Merayakan Kenyataan


Kalau saat ini saya masih mengeluh salah jurusan, apakah masih pantas?

Jika saya adalah sejenis setan dan keluhan itu dosanya sama dengan mengintip rahasia langit, barangkali saya sudah hangus disambar petir. Atau jika hal tersebut benar-benar saya lakukan dan ketahuan oleh orangtua dan teman-teman dekat saya, mereka akan enteng saja meringkus saya ke dalam karung dan menggebuk saya sampai mampus.

Setidaknya dulu saya mempunyai tiga cita-cita. Ketika masih SD, saya ingin jadi dokter. Dengan jas putih, stetoskop yang menggantung di leher, dan raut wajah yang lelah-lelah-indah, mereka siap siaga mengobati orang sakit. Di mata kecil saya dulu, menjadi pelayan masyarakat adalah hal yang mengagumkan.

Ketika SMA dan mulai coba-coba bermain gitar (sampai sekarang tidak lancar), saya kerap membeli majalah kunci gitar di kios-kios seputaran Simpang Galon, Darussalam. Salah satu dari kios tersebut menjual majalah bekas. Setelah puas membaca (sampai selesai) beberapa judul dan mengobrak-abrik seisi kios, saya memutuskan membeli Hai! bersampul Aming yang memakai toga: edisi spesial bagi calon mahasiswa baru. Dari majalah itu saya mengetahui ada sebuah jurusan keren bernama Hubungan Internasional. Saya pun larut dalam imajinasi menjadi diplomat. Walau sayangnya, impian indah itu tidak pernah saya lanjutkan dengan langkah nyata.

Masih di SMA. Ketika itu ada sebuah program pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh Tikar Pandan. Saya hampir tidak pernah absen satu hari pun. Puncak kebahagiaan saya terjadi ketika komunitas tersebut mengadakan proyek buku bertema gender. Saya yang ketika itu mengangkat topik mengenai waria merasakan kebahagiaan yang lekat manakala esai itu rampung. Ada perasaan haru karena berhasil menjadi pita suara bagi mereka yang bungkam. Mulai saat itu, saya tidak bisa jauh-jauh dari dunia penulisan. Walau tentu saat ini, saya masih menghujat diri sendiri karena hanya mampu menulis puisi atau kolom pribadi yang manfaatnya tidak begitu kentara bagi orang lain. Coba saja baca kumpulan puisi saya ini, apa yang kamu rasakan? Paling-paling depresi atau minimal sesak napas, bukan?

Tahun 2008, saya akhirnya kuliah di Pendidikan Bahasa Inggris dan Ekonomi Manajemen (tidak selesai). Kedua-duanya saya pilih dengan alasan yang tidak kuat. Yang pertama karena "keren aja" yang kedua karena "penasaran". Saya sendiri pada prosesnya merasa tersesat. Sempat malas-malasan dan ingin pindah jurusan. Ketika alhamdulillah wisuda, saya masih belum benar-benar tahu apa yang ingin saya lakukan. Alhasil saya mencoba berbagai hal seperti mendirikan lembaga bimbingan belajar (gulung tikar), menjadi guru bahasa Inggris dan terakhir wartawan (keduanya berakhir dengan surat pengunduran diri).

Teman-teman saya paling bosan kalau saya membicarakan tema ini. Bagi saya menarik sih seperti gorengan. Tapi kalau dimakan setiap hari apakah tidak berbahaya bagi kesehatan? Terlebih ketika sekarang saya menyadari bahwa seluruh proses itu, sedikit-banyaknya, berperan membentuk diri saya yang sekarang. Saya kemudian ingat sebuah perkataan yang, jika tidak salah, dikemukakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, "Jika aku berdoa dan Allah mengabulkannya, aku senang sekali saja. Jika aku berdoa dan Allah tidak mengabulkannya, aku akan bahagia berkali-kali. Sebab yang pertama adalah pilihanku, sementara yang kedua adalah pilihan Allah."

Di kehidupan ini, saya berkali-kali gagal dalam urusan pekerjaan, percintaan, dan mengenal diri sendiri. Namun kenyataan bahwa saya alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk belajar dan memulai lagi membuat hati ini lapang—sekalipun masih ada rasa takut mengulangi kesalahan.

Waktu terus berjalan dan saya berharap bisa terus fokus untuk hidup di masa sekarang (present), merayakan kenyataan, dan berbahagia dengan apa yang saya miliki. Insya Allah. Bagi saya, pertanyaan di paragraf pembuka itu sudah jelas jawabannya: tidak.

Mari ngopi.

Sunday, September 4, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: 6 comments

Comments (6)

  1. Betul,karl.
    Walau bgmna pun, kita yg skrg adlh bentukan dr pglmn2 kt sblmnya. Suka atau tidak, sadar atau tdk, ya itulah kt kan.
    Syukuri aja kan?
    U're not alone. Haha.

    Enlightened notes, btw. :D

  2. Sip. Alhamdulillah. Makasih, bang :)

  3. kal, aku udh bilang blom kalau aku ngefans sama tulisan tulisannya?
    hahahaha..

  4. hahahaha. Alhamdulillah. makasihh :)

  5. Apakah kegiatan saat ini?

Leave a Reply