Tentang Jodoh dan Perpisahan



Agustus 2012, Idul Fitri datang. Saat itu kami sekeluarga berlebaran di Kuta Blang, Bireuen. Kampung ayah. Telah menjadi kebiasaan keluarga pula, pada hari kedua atau ketiga lebaran, kami bergerak ke Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Kampung mamak. Kami berlebaran beberapa hari di sana.

Sudah tiga tahun belakangan saya pulang kampung dengan mengendarai sepeda motor. Awalnya coba-coba, tapi lama-lama keasyikan. Memang aneh jika dilihat orang: keluarga saya naik mobil, tetapi saya naik motor sendirian. Tapi begitulah yang terjadi. Orang tua saya tidak mempermasalahkannya. Yang penting kami bisa berlebaran bersama-sama.

Jika kalian pernah berkendara jauh dengan sepeda motor, 30 menit pertama mungkin kalian masih memberikan perhatian dengan keadaan sekeliling: suara kenderaan lain, indahnya pemandangan, detail-detail ini dan itu. Memasuki dua jam, badan mulai pegal. Jika kalian berkendara sendirian, kantuk mulai menerjang. Tak ada teman bicara. Saat itu, kalian takkan mendengar apapun selain suara mesin. Takkan merasakan apapun selain angin yang menyusup melalui helm dan lengan jaket. Ketika itu pikiran kalian mulai menerawang. Berpikir ini dan itu: impian, mimpi, permasalahan, atau segala hal tentang kehidupan. Bisa jadi setelah sampai di tempat tujuan, segala hal yang terpikirkan itu menemui jawaban – atau mungkin malah melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru.

Agustus 2012. Saya baru saja berpisah dengan seseorang. Dalam perjalanan empat jam Banda Aceh – Kuta Blang, empat jam Kuta Blang – Kuala Simpang, dan delapan jam Kuala Simpang – Banda Aceh, saya menghabiskan waktu untuk berpikir. Dan mungkin sekarang saya sudah mendapatkan jawabannya.

Perpisahan

Tidak pernah terlintas di benak saya untuk berpisah dengan perempuan itu. Ia telah saya kenal sejak kelas XII SMA. Lebih-kurang empat tahun.

Surat itu tiba di bulan Juli. Sebuah surat yang terdiri atas 13 paragraf. Perpisahan. Itulah inti dari surat itu. Mendadak pikiran saya kosong.

Kebetulan ketika surat itu dikirim, sore itu saya sedang berada di rumah seorang teman. Saya pun memutuskan untuk pulang. Beberapa ratus meter meninggalkan rumah, saya tersadar bahwa novel saya tertinggal. Saya pun kembali. Alangkah terkejutnya saya ketika mengetuk pintu, ternyata yang membuka adalah orang lain! Saya salah rumah! Kalian perlu tahu, bahwa sudah sekitar lima tahun saya berkunjung ke rumah itu. Saya tidak mungkin bisa salah. Tapi sore itu, saya keliru. Ternyata efek patah hati mengerikan juga.


Malamnya saya tidak bisa tidur. Setiap memejamkan mata, bayangannya muncul. Saya menghidupkan lampu. Mengambil satu-dua buku dan membaca. Berharap bisa melelahkan mata. Entah di halaman ke berapa saya tertidur walau tak lama kemudian kembali terbangun. Saya bermimpi tentang dia. Kepala mulai sakit. Saya mengambil buku note di dalam tas. Menulis kalimat-kalimat yang saya sendiri tak pahami. Saya kembali berusaha memejamkan mata. Sekarang sudah lebih sulit karena rongga mata mulai basah. Saya duduk di tempat tidur. Terus begitu hingga tanpa sadar pagi tiba.

Esoknya saya pergi ke rumah seorang teman dekat. Bercerita, meminta pendapat. Saya pergi lagi ke rumah seorang teman dekat lain. Bercerita, meminta pendapat. Bisa jadi saya yang salah, bisa jadi dia juga keliru. Begitu pendapat mereka. Setelah itu, esok-esoknya, saya memilih di rumah saja. Tidak bernafsu pergi ke mana pun.

Bagaimana rasanya perasaan ini? Seperti seseorang datang, lalu mendekap hidung dan mulutmu hingga tak bisa bernafas. Menuangkan minyak lampu ke dalam hatimu lalu membakarnya. Membelah otakmu lalu menguras habis seluruh impian dan mimpi. Sesak, panas, kosong. “Hancur anak muda.” Mengutip kalimat seorang teman.

Mungkin Saya yang Salah

Saya marah karena sepertinya dia melupakan semua yang pernah kami jalani. Tapi mungkin saya yang salah. Terlalu percaya diri dengan ribuan hari yang telah kami lalui. Tanpa pernah sekalipun menunjukkan kedewasaan dalam hubungan, misalnya dengan bertemu dengan orang tua si perempuan. Menyatakan keseriusan.

Saya kecewa karena sepertinya dia tidak memberikan saya waktu lebih banyak. Tapi mungkin saya yang salah. Terlalu banyak membaca novel cinta. Terlalu yakin bahwa seorang perempuan bisa menunggu selamanya. Melupakan sebuah fakta bahwa pada umur 20-an, seorang perempuan sudah digempur oleh banyak lamaran. Mereka harus menjaga kesuciannya dengan menikah.


Jodoh

Sekarang saya memahami jodoh sebagai orang yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk mendampingi kita. Dia bisa siapa saja. Dia tidak mesti seseorang yang telah bersama kita selama bertahun-tahun. Mungkin dia adalah orang yang baru kita temui kemarin sore. Bisa jadi dia adalah orang yang sudah lama kita kenal – yang dulu hanya kita anggap sebagai teman. Setiap orang berkemungkinan menjadi jodoh bagi siapa pun. Manusia tidak pernah benar-benar tahu.

Juli 2012 mengajarkan saya bahwa sebagai lelaki, saya harus menunjukkan keseriusan dalam hubungan. Memang pada saat itu saya belum siap secara mental, finansial, atau apapun. Tapi bukankah saya bisa menemui orang tua si perempuan untuk menyatakan keseriusan? Paling tidak saya meminta tenggang waktu. Misal 2 – 3 tahun lagi. Minimal tercapai semacam deal. Calon mertua akan lebih yakin, si perempuan akan lebih lega.

Patah hati itu sakit, jenderal! Pesan saya, bagi kalian yang sekarang sedang sedang bersama seseorang, jika memang serius dalam hubungan, datangilah orang tuanya untuk menyatakan hal itu. Paling tidak, mereka tahu jika kalian tidak main-main.

Bagi kalian yang sekarang masih sendirian, inilah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri secara religius, mental, dan finansial. Dan ketika suatu hari nanti kalian menemukan perempuan itu, jangan tunda sedikit pun untuk melamarnya!

Akhirnya, semoga tulisan kali ini bermanfaat. Insya Allah. Sebagai catatan, tulisan ini tidak saya tulis untuk membangkitkan segala memori bulan Juli dan merekatkan puing-puing cinta yang masih ada. Oh, saya tidak sebusuk itu! Saya hanya berharap pengalaman saya ini bisa menjadi pelajaran bagi para pembaca (terutama para lelaki).

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Mohon maaf minggu lalu saya tidak update tulisan. Skripsi, oh skripsi! (#alasan)

sumber gambar: vi.sualize.us

Wednesday, January 9, 2013 by Muhammad Haekal
Categories: 22 comments

Comments (22)

  1. baru tw bg ekal org kutablang hahahahha

  2. wah, patah hati itu sakit jenderal, saya tidak bisa menyanggah hal itu rancho ...bagi saya butuh 3 tahun untuk terbiasa dengan kondisi tanpa dia, saya juga merasa mungkin dia yang salah, mungkin saya juga yang salah.

    jodoh di tangan tuhan itu sudah pasti, bahkan para wanita sering menjawab proposal dengan kata "kalau jodoh tak akan lari kemana,pasti akan bertemu juga"
    mungkin tidak jarang membuat para lelaki putus asa, padahal memang benar begitu adanya.

    secara mental mungkin sudah siap, tapi secara finansial itu juga harus di fikirkan, sungguh menikah itu akan memperbaiki segalanya.semoga kita selalu dalam lindungan Allah ...

  3. thnx bro!
    sangat bermanfaat, buat para lelaki dan wanita dalam pencarian jati diri cinta mereka. ketika memandang cinta terkadang kita terlupa dengan realita yang ada, dimensi kehidupan lain yang juga membutuhkan perhatian kita. yang tanpa kita sadari, melupakannya akan membawa kehancuran bagi cinta kita. namun yang mesti kita ingat, seperti halnya kehidupan yang menemukan jalannya sendiri, cinta juga akan menentukan arah nya sendiri. kemana ia menuju dan kepada siapa ia akan tertuju.

  4. @desy: blasteran kuta blang + kuala simpang = lamreung! hahaha!

    @mahlizar: yop bro! capek patah hati. cukup sekali aja seumur hidup. mm, moga kala saatnya datang, kita udah siap scr mental, spritual, & finansial. insya Allah.

    @ella: alhamdulillah.
    "seperti halnya kehidupan yang menemukan jalannya sendiri, cinta juga akan menentukan arah nya sendiri. kemana ia menuju dan kepada siapa ia akan tertuju.."
    setuju!

  5. wisuda;nyari kerja;jadi kaya;dapet daun muda!hhaha smangat brai!!!

  6. Belajar mengerti cinta ketika rasa tak harus dibatasi karena cinta tak bisa tanpa memiliki...
    bagi mereka yg patah hati, ada kekuatan yg tak terdefinisi...
    terkadang memmbangun, tapi tak jarang malah menghancurkan...
    ceeumunguttt!!
    semoga patah hati anda tak menghancurkan impian laen dlm hidup anda...!!!

  7. @anonim: sipp! insya Allah. makasih ya :)

  8. cinta itu seperti mimpi.. ada kalanya kita mendapatkannya dan ada kalanya tidak.. ketika kita tidak mendapatkannya adalah satu hal penting yang kita dapatkan, yaitu kenyataan. Bahwa ternyata kita belum pantas memilki mimpi itu , sebuah kenyataan pahit memang, tapi paling tidak kita sadar bahwa kita harus berusaha lebih baik lagi, dan harus memulai membangun mimpi (cinta )baru. apa yang terjadi terjadilah, karena kesusahan akan masa lalu tidak akan pernah membantu masa depan.

    "seperti halnya kehidupan yang menemukan jalannya sendiri, cinta juga akan menentukan arah nya sendiri. kemana ia menuju dan kepada siapa ia akan tertuju.." tapi kehidupan tidak akan menemukan jalannya sendri tanpa melihat, begitu juga cinta.. jadi mulailah melihat lebih dekat..
    kee writing. terus berkarya. :)

  9. @anonim: yop! move on!
    :)

  10. keren..memberikan refleksi kehidupan sehari-hari yang bisa saja terjadi pada setiap orang.
    pesan yang saya dapat dari tlsn ini bahwa setiap orang yang hadir dlm kehidupan kita itu membawa kita pada kejadian-kejadian yang kita ga akan pernah duga sama sekali…nantinya tergantung pada kita buat menyikapinya…mau ambil positifnya atau negatifnya. ditunggu tulisan selanjutnya :)

  11. This comment has been removed by the author.
  12. cool..
    keep writing.. :)

  13. @devy & cutmay: alhamdulillah. thank yaa :)
    yop, banyak kejadian tak terduga yg terjadi di hidup kita. mudah2an kita selalu bs bersikap positif

  14. ah.. Membacanya..Saia ingin ikut menangis rasanya.
    Ghaha..

  15. salam BLOGGER dan salam kenal dari blogger asal kota padang, sumatra barat.
    maaf,saya masih Newbie
    yozidahfilputra.blogspot.com

  16. @anonim: hahaha! yg bener?
    @yozidahfilputra: sipp! salam kenal juga :)

  17. iya, bener.
    ngoaahahahaha

  18. case yang sama pernah kjadian sama kakakku. dan tulisan ini jujur. laki-laki wajib baca ini :D

  19. @unni: hai unni. lama tak jumpa ya. hahaha.
    mm, thanks ya. memang semuanya berat-berat gimana gituu.. hahaha

  20. wanita itu makhluk kepastian :)

  21. lelaki itu makhluk berpikiran :)

Leave a Reply