Harap

Ketika saya tiba, dia sedang duduk menatap layar gawai. Proyektor di depan masih menayangkan iklan. Pertandingan babak pertama derby London baru saja berakhir. Dari kegelapan langit malam, hujan masih merintik.

Di Sahabat Baru, kedai kopi tempat kami duduk, hanya beberapa orang yang menonton bola. Selain karena didirikan di jalan alternatif (Jalan Lamreung, salah satu cabang dari Simpang Tujuh Ulee Kareng), kedai ini tidak begitu menarik pandangan mata. Hal yang paling spesial dari kedai ini adalah nasi gorengnya. Racikan bumbu Acehnya sangat terasa dan ia dimasak dengan berapikan arang. Inilah yang membuat banyak orang singgah. Sekalipun mayoritas dari mereka lebih memilih menikmatinya di rumah.

Saya menepuk bahu teman saya dan duduk. Dari raut wajahnya, saya tahu jika tim kesayangannya sedang bermain buruk. Setelah mencaci-maki permainan timnya beberapa hembusan nafas, dia bertanya kabar saya. Kami berbasa-basi sejenak dan mulai serius menatap layar ketika peluit babak kedua ditiup.

Ini juga bukan tahun yang baik bagi teman saya itu. Ia gagal berkali-kali dalam seleksi beasiswa. Sementara hampir seluruh teman dekatnya akan segera berangkat kuliah. Kenyataannya ini membuatnya sering murung di meja kopi. Ia pun muak jika ada orang yang bertanya tentang rencananya di masa depan.

Kadang-kadang ia heran kenapa bagi sebagian orang hidup terkesan begitu mudah. Dan kenapa pula baginya semua terasa sebaliknya. Sialnya, hari-hari tak pernah berhenti berlari. Seperti semua orang di dunia, usianya terus bertambah. Kenyataan bahwa ia masih belum mampu beranjak dari rumah, makin membuatnya merasa tidak nyaman.

***

Pagi itu, di kedai kopi di tepi bantaran sungai, ia berkata pada saya ingin mencoba sekali lagi. Hanya sekali lagi. Tahun ini, ketika semua teman-teman pergi, ia pun merasa tidak bisa diam begitu saja. Iya yakin ada sesuatu yang tersedia untuknya di ujung usaha ini.

Saya teringat satu nasihat dari masa lalu: ketika tali kehidupan telah menarikmu begitu kencang, ketika rasanya kau tidak sanggup lagi menahannya, bertahanlah sebentar lagi. Tali itu akan putus. Kau hanya perlu bertahan sebentar lagi.

Dan kali ini, saya yakin sekali, tali kehidupan, yang selama ini melilit teman saya itu, akan segera putus. Insya Allah. Saya berharap besar sekali.

Tuesday, February 7, 2017 by Muhammad Haekal
Categories: Leave a comment

Leave a Reply