Harapan di 26


Ketika seseorang sudah memiliki kehidupannya sendiri, kaki sudah mampu berjalan mandiri, apa lagi yang sebenarnya perlu dicari?

Bagi saya, kesendirian, sesempurna apapun bentuknya, selalu memiliki ruang kosong: berjengkal-jengkal spasi yang berbisik agar segera diisi.

***

Malam itu, di sebuah grup Whatsapp yang hanya berisi lima orang, semuanya teman SMA dulu, kami mendiskusikan sebuah pertanyaan: menurut pengalaman masing-masing, bagaimana tekanan untuk menikah di usia 26 tahun?

Dari perspektif perempuan di grup tersebut, 26 adalah angka yang dipenuhi harapan dan pertanyaan.

Orang tua mulai berharap agar anaknya segera menikah. Sebagian terang-terangan bertanya, sebagian lain menunjukkannya dengan kode menggelitik: menggendong bayi dengan ekspresi wajah yang perempuan lajang mana pun akan tahu itu isyarat "mama minta cucu". Ada pula yang terlalu malu sehingga memilih mencari tahu melalui para kenalan (atau sebut saja mata-mata) tentang informasi percintaan anaknya.

Tekanan juga datang dari lingkungan. Satu per satu teman menikah. Ketika itu, menghadiri resepsi tidak sepenuhnya tentang perayaan dan kegembiraan. Ada rasa sendu di dalam hati. Belum lagi beberapa kenalan yang kurang sensitif bertanya (atau bercanda), "Kamu kapan? Kenapa belum menikah? Kamu sih terlalu milih-milih!". Oleh karena itu, di setiap foto resepsi, orang yang paling ikhlas tersenyum barangkali hanyalah pengantin itu sendiri.

26 juga menjadi angka ketika ketakutan terus hidup melajang muncul. Maksudnya perasaan tidak aman kalau-kalau lelaki yang dinantikan itu takkan pernah datang. Di samping itu, ada pula kekhawatiran jika terlalu lama sendirian, pada akhirnya mereka tidak memiliki terlalu banyak pilihan. Bahasa teman saya: geli kalau nanti yang datang om-om. Dari dalam diri juga mulai muncul kebutuhan untuk memiliki pendamping hidup. Hidup mandiri bisa, tapi akan lebih sempurna jika itu dilakukan bersama lelaki yang dicinta.

Lalu kalau menurut lelaki bagaimana? Berhubung saya adalah satu-satunya lelaki di grup tersebut, jadi saya hanya berbicara menurut diri saya sendiri. Bisa jadi ada yang punya pengalaman sama, atau ya sebaliknya.

Tekanan dari orang tua hampir tidak ada. Bahkan lucunya beberapa kali saya minta malah tidak direstui. Saya masih terlalu anak-anak katanya. Pertanyaan tentang pernikahan saja, baru muncul beberapa waktu lalu dari mamak saya. Maksud saya yang benar-benar muncul tanpa saya pancing. Beliau bertanya apakah saya sedang berhubungan dengan seseorang. Saya menggeleng dan pura-pura santai: "Itu gampanglah. Nanti-nanti saja!" Mengenai hal ini, teman-teman di grup bercanda: "Sebenarnya ibumu hanya ingin memastikan: kamu gay atau bukan!" Kami semua terbahak.

Selain bully yang kerap muncul di kala ngopi, tak ada tekanan berarti dari lingkungan. Teman-teman menikah, ya mantap. Mantan menikah, ya selamat (dengan tanda seru)! Saya bahagia dan makan dengan lahap ketika resepsi, apalagi jika ada kakap goreng tepung plus saus asam-manis.

Bagi saya, tekanan yang lumayan berarti justru muncul dari diri sendiri. Saya merasa butuh pendamping. Ada masa ketika seseorang keluar dari rumah dan hidup benar-benar di atas kakinya sendiri. Saya butuh teman untuk menemani saya melewati proses ini. Sendiri sebenarnya bisa, tapi barangkali berdua lebih baik. Saling berbagi, mendukung, menguatkan, dan melengkapi.

Untuk yang sedang mencari, menanti, atau apapun itu, semoga Allah Swt memberikan akhir yang terbaik bagimu.

Foto: Tim Wright

Thursday, September 22, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments

Comments (3)

  1. aku ingat pernah menanyakan hal yg sama,sama salah satu kenalan yg beliau belum menikah d umur 35 tahun,,kalau kata beliau itu umur galau tingkat dewa, rasanya klo ada yg ajak nikah besok hayukk aja :D tapi ketika memasuki angka 30 udah mulai tenang..kadang juga hubungan pertemanan berubah, yg dulunya bsa asik aja sama si a, kesininya udah gak, masing2 udah mulai sibuk sama keluarga dan urusannya sendiri..wajar, orang berubah, kita juga :) nanti di 35 semuanya stabil lagi..

    jadi komen kepanjangan :D

Leave a Reply