Kita dan Waktu



Dedi (sebut saja namanya begitu) ingin mencetak makalah, tapi printer mendadak macet. Lalu ia terburu-buru pergi ke rental, di tengah jalan ban motornya bocor. Setelah selesai ditempel dan ingin membayar ternyata ia lupa membawa dompet. Di tengah rentetan musibah itu, kawannya menelepon, “Gimana? Tugas kelompok kita udah siap di-print? 30 menit lagi kita tampil.”

Saat itu, selain tercetus keinginan untuk pura-pura pingsan, hatinya membenak: mengapa waktu begitu sempit? Mengapa aku begitu sial? Mengapa kehidupan sepertinya sedang menyusun rencana licik untuk menggagalkan setiap rencanaku?

Manusia kesal terhadap waktu. 

Waktu

Sang Waktu memberikan Dedi kelonggaran waktu dari pagi hingga siang. Ia tahu benar dedi sedang memiliki tugas untuk dikerjakan. Tapi sayangnya, Dedi terlena di warung kopi hingga waktu luang itu habis. Sang Waktu tak jera. Ia memberikan lagi malam hingga pagi untuk Dedi manfaatkan. Gawatnya ia lupa karena kadung bermain futsal hingga lelah mendera lalu memilih tidur sebagai penawarnya. Namun bukan Sang Waktu namanya jika menyerah begitu saja. Ia memberikan sahabatnya ini tiga hari berturut-turut hari libur nasional dengan harapan Dedi dapat menyelesaikan semua kewajiban. Canggihnya, Dedi malah membeli tiket kapal ke Sabang dan baru kembali tiga hari berikutnya.

Saat itu, Sang Waktu marah karena Dedi begitu susah bersyukur atas kelonggaran waktu yang ia berikan. Maka mulailah Sang Waktu menghubungi para anak buahnya berupa printer, ban motor, dompet, untuk berkomplot menggagalkan rencana Dedi pada hari itu.

Sang Waktu kesal terhadap manusia.

Berdamai

Setiap kita memiliki waktu 24 jam.  Apapun status dan jabatan, hanya segitulah waktu yang Tuhan berikan.

Sekarang adalah saatnya bagi kita untuk berdamai dengan waktu. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-sebaiknya. Menyelesaikan satu pekerjaan, dan beralih ke pekerjaan lain. Percayalah, jika kita menyediakan waktu untuk membereskan kewajiban, kita juga insya Allah akan memiliki waktu untuk bersenang-senang.

Nasihat tentang waktu memang barang usang. Disampaikan dari zaman ke zaman. Kapan kita benar-benar percaya hal ini? Saat melihat diri masih di situ-situ saja, di tempat yang sama, melakukan hal yang sama, tanpa perubahan. Sementara orang lain justru semakin berprestasi, semakin jauh mendaki. 

Akhirnya, semoga tulisan kali ini bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca :)

Sunday, February 3, 2013 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments

Comments (3)

  1. nasihat ttg waktu memang barang usang

    Hahaha mntap bg,, singkat tp berkelas :D
    Like this...

  2. very nice :-)
    mengutip kata2 dari Napoleon Hill : Jangan menunggu karena tak akan ada waktu yang tepat. Mulailah dari sekarang, dan berusahalah dengan segala yang ada. Seiring waktu, akan ada cara yang lebih baik asalkan tetap berusaha.
    ditunggu tulisan2 lainnya :-)

  3. @desy: alhamdulillah. thank yaa :)
    @devy: siip!! waktu memang gak akan menunggu, kita yg harus mengejar!

    makasih ya udah baca & komen :)

Leave a Reply