tag:blogger.com,1999:blog-1364398557710590822024-03-10T01:18:45.110-08:00haekalismSetelah sekian tahun berhenti, apakah saya perlu menulis lagi di blog ini?Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.comBlogger296125tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-9523130819265368202019-06-23T19:27:00.003-07:002019-06-23T19:27:42.245-07:00PUBG di Aceh Haram?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKxUVLZkZEcB_IAdmfEIzgRd1L8wY9ntXQ2UtUw77LKj2RJMAeypRL6IEEp12gbYvSlGS1rzgo_hdzRJbLkkYo0JRLu5m4H4bWHtxHC2sdcQspVKKtzuTWZIkNyWdarxghVkzlUr-sig7S/s1600/PUBG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKxUVLZkZEcB_IAdmfEIzgRd1L8wY9ntXQ2UtUw77LKj2RJMAeypRL6IEEp12gbYvSlGS1rzgo_hdzRJbLkkYo0JRLu5m4H4bWHtxHC2sdcQspVKKtzuTWZIkNyWdarxghVkzlUr-sig7S/s400/PUBG.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Salah satu kekeliruan paling mendasar dari keputusan MPU Aceh memfatwakan haram atas <i>game</i> PUBG adalah mereka tidak melibatkan banyak pihak, khususnya <i>gamer</i>, dalam mengambil keputusan. Rasa-rasanya yang diundang untuk berkompromi adalah pihak yang kontra saja. Dan hasilnya sudah bisa ditebak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keputusan itu bagi saya mengecewakan. Pertama karena saya pikir MPU Aceh punya cukup kebijaksanaan untuk menggelar diskusi yang terbuka dan adil tentang plus-minus game ini. Nyatanya tidak. Padahal ada banyak aspek yang bisa dibahas, mulai dari psikologi hingga ekonomi. Kedua, MPU Aceh mengambil pijakan studi yang tidak kuat tentang gamer yang bunuh diri di India sebagai salah satu landasan mengeluarkan fatwa. Padahal ada studi-studi lain yang lebih bisa dipertanggung-jawabkan secara akademis, yang tidak menyebutkan adanya korelasi, misalnya antara kekerasan dan game. Jika tidak percaya dengan studi yang dilakukan di luar negeri, MPU Aceh seharusnya melakukan penelitian independen, bisa dengan melibatkan kampus, untuk mencari tahu plus-minus dari game ini. Kebijakan yang lahir dari landasan yang tidak kuat hanya memiliki dua kemungkinan: merenggut aspek positif yang telah ada; atau ditertawakan oleh masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, saya berharap MPU Aceh bisa lebih bijak lagi dalam berfatwa. Saya belum lupa, beberapa waktu yang lalu, MPU begitu lambat bergerak dalam isu vaksin ketika penyakit sudah mulai mewabah. Padahal ketika itu, MUI sendiri sudah lebih dulu turun tangan. Sebagai lembaga publik, MPU tidak boleh keras kepala dan ekslusif, yang akhirnya berpotensi mempermalukan dirinya sendiri[]</div>
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://wallpaperaccess.com/pubg-4k-gaming" target="_blank"><span style="font-size: x-small;">Sumber gambar: wallpaperaccess.com</span></a></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-32017476012009706282018-10-29T18:30:00.000-07:002018-10-29T18:30:09.149-07:00Kelana<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ6xPW21s-EFKFeHIAwXnSgXowF6uTc24GF5fehqnBy3xpy152uQ_R8gOn-mW_9aOO7I_ypqnPCUSeQdOwL0JoV1lMbSyYi5JjSygbLsjfwaVbPqsI6lNh3Y2evYab4Amv1e50QxPzJzXM/s1600/paolo-nicolello-692918-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ6xPW21s-EFKFeHIAwXnSgXowF6uTc24GF5fehqnBy3xpy152uQ_R8gOn-mW_9aOO7I_ypqnPCUSeQdOwL0JoV1lMbSyYi5JjSygbLsjfwaVbPqsI6lNh3Y2evYab4Amv1e50QxPzJzXM/s640/paolo-nicolello-692918-unsplash.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"><i><a href="https://unsplash.com/@paul_nic" target="_blank">Sumber: Paolo Nicolello</a></i></span></div>
<br />
2018. Dan aku telah bersiap-siap untuk berkelana lagi. Kali ini tidak sendiri.<br />
<br />
28 tahun akan menjadi sia-sia jika aku hanya menanam diri di sini. Aku memilih pergi dan melihat dunia yang luas ini.<br />
<br />
Oktober. Dan waktu terus berlari. Koperku akan segera berisi lagi []Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-21804329436020274742018-10-23T19:02:00.001-07:002018-10-23T19:03:40.286-07:00Ekstrovert atau Introvert?Bagaimana sebenarnya penjelasan konsep ekstrovert dan introvert? Mari kita menyimak video berikut ini.<br />
