi sadar harus lebih giat lagi ngumpulin mahar :D

  11. @syarfina: wah kak! buat calon suaminya yaa? hebat! alhamdulillah.

  12. Waah,seolah olah dan seakan akan si teman yg khawatir itu mudah d tebak orgnya...hahaha

  13. dalam beberapa kali di TL saya sering sebut, lakik itu tidak cengeng urusan mahar. Semoga saja banyak yg tidak bermalas-malasan ya aneuk muda nanggroe yg sudah siap lahir bathin untuk mengawali sunnah.

    Masak gara-gara update harga emas di twitter, komentarnya hampir rata2 sama selalu :lol:

  14. mahar oh mahar...yang sabar ya heqal :D

  15. lagi lagi tentang mahar :D

Leave a Reply