Jejaring Sosial




Urban Sosial melansir jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 39.600.000 jiwa. Angka tersebut adalah 16% dari populasi warga yang berjumlah 238.600.000 jiwa. Survey itu dilakukan dari tahun 2000-2010. Perkembangan pengguna internet dalam rentang tahun tersebut juga menunjukkan statistik yang mencengangkan: 1400%. Facebook menduduki posisi pertama sebagai situs dengan pengunjung terbanyak dengan 6 milyar page views.

Eksistensi

Coba tanya teman-teman kalian? Jika mereka masih bersekolah atau kuliah, bisa dipastikan mereka memiliki akun jejaring sosial seperti Facebook atau Twitter. Beberapa mungkin tidak, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Memiliki akun di jejaring sosial (kita fokus di FB dan Twitter) agaknya telah menjadi sebuah kebutuhan. Ia adalah lambang eksisnya seseorang di tengah hegemoni modernitas. Dengan akun maya ini, pemiliknya dapat dengan mudah berinteraksi dengan teman-teman dunia maya mereka, memberi atau mendapatkan informasi terbaru, atau sekadar menjadi tempat menuangkan keluh kesah dan ekspresi.

Hitam-Putih

Belum ada angka resmi, tapi kita bisa melihat di sekeliling bahwa terdapat orang-orang yang candu terhadap jejaring sosial. Jika melakukan sesuatu di dunia nyata, harus diinformasikan juga di dunia maya. “Lagi makan..lagi sedih..lagi hadiri nikahan..midterm gagal..putus..nyambung..” dan berbagai informasi random lain. Rentang waktunya pun dekat. Bahkan ada yang melakukannya dalam hitungan menit. Jika sebentar saja berhenti update status atau nge-tweet rasanya tidak enak. Tidak heran belakangan ini muncul istilah Facebook Addiction Disorder (FAD) dan Twitter Addictions, sebagai sebutan untuk kecanduan Facebook atau Twitter. Kecanduan ini sendiri dipandang cukup berbahaya karena bisa membuat korbannya melalaikan tanggung jawab pribadi dan sosial. Bahkan di beberapa kasus, pecandu sampai merasa bahwa kehidupan nyatanya adalah di dunia maya itu sendiri. 


Namun lebih dari itu semua, banyak juga orang yang memanfaatkan jaring sosial sebagai tempat berbagi ilmu, memasarkan produk bisnis, mempromosikan karya seni, hingga membagikan kata-kata motivasi. Bahkan seringkali, pergerakan-pergerakan sosial, seperti aksi tanggap bencana atau kegiatan sukarelawan, justru bermula dari status atau tweet.

Akhirnya, pilihan terletak di tangan kita. Gunakanlah jejaring sosial secara bijak. Jangan sampai ia justru membuat kita tidak mendapatkan apa-apa selain waktu yang hilang dan impian yang terbang. 

Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Salam :)

sumber gambar: behance.vo.llnwd.net

Sunday, December 9, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 10 comments

Comments (10)

  1. ini tulisan pencerahan sekali, terima kasih Haekal telah berbagi.

    Ada hal menarik juga seperti, Profesor psikologi kognitif dari Universitas Lund, Sverker Sikström, menyebut ada "Tiga Serangkai Gelap" dari Facebook, yaitu narsisme, machiavelianisme, dan psikopati. (baca Sisi Gelap Facebook) serta sedikit tulisan kolom yg sempat saya singgung jumlah pengguna Internet di Indonesia seperti yg pernah disebutkan oleh MarkPlus Insight tentang Netizen Aceh di Google Take Action. :)

  2. Wah, nice writing, kal. TFS

  3. Duuh..ternyata blog-nya pake captcha. sempat salah kode beberapa kali.
    betewe, adanya captcha bikin pengunjung malas ninggalin komen lhooo. ciyuuus lho

  4. @aulia: wah, alhamdulillah. makasih, bang! Makasih udah ngunjung.
    “Kita harus berpikir mengenai apa yang kita tulis di Facebook dan mungkin lebih layak dan rendah hati dalam berekspresi." setuju deh sama Prof. Sikström.
    Kalau soal #freeandopen itu, saya setuju. internet tdk seharusnya dibatasi, yg perlu ditingkatkan adalah "pendidikan internet sehat". jadi setiap orang tdk lagi was-was dgn konten yg menyebar di internet karena Netizen-nya sdh cerdas.

    @fardelynhacky: alhamdulillah. thank ya kak!
    wah, ada captcha ya? ekal baru tau.
    aduh, ekal coba cari tau dulu ya gmn cara ilanginnya.

  5. @bustami: wah, alhamdulillah! makasih :)

  6. nice posting, Qal ^^ aku juga sempat (hampir) addict. hehehe..

  7. @annisa:
    hampir? gak percayaaa! hahaha
    btw, thank ya udah ngunjung!

  8. great, open my mind :)

  9. @devi: alhamdulillah. thank :)

Leave a Reply