<br />
<iframe allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen="" frameborder="0" height="453" src="https://www.youtube.com/embed/e2euOZeiHSg" width="806"></iframe>
Sumber video: <a href="https://www.youtube.com/channel/UCmCHaPQNi4Cqmv9JnpzTlHQ" target="_blank">Accidentally in Life</a>Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-39252650504743412262018-10-20T19:58:00.002-07:002018-10-20T19:58:58.529-07:00Puisi Kampus<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYjmOE_bEjOM6jGWN6BSBaqoBuhMAsmoWyo5z9RiD2VtbIDwmyDQ_RupsZP0-sfo9s1JKR_BdF2RS8ZIEVvVYGJtzInaiSaA0rqV-_cih3IppSGaSTmev0CnufQynejMLCTCjFdItP3mjz/s1600/IMG_6558.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="353" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYjmOE_bEjOM6jGWN6BSBaqoBuhMAsmoWyo5z9RiD2VtbIDwmyDQ_RupsZP0-sfo9s1JKR_BdF2RS8ZIEVvVYGJtzInaiSaA0rqV-_cih3IppSGaSTmev0CnufQynejMLCTCjFdItP3mjz/s1600/IMG_6558.JPG" /></a></div>
<br />
Sumber: <i>Serambi Indonesia</i>, 21 Oktober 2018Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-65068432526057801192018-10-20T19:44:00.002-07:002018-10-20T19:47:42.463-07:00Akreditasi Kampus dan Kebohongan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB65_ARfdOMHclxTTXDFIh4Mc0hkxjKNSuszz9KJm3B_7czb5OGI4GyiPrmgKLj5JO5xdHFm3J5WvnsJiKNTUvgGGld9wilU9xKY8S6LWtfleWpYDCQi5seT-y3duljCeC8bd5US_1LsT4/s1600/nathan-dumlao-572047-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB65_ARfdOMHclxTTXDFIh4Mc0hkxjKNSuszz9KJm3B_7czb5OGI4GyiPrmgKLj5JO5xdHFm3J5WvnsJiKNTUvgGGld9wilU9xKY8S6LWtfleWpYDCQi5seT-y3duljCeC8bd5US_1LsT4/s640/nathan-dumlao-572047-unsplash.jpg" width="640" /></a><span style="text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"><i>(Sumber: <a href="https://unsplash.com/@nate_dumlao" target="_blank">Nathan Dumlao</a>)</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, ada beberapa poin yang dinilai. Mengutip artikel dari <a href="https://blogs.itb.ac.id/bayu/2010/12/28/pentingkah-akreditasi-perguruan-tinggi/" target="_blank"><i>blogs.itb.ac.id</i></a>, aspek-aspek tersebut antara lain:</div>
<blockquote class="tr_bq">
<ul>
<li>Kurikulum dari setiap program pendidikan.</li>
<li>Jumlah tenaga pendidik.</li>
<li>Keadaan mahasiswa.</li>
<li>Koordinasi pelaksanaan pendidikan, termasuk persiapan sarana dan prasarana.</li>
<li>Kesiapan administrasi akademik, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga dari perguruan tinggi.</li>
</ul>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Seyogianya, tidak ada yang keliru dari proses ini. Dengan melakukan akreditasi, kampus akan mengetahui seberapa tinggi kualitas yang mereka miliki, dan melakukan perbaikan di bidang-bidang yang masih memiliki kekurangan. Bagi pemerintah sebagai pemegang otoritas, akreditasi akan memberikan gambaran terkait apa saja yang perlu disuntikkan pada sebuah kampus agar bisa lebih baik di masa depan. Bagi calon mahasiswa, akreditasi berguna untuk menilai kualitas kampus sebelum mereka mendaftar. Selain itu, berbicara tentang dunia kerja, akreditasi akan memudahkan perusahaan untuk menjaring calon-calon pekerja sesuai standar yang mereka tetapkan.<br />
<br />
Itulah letak permasalahannya.<br />
<br />
Akreditasi yang notabene adalah alat ukur kualitas kampus, di beberapa kampus, justru dimanipulasi prosesnya untuk mendapatkan nilai terbaik (A). Alasan yang seringkali dipakai untuk menjustifikasi hal ini adalah: <i>d<span style="text-align: left;">engan akreditasi A, kampus akan berpeluang memperoleh lebih banyak mahasiswa baru; a</span></i><span style="text-align: left;"><i>lumni akan berkesempatan bekerja di perusahaan/ instansi ternama.</i> Semacam simbiosis mutualisme.</span><br />
<span style="text-align: left;"><br /></span>
<br />
<div>
Memang tidak ada yang salah dengan target capaian seperti itu. Yang keliru adalah proses manipulasi atau fabrikasinya. Bagaimana mungkin kampus yang notabene berperan sebagai pencerah di tengah masyarakat, justru menetapkan standar moral yang begitu rendah hanya untuk memperoleh nilai A dalam akreditasi. Terlebih, dalam praktik ini, terkadang saya melihat, dosen atau staf di kampus ikut melibatkan mahasiswa. Sadar atau tidak, bukankah ini termasuk pendidikan korupsi?</div>
