Fokus


Sekarang kita punya banyak alasan untuk tidak fokus. Media sosial yang tak berhenti mengeluarkan notifikasi, grup-grup percakapan yang sebagian (atau mungkin semuanya) tidak terlalu kita butuhkan, dan kecentilan baru kita untuk memberitahu orang lain tentang apa yang kita lakukan atau rasakan. Gaya hidup seperti itu menjadikan kita terbiasa melakukan ragam aktivitas dalam satu kesempatan. Sayangnya tidak semua rangkaian multi-tasking itu benar-benar memberikan nilai dalam kehidupan kita. Hal-hal remeh berubah posisi menjadi pokok dan hal-hal lain yang masuk dalam kategori kewajiban justru kita tempatkan di prioritas waktu luang. Tentu konteksnya berbeda bagi sebagian orang. Mereka yang masuk dalam kategori hidup, mencari nafkah, atau basis kegiatan sehari-hari mereka ada di media sosial tentu tidak terkait dalam ceramah membosankan ini. Tulisan ini diperuntukkan untuk saya dan Anda yang sebenarnya memiliki pekerjaan lebih penting selain memelototi gawai.

Saya tidak tahu profesionalitas seperti apa atau kualitas pekerjaan bagaimana yang akan kita dapatkan dengan bekerja sambil, katakanlah, 'menganalisa' laman Facebook orang lain, atau membaca kisah pembunuhan yang melibatkan secangkir kopi. Saya sendiri percaya bahwa dalam hal-hal remeh saja, seperti buang air, seseorang perlu memfokuskan pikirannya, apalagi untuk hal-hal rumit lain yang memerlukan analisa dan konsentrasi tinggi. Bicara soal durasi kerja, kegiatan dengan model seperti itu biasanya akan melahirkan dua bentuk: waktu pengerjaan yang lebih lama; atau pengerjaan kewajiban pada waktu sisa. Tapi hasil kerjanya justru mirip: sama-sama tidak berkualitas. Mungkin sebagian dari Anda tidak setuju, namun begitulah yang selama ini saya perhatikan.

Fokus itu penting dan saya kira hukumnya sudah menjadi wajib. Setiap orang memang punya hak untuk hidup dengan caranya masing-masing. Tapi masak iya kita sanggup terus-terusan bertahan dengan hasil pekerjaan sendiri yang tidak becus. Masak gak malu protes dan pura-pura bingung kenapa negara orang maju dan negara sendiri setia sekali dengan status berkembangnya.

Capek ya tidak masalah. Toh setiap hari akan selalu ada senja yang mengantarkan kita pulang. Hari Sabtu dan Minggu juga belum dihapus dari kalender, kan?

*N.B: Jangan lupa ngopi agar tidak gila!
Foto: Dustin Lee

Thursday, August 11, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments

Comments (3)

  1. Apakah berarti fokus kunci keberhasilan?

Leave a Reply