Fragmen #4



Al- Isra (23-24)










SIM


Ketika memperpanjang SIM C beberapa minggu yang lalu, saya melihat sikap sebagian masyarakat belum berubah. Dengan alasan tidak lengkap membawa syarat, seperti surat kesehatan badan dan surat kesehatan jiwa, mereka enteng saja memberikan uang lebih ke polisi—yang dengan ajaib menerima bahkan menawarkan ‘kemudahan’ tersebut (dua tahun lalu ketika memperpanjang SIM A, saya pernah menulisnya di tautan berikut). Lebih canggih lagi, ada seorang ibu yang membuat (bukan memperpanjang) SIM A dengan membayar 400 ribu ke petugas. Sebuah simbiosis yang mencederai moral. Belum lagi bicara kegilaan membiarkan seseorang yang belum layak dapat SIM berkendara di jalan raya.

Saya percaya banyak orang yang tidak suka korupsi, jijik melihat koruptor, namun tidak sadar menjadi bagian dalam melahirkan perilaku koruptif. Kalau dihitung biayanya, memang tidak jauh berbeda antara mengurus semua kelengkapan syarat sendiri dan menyogok petugas. Jika melihat efisiensi waktu, malah mengurus lewat petugas bisa lebih cepat. Namun di sini kita bicara efek negatif ke depannya.

Apa tidak sakit dada melihat Indonesia? Dari level bawah sampai atas kerjanya begini semua.

Pepaya

Biasanya sebelum makan nasi, saya makan pepaya agar pencernaan lancar. Selesai makan, saya makan pepaya lagi sebagai pencuci mulut. Ketika Aceh kedatangan pepaya california, saya jadi lebih tergila-gila. Walau buahnya berukuran sekitar 1-2 kilogram, jauh lebih kecil dari jenis pepaya bangkok yang bisa sampai 4 kilogram, tapi rasa manisnya sampai 14 brix—sementara bangkok sekitar 11 brix. Tak heran beberapa penjual menyebutnya pepaya madu. Harganya juga cukup terjangkau dengan kisaran 6-10 ribu tergantung ukuran dan kelihaian menawar.


Screenshot ayat: alquran-indonesia.com

Wednesday, December 23, 2015 by Muhammad Haekal
Categories: , Leave a comment

Leave a Reply