<br />
Saya pikir, universitas perlu serius untuk berubah. Saya tahu sebagian akademisi tidak senang dengan praktik ini. Tinggal perlu keberanian untuk berbicara, mengubah hal yang telah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun. Ingatlah bahwa universitas adalah salah satu tempat di mana generasi muda belajar, dan setelah lulus mengisi posisi-posisi pengabdian di tengah masyarakat. Jika terus seperti ini, generasi seperti apa yang sedang kita coba lahirkan? []<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b>*<i>kalword.blogspot.com </i>akan selalu menjadi situs gratis yang mengangkat isu-isu penting di sekitar kita. Untuk mendukung blog ini, silakan klik iklan yang terdapat di sebelah kiri layar. Terima kasih atas kunjungan dan perhatian teman-teman!</b></span></div>
</div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-5814007288452065482018-10-19T21:59:00.000-07:002018-10-20T01:10:54.600-07:00Generasi Tanpa Kantor di Aceh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIT5FEne12yd1rsFGQqoXwJ_5m0ry8CErIgVVM-H96oGrI4_RHQiGy3oyPc-5muUVIiyeue8MswbgobeiCJXox1sBZsCR5CYiEDZLjj4k7DxT6t6gZTnjtcoLg9yLRZMG495H2VlwAvqYO/s1600/sebastiaan-stam-575504-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIT5FEne12yd1rsFGQqoXwJ_5m0ry8CErIgVVM-H96oGrI4_RHQiGy3oyPc-5muUVIiyeue8MswbgobeiCJXox1sBZsCR5CYiEDZLjj4k7DxT6t6gZTnjtcoLg9yLRZMG495H2VlwAvqYO/s640/sebastiaan-stam-575504-unsplash.jpg" width="640" /></a><span style="font-size: xx-small;"><i><span style="text-align: right;">(Sumber: </span><a href="https://unsplash.com/@chillarea" style="text-align: right;" target="_blank">Sebastiaan Stam</a>)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Generasi tanpa kantor. Saya pertama kali membaca artikel tulisan Rakhmad H.P ini di situs <a href="https://news.detik.com/kolom/3845185/generasi-tanpa-kantor" target="_blank"><i>Detik.com</i></a>. Di sana, dia menulis bagaimana pengalamannya mengundurkan diri dari sebuah perusahaan, dan memilih bekerja di rumah. Keputusannya tersebut diiringi semprotan bosnya yang membandingkan antara generasi pekerja sekarang (milenial) cengeng, dan sebaliknya generasi si bos tersebut (boomers dan X) bermental lebih kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pribadi menganggap stereotip antar generasi ini perlu dikaji lagi lebih lanjut. Ketika seseorang memilih keluar dari sebuah perusahaan, hal ini tidak semata-mata karena dia tidak sanggup bekerja, apalagi karena dia berasal dari suatu generasi. Tapi lebih daripada itu, yang semestinya perlu dicermati adalah "kenapa" dia tidak memilih keluar. Apakah karena visi perusahaan tidak jelas, supervisinya terlalu ketat, ketidak-sesuaian antara deskripsi kerja di kontrak dengan realitas, durasi bekerja yang teramat panjang, ketiadaan unsur rekreasi di kantor, dsb. Lebih lanjut, pelabelan atas "generasi" tentu tidak adil mengingat setiap manusia itu unik. Isu akan beda kasus per kasus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiji8FW7UetaNt32il52QNHtFO1uJnV5PFdXb5ekLntjGv9GELaqoDPhnyJI9_bgUAXeFo9uZgr7Vs63kp-z84jZu-t6rZbu22oSHG9UqqMaD8wh6A5moNgGzN4YpzLWeMFiUQTYx_-MPzm/s1600/Screen+Shot+2018-10-20+at+10.07.46+am.png" imageanchor="1"><img border="0" data-original-height="1388" data-original-width="728" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiji8FW7UetaNt32il52QNHtFO1uJnV5PFdXb5ekLntjGv9GELaqoDPhnyJI9_bgUAXeFo9uZgr7Vs63kp-z84jZu-t6rZbu22oSHG9UqqMaD8wh6A5moNgGzN4YpzLWeMFiUQTYx_-MPzm/s640/Screen+Shot+2018-10-20+at+10.07.46+am.png" width="334" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: xx-small;">Sumber: <a href="https://www.theatlantic.com/national/archive/2014/03/here-is-when-each-generation-begins-and-ends-according-to-facts/359589/" target="_blank">The Atlantic/ The Wire</a></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ringan ini sendiri