Archive for December 2016

12 Desember 2016


12 Desember lalu saya genap berusia dua puluh enam tahun. Saya bersyukur kepada Tuhan untuk semuanya. Pengalaman baik dan buruk. Kesempatan bertemu dan berpisah. Penerimaan dan penolakan. Kebenaran dan kebodohan. Saya banyak belajar. Di titik ini, saya tidak ingin menyesali dan meratapi apapun. Saya yang sekarang, dengan segala yang telah diberikan oleh Tuhan, telah lebih dari cukup.

Siang hari itu, saya juga alhamdulillah menyelesaikan sebuah esai sederhana. Saya mengirimkannya ke Tirto.id, sebuah media baru yang sekarang menjadi salah satu yang paling saya hormati. Saya menulis tentang pengalaman menjadi minoritas beragama di Australia (silakan ketik tautan berikut untuk membaca). Itulah tulisan pertama saya setelah bertahun-tahun absen dari media. Saya bahagia dan bersyukur sekali. Semoga menjadi awal dari tulisan-tulisan berikutnya. Insya Allah.

Desember melaju cepat. Tak terasa sudah sampai di pertengahan bulan. Saya menghitung hari untuk mudik ke Aceh. Di dalam kepala saya sekarang adalah "agenda besar" itu. Saya tidak tahu bagaimana akhirnya. Seperti yang telah berulang kali saya katakan kepada diri sendiri: saya hanya bisa mencoba dan berdoa. Terserah Tuhan sang maha bijaksana yang menentukan hasilnya. Namun, sampai sekarang saya tidak bisa berhenti berharap: sebuah harapan yang besar dan positif.

Sekarang saya banyak menghabiskan hari dengan membaca dan menulis. Kepala saya mulai enteng karena saya tidak menahan-nahan lagi apa yang saya pikirkan. Semuanya perlahan saya salurkan dalam tulisan atau dialog. Saya sempat mengidap penyakit akut yaitu ketakutan mengutarakan pendapat. Kini hal tersebut perlahan mulai surut. Keberanian mulai bangkit. Sebuah modal awal untuk menjadi manusia yang merdeka.

Saya percaya manusia dibentuk dari apa yang ia lakukan terus-menerus. Oleh karenanya, saya berharap betul kebiasaan membaca dan menulis merasuk abadi di dalam kehidupan saya. Bukan sekadar euforia. Bukan hanya ketika ada tugas kuliah.

Akhirnya, saya ingin berkata bahwa menjadi diri sendiri itu membahagiakan dan melegakan. Dan bertemu dengan seseorang yang mau menerima semua itu adalah salah satu keajaiban di dunia. Eh, mengapa tiba-tiba ngomongin itu?

Wednesday, December 14, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: , Leave a comment

Risau


Pagi ini saya bangun pukul 04:30 dan tidur lagi setelah shalat Subuh. Pukul 10.00 saya terbangun dengan perasaan yang buruk. Tulisan belum selesai dan saya seperti kehilangan kemampuan untuk melakukannya. Saya kesal dengan diri sendiri. Sayangnya, kekesalan tidak pernah menyelesaikan masalah.

Dahulu saya punya kebiasaan menulis dan membaca setiap hari. Saya memiliki target minimal mengirim satu tulisan ke media massa per minggu. Saya selalu berhasil melakukannya. Di bulan-bulan ketika tindakan terus-menerus itu telah menjadi kebiasaan, beberapa tulisan saya dimuat di surat kabar. Selanjutnya, perkara menulis bukan lagi sesuatu yang teramat sulit saya lakukan.

Namun ada sebuah hari laknat yang saya lupa kapan terjadinya. Saat itu saya memutuskan beristirahat menulis. Satu, dua hari. Kemudian masuk hitungan minggu, bulan, dan tahun. Saya berhenti total. Saya berpuas diri. Menganggap diri hebat, lalu berhenti berlatih dan belajar. Keputusan yang buruk.

