Instan



Jika ingin makan mie, sebagian besar dari kita tidak merasa ingin untuk repot-repot membeli tepung terigu dan telur untuk diadon menjadi mie, dan meracik merica, lada, cabai, garam, serta berbagai rempah lain untuk dijadikan bumbu. Cukup beli mie instan atau jika ingin yang lebih elegan, bisa pergi makan ke penjual-penjual mie terkenal yang terpencar di berbagai sudut kota.

Begitu juga jika ingin melahap makanan dengan saos. Jarang ada yang mau repot-repot memblender cabai dan tomat, lalu menumisnya dengan mentega. Cukup beli saos botolan yang tersedia dalam berbagai varian. Selesai.

Memang, manusia suka dengan yang instan.

Kebiasaan

Sialnya, sebagian dari kita menjadi terbiasa dengan hal yang instan. Tidak hanya makanan, hampir dalam seluruh aspek kehidupan manusia cenderung berharap dapat memperolehnya dengan cara mudah.

Ingin kaya raya. Gaji hanya bisa untuk hidup sederhana. Biar cepat terlaksana, ya korupsi.
Ingin kuliah di luar negeri. Tak bisa bahasa Inggris. Untuk tes TOEFL, ya sewa joki.

Instan.

Resep Kuno

Saya memiliki seorang teman yang skor TOEFL-nya hampir mencapai angka 600. Saat ditanya tipsnya, dia menjawab “belajar dan latihan”. Hanya itu.

Seorang teman lain, dalam usia mudanya (belum mencapai 25 tahun), sudah mampu membangun usaha dengan ratusan karyawan. Saat ditanya tipsnya, dia menjawab “berusaha dan berusaha”. Hanya itu. 

Belajar, berusaha, atau segala sesuatu yang termasuk dalam kata “proses”, adalah racikan resep yang umurnya sudah sangat tua. Bahkan saking kunonya, sebagian generasi sekarang justru tidak mempercayainya lagi. Mereka cenderung menyukai resep yang instan walau dengan risiko efek samping yang parah.

Kita harus menyadari bahwa kesuksesan adalah akumulasi dari tindakan positif yang dilakukan terus-menerus. Ia tidak mudah dan bahkan memakan waktu yang tidak singkat. Sekarang pertanyaannya adalah apakah kita benar-benar berkomitmen untuk itu?

Friday, March 8, 2013 by Muhammad Haekal
Categories: 6 comments

Comments (6)

  1. betullll..... sayangnya.... untuk yang serba instan semakin mudah didapat.....

  2. ini tulisan super, pemikiran instan jg lahir dari melesatnya kemajuan teknologi sehingga filterisasi pemikiran orang menipis atau bisa dibilang cepat goyah dan mudah bocor :)

  3. wah bang aulia!
    makasih :D

  4. Aku lagi baca blog qe kal. Karena aku lagi suntok. ini yg paling menarik. Salam dari aku penggemar yang instan2. Hahaha..

  5. hahahaha!
    ganas kali memang si kakak ne :D

Leave a Reply