bukan hendak membahas problematika konsep generasi X, Y, Z, dst. Namun ingin menyinggung bahwa generasi tanpa kantor itu ada, dan mereka bisa hidup secara cukup dari pekerjaannya. Kali ini saya menulis dalam konteks Aceh, Indonesia. Artikel ini akan membahas sekelumit kasus yang bisa jadi tidak mewakili populasi pekerja tanpa kantor di provinsi paling barat Indonesia ini, namun paling tidak dapat memberikan gambaran kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mendefinisikan generasi tanpa kantor sebagai seseorang yang bekerja secara independen, durasi waktu fleksibel, tanpa terikat penuh waktu dengan sebuah perusahaan (atau terikat dengan perjanjian berbasis per satu kontrak pekerjaan). Mereka bisa 'berkantor' di mana pun, yang paling penting adalah pekerjaannya selesai tepat waktu. Definisi ini sangat mirip dengan konsep <i>freelance</i>. Sehingga menurut saya, generasi tanpa kantor bisa disamakan dengan <i>freelance generation</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://aceh.bps.go.id/pressrelease/2018/05/07/444/keadaan-ketenagakerjaan-februari-2018.html" target="_blank">BPS Aceh (2018)</a> menyebutkan, jumlah penganggur di Aceh pada Februari 2018 mencapai 154 ribu orang, sementara jumlah yang bekerja adalah 2,2 juta orang. Survei BPS Aceh ini sendiri memiliki kekurangan antara lain, ia tidak menjelaskan apa yang dimaksud sebagai pengangguran, dan mengapa seseorang menjadi pengangguran. Selain itu, survei ini hanya menyentuh sektor-sektor seperti pertanian, kontruksi, pertambangan, dsb. Artinya, ada sektor-sektor pekerjaan lain yang tidak disentuh oleh BPS. Walaupun demikian, setidaknya survei ini telah menyentuh aspek umum bahwa kuat dugaan, ada individu-individu yang tidak tersentuh oleh bidang pekerjaan arus utama di Aceh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lida (bukan nama sebenarnya), adalah seorang sarjana Ilmu Sosial dari sebuah kampus di Aceh. Namun berbeda dengan apa yang ia pelajari di kampus, ia justru memiliki minat dan bakat di bidang musik. Ia pernah berkata bahwa ia hampir tidak memiliki imajinasi untuk bekerja, katakanlah sebagai PNS di Aceh. Selain sulit mencari formasi sesuai dengan bakatnya, dia merasakan lebih nyaman bekerja secara independen. Dia pun terus mengasah bakatnya di bidang musik, dan sempat mengikuti kursus di Pulau Jawa. Saat ini, dia aktif memasarkan musiknya, kebanyakan adalah audio untuk keperluan perusahaan, di situs-situs, seperti <a href="https://audiojungle.net/" target="_blank">Envato</a>. Dia menghargai musiknya $8 - $45 tergantung durasi dan tingkat kesulitannya. Konsumennya banyak berasal dari luar Indonesia. Dengan pendapatannya selama ini, dia bisa membangun studio musik pribadi di rumahnya. Sehari-hari dia bekerja di sana. Selain itu, dia juga mengaku bisa bekerja di mana pun. Yang penting dia membawa laptop.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcn7gnwxD8lasintkm8w2u5et6Q-zGlguxoXI9nbeShywYYh_wMHKQrKo-Wcm2z8ZmL9hxf4snxlMXSZzVwYWX-swK_BltRyXwJk2VykuVcz4x9C8GvknVbcBDbx3L3NTB4fUEHgoAvcE2/s1600/omar-prestwich-247115-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcn7gnwxD8lasintkm8w2u5et6Q-zGlguxoXI9nbeShywYYh_wMHKQrKo-Wcm2z8ZmL9hxf4snxlMXSZzVwYWX-swK_BltRyXwJk2VykuVcz4x9C8GvknVbcBDbx3L3NTB4fUEHgoAvcE2/s640/omar-prestwich-247115-unsplash.jpg" width="640" /></a><span style="text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"><i>(Sumber: <a href="https://unsplash.com/@omarprestwich" target="_blank">Omar Prestwich</a>)</i></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang teman lain, masih juga dalam bidang kreatif, bekerja mendesain huruf (<i>font</i>) dan format cetak (<i>template</i>) majalah. Dia juga memasarkan karyanya di situs-situs luar negeri. Ayah satu anak ini, berkata bahwa pekerjaannya itu cukup untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Apalagi karena ia dibayar dengan Dollar Amerika. Untuk menambah penghasilan, ia turut mengerjakan pekerjaan desain spanduk dan brosur untuk pasar di Aceh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kenalan