Sekarang, semua semakin parah ketika saat ini saya terjebak dalam ketakutan tidak wajar: takut tulisan saya jelek dan takut dihina jika berbeda pendapat. Alhasil, sampai sekarang saya tidak pernah benar-benar menulis.

Mendapati diri kehilangan salah satu identitasnya terasa sangat menyiksa. Inilah yang berusaha saya dapatkan lagi sekarang. Saya ingin produktif lagi menulis. Semua tidak mudah, saya tahu.

Jika saya menyelesaikan satu tulisan nanti, tulisan pertama saya setelah begitu lama vakum, insya Allah akan saya ceritakan prosesnya di sini. Target sederhana saya adalah menulis sebuah tulisan hingga selesai. Soal terbit atau tidak, itu perkara nanti. Saya ingin memiliki kebiasaan menulis lagi.

Belakangan kepala saya sering sakit. Barangkali ada banyak sekali ide yang mengantre untuk lahir. Saya mengajak diri untuk menyelesaikannya satu per satu.

Doakan saya, kawan.

Sumber foto: Hoach Le Dinh

Tuesday, December 6, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Desember '16


Dari sekian banyak pilihan, menjadi bedebah adalah yang terburuk. Bagi saya, tidak ada yang lebih menyakitkan diri sendiri daripada menyakitkan orang lain. Sialnya, rasa pahit justru datang jauh-jauh hari setelah semua terjadi. Meminta maaf, sekalipun dimaafkan, rasanya tidak cukup. Di titik ini saya menyadari, menjadi pelaku kejahatan sama sekali tidak gampang. Teror rasa bersalah menjadikan hidup terasa tidak baik-baik saja.

Saya menganggap ini hukuman. Barangkali yang saya rasakan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang yang telah saya sakiti. Di Desember ini saya merasakan betul, apa yang saya perbuat berbulan-bulan lalu buruk sekali. Semua memang sudah berlalu dan yang tersisa dari semua ini adalah pelajaran bagi kami. Tentu dengan konteks dan sudut pandang masing-masing.

Jika mengingat-ingat kejadian itu, saya jadi takut sekali menyakiti lagi. Tidak. Sungguh. Saya tidak mau lagi.

***

Pertengahan November lalu, saya alhamdulillah berkesempatan ke Roma, Italia, untuk menghadiri konferensi. Saya tidak pernah berpikir bisa berjalan di aspal Roma, mencicipi croissant dan secangkir cappuccino, menghirup udara di negara yang akrab dengan kehidupan saya karena Liga Serie A.

Saya kerap merasa tidak pantas untuk apapun, termasuk kemewahan ini. Namun yang saya ingin katakan, tidak ada yang tidak mungkin. Setiap orang berkemungkinan mendapatkan yang ia inginkan. Satu hal yang paling penting adalah mencoba. Itulah saat kita akhirnya mengetahui Tuhan membawa kita ke mana.

Jangan pernah putus asa.

***

14 Januari 2017, insya Allah saya akan mudik ke Aceh.

Saya memiliki sebuah agenda besar. Entahlah. Saya masih tidak tahu akhirnya bagaimana. Saya pun masih belum terlalu percaya diri menyampaikan ini kepada banyak orang. Hanya keluarga dan beberapa teman dekat saja yang tahu.

Apapun akhirnya, insya Allah saya akan terima. Mencoba dan berdoa, hanya itu yang saya bisa.

***

4 Desember 2016, saya masih berusaha menemukan satu kepingan diri saya di masa lalu. Seorang Haekal yang memiliki keberanian, kualitas, dan produktivitas yang tinggi dalam menulis.

Saya kecewa dan kesal karena ia belum kunjung saya temukan. Saya masih terlalu takut bahkan untuk memulai. Saya harus menemukan ia segera. Saya khawatir, bagian diri saya itu hilang dan takkan pernah lagi kembali. Jika itu yang terjadi, sungguh buruk sekali sisa kehidupan saya.

Saya rindu sekali padanya []

Sunday, December 4, 2016 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments