Lingkungan


Saya percaya bahwa di mana pun seseorang berada, dia bisa melakukan apa saja yang ia niatkan. Kepercayaan ini membuat saya berada pada pemahaman bahwa sebenarnya manusia tidak perlu membuat-buat alasan tentang bisa-tidaknya dia melakukan sesuatu. Semuanya hanya berada pada sebuah ruang sederhana: dia mau atau tidak, serius atau main-main.

Hanya saja, untuk masuk ke level ini seseorang perlu mengubah dirinya menjadi dewa. Saya sendiri belum berhasil melakukannya. Saya bisa belajar di kamar tidur, tetapi kadang-kadang saya tergoda untuk membuka media sosial, memasak di dapur, atau yang paling bajingan adalah tidur-tiduran di kasur. Saya dapat pula membaca buku di tengah keramaian, tetapi seringkali pikiran saya lebih fokus pada orang-orang yang sedang berjalan, kenderaan, atau perasaan bahwa semua orang sedang memperhatikan apa yang sedang saya lakukan.

Benjamin P. Hardy, seorang kandidat Ph.D Ilmu Psikologi, di medium.com menjelaskan pentingnya lingkungan yang tepat bagi seseorang yang sedang mengusahakan sesuatu dalam hidupnya. Dia berargumen bahwa lingkungan memiliki kekuatan yang lebih besar daripada tekad pribadi. Manusia sendiri menurutnya adalah produk dari lingkungan.

Bagi saya, pendapat tersebut setidaknya menjawab mengapa sebagian orang lebih memilih berolahraga di taman, belajar di pustaka, bergabung di komunitas menulis, atau mendaftar di gerakan one-day-one-juz. Ini juga menjelaskan mengapa sastrawan sering berkumpul dengan sastrawan, seniman dengan seniman, penggemar sepakbola dengan penggemar sepakbola, aktivis dengan aktivis, dan lain sebagainya. Ada kekuatan lebih ketika sekelompok manusia melakukan sesuatu bersama-sama. Ada peningkatan pemahaman ketika mereka saling berdiskusi, mengkritik, dan memberi masukan di sebuah bidang. Dan salah satu yang terpenting adalah hadirnya perasaan mendalam bahwa ternyata mereka tidaklah sendirian.

Pendapat ini menurut saya tidak serta-merta menegasikan pentingnya bekerja secara individual. Saya pribadi beranggapan bahwa kondisi ideal adalah ketika seorang manusia bisa fleksibel: produktif dan kontributif dalam kesendirian ataupun keramaian, bisa melakukan sesuatu tanpa bergantung kepada situasi lingkungan. Apapun ceritanya, hidup ini seperti cuaca. Jika hujan tiba-tiba turun, kita tidak bisa mengontrol awan, tetapi kita bisa memakai payung. Ada saat-saat ketika lingkungan yang ideal tidak bisa kita dapatkan, tetapi kita bisa membangun 'lingkungan' ideal lain di dalam pikiran kita sendiri. Namun sekali lagi, untuk sampai ke level ini kita perlu melatih diri []

Monday, May 9, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Leave a Reply