saya lain, mencari nafkah dengan membuat situs, menulis opini, dan menerjemahkan dokumen. Walaupun dari segi pendapatan relatif tidak pasti, namun sejauh ini, mereka mengaku hidup cukup dari pekerjaannya. Tiga aspek terpenting dari bekerja seperti ini adalah promosi, produktivitas, dan kualitas. Sepanjang mereka bisa memenuhi tiga poin tersebut, tawaran proyek terus berdatangan. Kebanyakan dari langganan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir semua dari mereka tidak memulai karir dengan mudah. Mereka melalui bulan demi bulan tanpa pemasukan. Lida menyebutkan, pada saat merintis dulu, dia sempat berkali-kali ditolak untuk mengunggah musiknya di sebuah situs.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kualitas musikku dulu masih di bawah standar pasar," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring waktu, mereka terus meningkatkan kemampuan individu, dan perlahan memperbaiki kualitas produknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aceh bagi saya, belum menjadi tempat bagi berkembangnya semua kemampuan. Berbicara dalam konteks yang lebih luas, di sini, kemampuan seperti membalap (<i>racing</i>), bermain <i>games</i>, bahkan sepakbola, belum dianggap serius. Alhasil, jika ada individu-individu yang menekuninya, tidak didukung maksimal, dan bahkan dipandang sebelah mata. Di kasus-kasus tertentu, orang-orang ini terpaksa bekerja di bidang yang tidak mereka sukai hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fenomena generasi tanpa kantor, walaupun tidak menyelesaikan persoalan pekerjaan secara mengakar, namun menyediakan alternatif bagi orang-orang yang tidak terserap oleh pasar di level lokal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian punya pendapat berbeda? Saya tunggu balasannya di kolom komentar []</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
|</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><b>*<i>kalword.blogspot.com </i>akan selalu menjadi situs gratis yang mengangkat isu-isu penting di sekitar kita. Untuk mendukung blog ini, silakan klik iklan yang terdapat di sebelah kiri layar. Terima kasih atas kunjungan dan perhatian teman-teman!</b></span></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-10284519987534509262018-10-17T02:59:00.000-07:002018-10-17T02:59:50.653-07:00Salah Satu Cara Membantu Pemimpin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilK9UZsiMkTVNacMR3ODb0OWF4mwR5tSKKX3C9oJdDxqrs2UQlS_22z_r3Vnj2sJdi0bHDnA2g5EEkn54k-YjmsYaHxeMod-bTvQc_0yLQvgbLlmgR0mwVMyxKxnuVltznkDnJwe-6wHx5/s1600/sandy-zebua-581616-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilK9UZsiMkTVNacMR3ODb0OWF4mwR5tSKKX3C9oJdDxqrs2UQlS_22z_r3Vnj2sJdi0bHDnA2g5EEkn54k-YjmsYaHxeMod-bTvQc_0yLQvgbLlmgR0mwVMyxKxnuVltznkDnJwe-6wHx5/s400/sandy-zebua-581616-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Di dunia banyak hal yang mesti dia urus. Dalam ajaran Islam, bahkan nanti di akhirat pemimpin adalah salah seorang yang paling sulit melewati birokrasi malaikat jika selama hidupnya dia tidak beres menjaga amanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hari, paling tidak sekali saya menggerutu dengan jalan yang berlubang. Apalagi kalau sedang hujan, bisa-bisa jadi kubangan. Dan entah ada berapa kekesalan lain yang keluar misalnya ketika listrik mati, air PDAM macet/ keruh, dan lain-lain. Itu masih saya sendiri. Rakyat lain tentu memiliki keluhan mereka masing-masing. Saya yakin, walau tentu tidak sepenuhnya percaya diri karena tidak melihat, gerutuan saya ini sampai ke telinga malaikat. Di tahap ini, saya kasihan dengan pemimpin dan sebenarnya tidak habis pikir, mengapa mereka mau habis modal banyak untuk mendapatkan posisi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu cara sederhana membantu pemimpin adalah dengan mengkritik. Rantai birokrasi yang panjang, bisa jadi menyulitkan beliau untuk melihat masalah-masalah nyata yang dihadapi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ibu/ Bapak, jalan di kampung kami berlubang. Kami jadi susah ketika mengantar anak ke sekolah, belanja ke pasar, dan pergi ke rumah ibadah. Belum lagi sepeda motor kami jadi cepat rusak. Kalau begini terus, bukan saja aktivitas kami terhambat, ibu/ bapak, tapi kami juga jadi gampang marah dan emosian. Tolonglah perbaiki jalan ini segera!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kritik ini bisa disampaikan langsung. Di kampung saya misalnya, pemimpin (level bupati) sering diundang masyarakat kampung untuk menghadiri kenduri maulid.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kritik bisa pula dikirim ke media massa melalui rubrik opini, misalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika punya kemampuan, seseorang juga bisa membuat video sederhana lalu mengunggahnya di Youtube agar jadi bahan untuk dipikirkan bersama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika tidak pandai berbicara, seseorang bisa menanam pohon di jalan yang rusak. Tentu pohon yang dipilih tidak usah besar-besar, seperti beringin atau trembesi, cukup tunas pohon pisang atau kelapa []</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@sandyzebua" target="_blank">Foto oleh Sandy Zebua</a></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-52226170704789656082018-10-15T19:44:00.000-07:002018-10-15T19:44:08.107-07:00Seorang Teman yang Berangkat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPndP_5Vqxz3Rh8ih7ehxfDy4Y7OvKQqbPIAftSotqMt6uWKwMRkSNmmzZlfEGBIIfJKy7fmYHTCrcQcXuh4HAtqHZ53zSdeDftx5I3SuzYaPnbSJFZM_N3Cb33xvds5RR15zwB43H7Zwh/s1600/yu-kato-639378-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPndP_5Vqxz3Rh8ih7ehxfDy4Y7OvKQqbPIAftSotqMt6uWKwMRkSNmmzZlfEGBIIfJKy7fmYHTCrcQcXuh4HAtqHZ53zSdeDftx5I3SuzYaPnbSJFZM_N3Cb33xvds5RR15zwB43H7Zwh/s400/yu-kato-639378-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari, seorang temanku berangkat menuju ibu kota. Aku menunggunya di bandara. Itu pertama kali dia naik pesawat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa bulan lalu, dia mendapatkan surel pengumuman kelulusannya pada sebuah program beasiswa. Seingatku, dia paling tidak sudah lima kali melamar namun gagal. Usaha terbarunya juga merupakan percobaan terakhir, katanya dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai kegagalannya di masa lalu, aku percaya hal itu terjadi bukan karena dia bodoh. Dia seringkali gugur di tahap wawancara. Bagiku, dia adalah tipe orang yang menggebu-gebu dalam menyampaikan pendapat. Jika orang belum mengenalnya, dia mungkin akan dianggap emosional dan intimidatif. Padahal, dia adalah orang yang terbuka untuk perbedaan. Walaupun misalnya dia dalam posisi tidak setuju, dia akan selalu memosisikan diri untuk berdiskusi, bukan berdebat. Di seleksi yang terakhir, kupikir dia berhasil berbicara lebih tenang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di akhir pekan, kami sering nonton bola di sebuah kedai nasi goreng yang relatif sepi. Nasi gorengnya enak, namun entah kenapa, banyak pembeli lebih memilih menyantapnya di rumah. Di sana siaran bola disorot ke layar menggunakan proyektor. Karena seringkali yang menonton cuma kami berdua, kami bebas memilih pertandingan apa yang ingin kami tonton. Dalam banyak kesempatan, kami memilih pertandingan Arsenal. Itu merupakan klub favorit teman saya. Pendukung klub ini terkenal setia, walau tahun demi tahun berlalu tanpa gelar juara liga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami sering membicarakan apa saja tentang politik, pendidikan, dan isu-isu hangat lainnya. Berdiskusi bagiku adalah salah satu cara menjaga kewarasan dan mengurangi stres. