Masa Lalu


Saya menyimpan cerpen karangan saya di berapa folder. Yang sudah rampung saya namai “selesai” dan yang masih dalam pengerjaan saya beri keterangan “belum siap”.

Entah apa yang terjadi, cerpen di folder “belum siap” semakin menumpuk. Saya berencana menyelesaikannya tapi semuanya hanya tinggal rencana. Malah yang terjadi kemudian adalah saya mendapatkan ide baru, menuliskannya di Word, dan menyimpannya lagi di folder itu. Alhasil, dari hari ke hari, laptop saya sudah seperti tong sampah.

Hari ini saya kembali melihat-lihat ke sana. Membaca ulang tulisan-tulisan di dalamnya. Walau ide-ide di sana banyak yang menurut saya menarik, tapi apa gunanya jika tidak diselesaikan. Saya pun berencana menghapusnya. Seperti seseorang yang ingin membuat kue, lalu membeli bahan-bahannya, dan menyimpannya di kulkas. Tapi ya semua hanya sampai di situ. Ia tidak jadi buat kue. Semua bahan menumpuk dan mulai membusuk.

Namun alih-alih membuangnya, saya memilih untuk melakukan hal– yang bisa jadi tidak penting–yaitu menamainya lagi (rename) dengan nama “masa lalu”.

Saya suka nama itu. Seperti ada kenangan yang tiba-tiba membaui seluruh ruangan ingatan saya. Saya seperti dibawa kembali ke sebuah masa ketika Ayah baru membelikan saya komputer. Warnanya putih dan jika dihidupkan ia akan berbunyi seperti mobil yang sedang dipanaskan. Saya senang sekali. Setiap hari saya mengambil buku teks pelajaran lalu menyalin tulisan di buku itu ke komputer. Ada kesenangan tersendiri saat jemari saya menyentuh keyboard, menyelesaikan beberapa halaman, dan Mamak berkata: “Bagus!”. Saya merasa itulah momen ketika saya mulai jatuh cinta kepada dunia penulisan.

Selain membuat “masa lalu”, saya juga membikin folder lain bernama “langkah baru”. Saya berencana mengopi sebuah tulisan di “masa lalu” ke folder baru itu lalu benar-benar menyelesaikannya sebelum mulai mengerjakan tulisan yang lain. Saya tiba-tiba terpikir: jika hubungan cinta yang rusak saja bisa diperbaiki, tulisan yang berhenti pasti juga bisa dilanjutkan.

Ya, semoga rencana ini tidak sekadar menjadi rencana. Memperbaiki masa lalu hanya membutuhkan komitmen, bukan?

Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung :)

Thursday, May 15, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 11 comments

Comments (11)

  1. Beesstt abizzz bg... :D sukaa dgn kalimat terakhir... copy ya bg kalimat@... :D ehehe... manteeepp abiizzz..

  2. Yah kalo jodoh gak bakal kemna...yang penti g jangan lupa sama tujuan utama....gud lak broder

  3. tenang kal, semua hal itu bisa di refix, jd lebih baik pastinya,..
    setidaknya masa lalu bisa jadi cermin, untk kita bercermin muka bagian mana yg blm kena bedak :D
    #sori komen aq bengkok ujungnya, haha

  4. @badral: wah. alhamdulillah. thanks ya badral.
    sip-sip. silahkan :)

    @syahrial: sip bro! insya Allah. thanks :)

    @juli: hahahaha. betol-betol.

  5. Masa lalu tdk slamanya Indah, jua tak melulu pahit. Yg bisa diperbaiki, maka perbaikilah. Klo mau cari masa depan, tak jadi soal.
    Yap, komitmen itu penting :D
    Gud luck karl!

  6. "recycle bin" bisa jadi inspirasi yang bagus. great idea. thanks. saya sudah mulai mempraktekkan itu di masa-masa menulis tugas akhir dan seperti diingatkan lagi ketika membaca tulisan ini :-)

  7. daur ulang ni namanya, ramah lingkungan. hahaha

  8. @lintasanpenaku: sip bang! insya Allah. thanks :)

    @azhar: wah. iyaa bang. dibuang sayang.
    Alhamdulillah. makasih bang :)

    @yusrizal: alhamdulillah :)

    @ivan: hahahaha. green life wak :D

  9. selamat menulis,,d tgg terbitannya :D

  10. wahh. iya kak. insya Allah.
    doain yaa :D

Leave a Reply