Harga


Sesungguhnya setiap impian memiliki harga. Ketika kita ingin mendapatkan sesuatu, kita harus membelinya.

Seorang pemuda yang ingin menjadi hafiz Al-Quran harus rela menyisihkan waktu untuk menghafalnya. Menjaga diri dari dosa yang konon dapat menghapus hafalan. Dan ketika telah khatam, ia juga harus berkomitmen untuk mengulang hafalan tersebut setiap hari.

Begitu juga pemain sepakbola profesional. Mereka tidak terlahir langsung sebagai pemain bola. Ada harga yang harus mereka bayar untuk mewujudkannya. Mulai dari memfokuskan diri untuk bergabung dengan klub sedari kecil. Menjaga pola makan. Rutin menempa tubuh di gym. Dan berkomitmen untuk terus meningkatkan prestasi agar bisa bermain di level yang paling tinggi.

Semakin besar ‘harga’ (baca: usaha) yang kita ‘bayar’, semakin dekat pula kita dengan impian. Jika usahanya tidak maksimal, pemuda yang berniat menjadi hafiz tersebut barangkali hanya mampu menghafal satu juz Al-Quran, dan pemain sepakbola tadi hanya sanggup menjadi bintang di turnamen antar kampung.

Percaya atau tidak, setiap orang yang kita kagumi–entah itu orang tua kita, artis, penulis, dai, dosen, chef, desainer, awardee beasiswa atau siapapun–telah berusaha dengan keras untuk mencapai posisi tersebut. Semua itu penuh tantangan. Atau jika kita berpikir itu tidak sulit, barangkali itu terjadi karena kita tidak melihat prosesnya, hanya hasil jadi.

Ah, itu sih karena bakat!

Bakat yang tidak diasah bisa hilang. Bakat yang tidak diwujudkan sebagai karya juga tidak bisa diapresiasi. Mirip seperti seseorang yang memiliki bakat menulis tapi ia tidak menulis. Atau ia menulis tapi hanya menyimpan karyanya di dalam lemari.

Bagaimana dengan takdir?

Takdir juga bermula dari usaha. Bagaimana mungkin seseorang bisa meraih Piala Oscar jika ia tidak pernah sekalipun bermain film?

Akhirnya, apa sebenarnya impian kita? Apakah kita sudah membayar dengan harga yang pantas untuk memilikinya? Atau jangan-jangan kita hanya tidur dan berharap semuanya terjadi begitu saja? Mimpi.

Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung :)

sumber foto: vi.sualize.us

Sunday, May 25, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 11 comments

Comments (11)

  1. "apa sebenarnya impian kita? Apakah kita sudah membayar dengan harga yang pantas untuk memilikinya?"

    Pertanyaan yg menohok."man yazra' yahshud", siapa yg menanam akan menuai hasilnya.
    Great post karl :D

  2. besssttt lii bg.. :D,, inspiratif abiizz daahh.. pnyemangat suasana bg.. ;) eheh

  3. nice and inspiring, tulisan ini mengingatkan saya pd pepatah arab ''man jadda wa jada :-)

  4. Pagi2 baca tulisan kek gini, bikin nambah semangat ane. :D
    Makasih Mas Bro.. :D

  5. sukaaa tulisan bg hekallll. :D

  6. sama halnya dengan meraih surga..mau surga tapi kok nyantai banget sama ibadahnya :)

    tulisan yg bgus :)

  7. Sekali menulis, haikal begitu mempesone. Kata orang bulek 'awesome' tapi kalau ureueng tuha Aceh, "nyoe tulesan that meusaneut" :)

  8. bereh bang, nice posting

  9. @lintasanpenaku: nah. iya bang! harus berani usaha kalau berani mimpi :D
    alhamdulillah. thanks bang :)

    @badral: wah, alhamdulillah. thanks bro :)

    @makmur: sip bro. sama-sama :D

    @langitsenja: sip. benar itu kak :)

    @sarah: alhamdulillah. thanks, sarah.

    @aulia87: omaaaa. alhamdulillah :D
    thanks abang.

    @yusrizal: alhamdulillah. teurimong geunaseh rakan :D

  10. Teori Harga oleh Kal Maks, hahay..

Leave a Reply