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang enak diajak ngomong, apalagi kalau sudah menyentuh isu-isu sensitif. Sebagian orang cepat marah dan bisa menggebrak meja jika mendengar pendapat yang berbeda dari pikirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak lama menjabat tangannya di bandara. Dia datang agak terlambat, dan pesawat akan segera berangkat. Kepergian seorang teman, bagiku bukanlah hal yang mudah. Aku berdoa untuk keselamatan dan kesuksesannya di masa depan. Sampai jumpa lagi! []</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@yukato" target="_blank">Foto oleh Yu Kato</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-62758421480789570752018-10-13T00:57:00.000-07:002018-10-13T00:57:15.426-07:00Belajar Berkata "Tidak"<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp8VtH-uPW3FJCB75qsuE64Yn3B0Q48MyHPzrzjGIzhhuIJ2qRTw32PObWC8IqMGiVaXoXwvg2zPeerk-RhEn1csOVDW_LDbihV-i3XoYch2OU7qXc6ukhetxP4hPTm_nbVsBwsyKJwzdi/s1600/islam-hassan-253122-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp8VtH-uPW3FJCB75qsuE64Yn3B0Q48MyHPzrzjGIzhhuIJ2qRTw32PObWC8IqMGiVaXoXwvg2zPeerk-RhEn1csOVDW_LDbihV-i3XoYch2OU7qXc6ukhetxP4hPTm_nbVsBwsyKJwzdi/s400/islam-hassan-253122-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Film <i>Yes Man</i> (2008) yang diperankan oleh Jim Carrey sebagai aktor utama, dalam beberapa adegannya, menekankan pentingnya berkata "ya" terhadap segala sesuatu. "Ya" akan menuntunmu ke mana pun. Dan itu bisa berarti baik atau buruk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya merasakan ketika hidup di Aceh, Indonesia, cukup sulit menolak permintaan seseorang. Apalagi ketika orang tersebut memiliki hubungan persaudaraan atau pertemanan yang karib. Saya misalnya, sering menerima tawaran pekerjaan hanya karena tidak enak menolaknya. Takut menyakiti hati. Efeknya, bukan hanya pekerjaan sehari-hari saya yang terganggu, tapi juga pekerjaan yang baru saya terima. Kata "ya" yang saya berikan sebagai jawaban, dalam hal ini tidak bermanfaat secara maksimal bagi penerima dan pemberi pekerjaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saking seringnya berkata "ya," saya juga jadi punya kebiasaan "menerima dulu, menolak kemudian." Maksudnya, saya cenderung tidak pikir panjang ketika ditawari pekerjaan, namun baru merenung setelahnya. Buruk sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya percaya, setiap orang perlu belajar berkata "tidak." Atau paling kurang, meminta tenggang beberapa hari sebelum menjawab sebuah tawaran. Jika cocok, terimalah. Jika tidak, tolaklah dan berterima kasih. Saya pikir hal ini lebih adil kepada diri sendiri, dan orang lain. Menolak tidak selamanya buruk, begitu pula sebaliknya []</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@ishassan" target="_blank">Foto oleh Islam Hassan</a></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-57915520598061254272018-10-02T18:48:00.001-07:002018-10-02T18:48:32.427-07:00Rehat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjmhwdnEEtrva69-u8wG8ytn5X6n-IS1I1cKfC23gNMGwvNoup7yJRLjNA12rTHYhlC_fhY9vMd6lW32ZM99KUvJYCynTJ0F5nUocvIeM1VrbflZSpGTUpHX0ToGQXF5z2s-4S20ViB8_T/s1600/robert-nelson-566676-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjmhwdnEEtrva69-u8wG8ytn5X6n-IS1I1cKfC23gNMGwvNoup7yJRLjNA12rTHYhlC_fhY9vMd6lW32ZM99KUvJYCynTJ0F5nUocvIeM1VrbflZSpGTUpHX0ToGQXF5z2s-4S20ViB8_T/s400/robert-nelson-566676-unsplash.jpg" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memilih beristirahat sejenak. Merapikan lagi rencana yang berantakan di atas meja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara-suara bermunculan. Sebagian bukan berasal dari hatiku sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti semua hal ingin tampil dan diperjuangkan. Namun aku hanya memiliki 24 jam dan menit-menit yang sempit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@iambobnelson" target="_blank">Foto oleh: Robert Nelson/ Unsplash</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-8174849531181722882018-10-02T07:40:00.001-07:002018-10-02T07:41:12.829-07:00Seperti Debu Ditiup Angin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLkn5JQKTdOdHfS0UWT_6JxaGInrrEENA_Lul23pTpI0T3pM2dXp1WdC0Y9gat4LuIi5lu0aJA3HGqN9nnDgmxHPUzQmLJd1X5QhAk-hxaXe7g33NJ3-uvKTNdvfFlVFbkzN1ESBoAnBL7/s1600/fabian-grohs-597395-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1238" data-original-width="1600" height="308" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLkn5JQKTdOdHfS0UWT_6JxaGInrrEENA_Lul23pTpI0T3pM2dXp1WdC0Y9gat4LuIi5lu0aJA3HGqN9nnDgmxHPUzQmLJd1X5QhAk-hxaXe7g33NJ3-uvKTNdvfFlVFbkzN1ESBoAnBL7/s400/fabian-grohs-597395-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
