Aduh Juve


Saya jarang menulis tentang sepakbola. Kalau pun ada itu hanya tentang Del Piero. Tapi malam ini saya palak sekali. Tim kesayangan saya, Juventus, kalah melawan Galatasaray. Bukan apa-apa, saya hanya merasa tadi bukanlah pertandingan yang ideal. Kedua tim seperti bermain di sawah.

Türk Telekom Arena (Istanbul, Turki) memang sedang diselimuti hujan salju. Pertandingan ini seharusnya selesai kemarin. Saking parahnya cuaca, pertandingan ditunda dan dilanjutkan malam ini. Kondisi tidak jauh berbeda. Lapangan becek. Bola bahkan tidak lancar bergulir di beberapa bagian lapangan. Alhasil, tidak ada pertarungan strategi dan skill pada pertandingan ini. Yang ada hanya pertaruhan keberuntungan: siapa yang mendapat bola di bagian lapangan yang tidak begitu becek – dan Galatasaray mendapatnya.


Babak kedua, bagian lapangan yang relatif kering berada di sisi Juventus. Disemangati oleh teriakan suporter tuan rumah, Galatasaray perlahan mulai leluasa membangun skema serangan. Peluang demi peluang pun hadir. Beberapa kali dada rasanya sesak melihat Drogba men-shoot bola – yang masih sanggup diblok Buffon. Jantung pun hampir copot menyaksikan Burak Yılmas berusaha menyapu bola rebound – walau dia gagal. Dan akhirnya para Juventini di warkop sempurna terdiam saat Wesley Sneijder – yang mendapat umpan dari Drogba, menendang bola ke tiang jauh. Gol.


Ingin rasanya berandai-andai tentang lapangan dan cuaca. Tapi memang takdir malam ini tidak bisa ditolak: Galatasaray maju ke babak 16 besar. Juventus harus merelakan diri bertarung di Europa League.

Tanpa juara Italia, sepertinya babak 16 besar Liga Champions nanti sudah berkurang kemeriahannya. Itu negatifnya. Sementara hal baiknya, Juventus bisa lebih berkonsentrasi mempertahankan scudetto.

Nanti malam, dua wakil Italia lain, yaitu AC Milan dan SSC Napoli, juga akan memperebutkan tiket ke babak 16 besar Liga Champions. Saya berharap mereka bisa lolos. Forza Serie A!

Akhirnya,mungkin ada yang bertanya apa untungnya menonton sepakbola, menjadi tifosi sebuah tim, kecewa jika mereka kalah, bersemangat jika mereka juara? Saya tidak benar-benar tahu. Tapi mungkin cukuplah itu semua disebut sebagai kebahagiaan. Sebuah pelipur lara dari realita bernama kehidupan. Forza Juventus!

sumber gambar:

Wednesday, December 11, 2013 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Comments (2)

  1. Dalam sepakbola setidaknya ada dunia yang relatif menunjukkan fairplay. Begitupun, tidak boleh melupakan kita pada dunia yang sebenarnya. Ulasan yang aktual dari seorang juventini ... :-)

  2. nah. benar itu! hahaha
    thanks ya Azhar udah ngunjung & komen :D

Leave a Reply