Kita dan Idul Adha



Bayangkan kita memiliki seorang tetangga. Dia mempunyai seorang istri dan bayi yang baru lahir. Lalu tiba-tiba dia pergi meninggalkan keluarganya. Tiga belas tahun kemudian, dia baru kembali ke rumah. Dan di saat dia pulang, dia menyatakan ingin menyembelih anaknya yang mulai beranjak remaja! Bagaimana pendapat kita?

Banyak dari kita yang akan berpikir bahwa dia kejam. Suami yang tidak bertanggung jawab. Ayah yang tidak berprikemanusian. Ya, jika saja kisah Nabi Ibrahim a.s terjadi sekarang, kemungkinan besar kebanyakan dari kita berada di pihak yang menentang beliau.

Apa yang Nabi Ibrahim lakukan adalah semata-mata untuk menjalankan perintah Allah SWT. Hal tersebut beliau lakukan tidak dengan mudah. Menentang segala akal sehat. Saat peristiwa itu, Ibrahim berusia 86 tahun. Sudah sekian lama dia tidak dikaruniai anak. Di saat kesempatan itu ia peroleh, Ibrahim malah diperintahkan untuk meninggalkan buah hatinya. Dan bahkan saat rasa rindunya telah memuncak untuk bertemu Ismail, ia justru diperintahkan untuk menyembelihnya.

Pengorbanan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim) juga tidak bisa dipandang enteng. Beliau rela ditinggalkan di padang tandus. Bukan satu atau dua hari, tapi belasan tahun. Beliau harus bertahan di sebuah tempat yang memiliki jumlah air teramat sedikit. Ditambah lagi dengan kondisi bahwa dia sedang menyusui bayinya, Nabi Ismail.

Terakhir Nabi Ismail. Ayahnya yang dia tunggu kepulangannya selama belasan tahun, justru membawa perintah untuk menyembelihnya. Larikah dia? Menolakkah dia? Tidak. Dia malah menyuruh Nabi Ibrahim untuk menyegerakan perintah Allah itu.

Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail telah menunjukkan contoh bagaimana esensi dari berkurban: benar-benar mengorbankan diri kepada Allah SWT.

Kita?

Jika mampu, pada Idul Adha kita diperintahkan untuk berkurban. Bisa kambing, sapi, atau yang sejenisnya. Ganjaran pahala berkurban pun tidak tanggung-tanggung. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa tidak ada amal yang lebih utama pada hari tasyrik ( tiga hari setelah hari raya Idul Adha), selain berkurban. Pahalanya melebihi jihad. Nilainya hanya dapat ditandingi oleh pahala seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan dirinya di jalan Allah, lalu dia tidak kembali lagi dari kepergiannya itu.

Selain bermanfaat bagi diri sendiri, tentulah kurban dapat menyenangkan hati saudara-saudara kita yang membutuhkan. Mereka dapat merasakan lezatnya daging: menu mahal yang belum tentu dapat mereka rasakan setiap hari. Kita juga kemudian bisa meresapi keindahan berbagi. Menikmati sebuah kenyataan bahwa ternyata kita tidak hidup sendirian. Bahwa ternyata manusia masih memiliki cinta kasih terhadap sesama.

Lalu kemudian, bagaimana dengan esensi kurban itu sendiri? Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim beserta keluarga beliau.

Ada baiknya kita berintrospeksi. Sejauh apa pengorbanan kita terhadap Allah SWT? Segiat apa kita melakukan perintah-Nya? Sekeras apa kita berusaha meninggalkan larangan-Nya? Apakah sekarang kita masih terus mendalami agama Islam? Apakah kita pernah mendakwahkan kebaikan walau hanya satu ayat? Dan tentunya masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain untuk menyelidiki sehebat apa pengorbanan kita selama ini untuk Islam.

Akhirnya, Idul Adha tidak melulu soal daging, kue, apalagi baju baru. Idul Adha adalah sebuah momen di mana Allah memberikan definisi pengorbanan sejati melalui Nabi Ibrahim a.s beserta keluarga beliau. Semoga kita semua bisa paham untuk kemudian mengaplikasikannya.

Semoga bermanfaat. Terima kasih telah berkunjung. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Insya Allah. Salam.

*Sebagian besar isi tulisan ini adalah intisari dari Khutbah Idul Adha (10 Dzulhijjah 1433 H/ 26 Oktober 2012) yang disampaikan oleh Tgk. Zulkarnaen Ridhwaniy di Blang Padang, Banda Aceh.



Monday, October 29, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Comments (2)

  1. marvelous marvelous...
    terutama tulisan di beberapa paragraf pertama, betul-betul inspiratif... membuatku ingin membuatnya jadi komik...

  2. alhamdulillah.
    gambar terus, mong!!

Leave a Reply