September-Oktober 2018 adalah serakan aktivitas yang berantakan. Aku mengajar sekitar 14 SKS. Sebagian mata kuliah cukup kukuasai, sebagian adalah hal lama yang tidak kunikmati, dan ada pula yang diamanahkan tanpa kuduga sebelumnya. Jualan buku tersendat. Jualan ayam kuputuskan berhenti. Dan sekarang, aku diambang kick-off proyek pendidikan inklusif di Kuala Simpang. Oya, aku hampir lupa mengatakan bahwa hampir setiap hari aku menyempatkan diri untuk menyentuh beasiswa. Keinginan untuk berkuliah lagi masih besar sekali. Aku pun tidak juga ingin melewatkan kesempatan untuk mengikuti tes CPNS. Jika ada tawaran menerjemahkan dokumen, aku juga kemungkinan menerima. Di sisa-sisa waktu, aku menulis artikel untuk media massa, dan satu pun belum ada yang diterbitkan. Benar-benar menguras pikiran dan tenaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku selalu punya bayangan bisa memiliki sebuah pekerjaan yang memungkinkanku untuk fokus di satu hal itu saja. Berpindah-pindah kegiatan tidak hanya membuat lelah, tapi juga membuat seluruh kegiatan tidak maksimal kulakukan. Ini adalah salah satu hal yang tidak kusukai dari pekerjaan sebagai dosen luar biasa. Gaji yang satu semester sekali, membuatku mesti menguras otak untuk mencari berbagai sumber pemasukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menulis harian seperti ini adalah sebuah usaha menjaga akal sehat. Terkadang aku tidak bisa menduga ke mana aku akan pergi. Seperti sebuah perjalanan tanpa ujung. Aku membayangkan diri bisa berhenti dari hiruk-pikuk kegiatan ini, dan mendesain ulang semuanya dengan lebih rapi. Sekarang aku tidak tahu sedang mengikuti rencana siapa. Mungkin aku sekarang adalah debu yang terbang bersama angin yang tidak jelas alurnya ke mana.</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@grohsfabian" target="_blank">Foto oleh: Fabian Grohs/ Unsplash</a></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-78806554082615643122018-06-26T21:02:00.001-07:002018-06-26T21:04:02.162-07:00Penjual Buku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaSzVCdxo_x3JmWlF7ZPAhT_0rMHVtLN_3FquV8WmCG5TEdNp2P0Xo2SCtgLQwH2MXD5ZItkag9qSjq5u2bOGYu-MmLCOQoPzxnZwGARadhN6ulK-_dyK8gBPvuIi06a2UnA-3f22Bf0TE/s1600/clem-onojeghuo-173081-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1100" data-original-width="1600" height="275" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaSzVCdxo_x3JmWlF7ZPAhT_0rMHVtLN_3FquV8WmCG5TEdNp2P0Xo2SCtgLQwH2MXD5ZItkag9qSjq5u2bOGYu-MmLCOQoPzxnZwGARadhN6ulK-_dyK8gBPvuIi06a2UnA-3f22Bf0TE/s400/clem-onojeghuo-173081-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup terus berlanjut. Walau masih penuh kekurangan sana-sini, aku perlu menyiasatinya. Pekerjaan yang kuharapkan belum kudapatkan. Namun paling tidak, walau aku melakukan hal yang sebelumnya belum pernah kupikirkan, hal ini adalah salah satu kegiatan yang kunikmati. Ya, bulan ini aku mulai berjualan buku.<br />
<br />
Gramedia dan beberapa toko buku kecil memang ada di Banda Aceh. Namun secara pribadi, aku terkadang kesulitan menemukan buku yang 'menarik.' Dulu, di Aceh pernah ada toko buku Dokarim yang digagas Komunitas Tikar Pandan. Namun seiring waktu, ia perlahan surut dan sekarang setahuku, ia tidak lagi menghamparkan lapak. Kesulitan ini pun rasanya dirasakan oleh sebagian orang di Aceh. Inilah salah satu alasanku memilih menjual buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku kemudian cukup bersyukur bisa menjalin kerjasama dengan beberapa penerbit dan distributor, seperti Mojok, INSISTPress, Marjin Kiri, Pojok Cerpen, dan baNANA Publisher. Aku pun kemudian cukup berbahagia bisa menjual buku di Banda Aceh dengan harga yang tidak jauh berbeda--bahkan untuk beberapa judul bisa sama dengan harga di Pulau Jawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha ini kemudian menjadi lebih menarik karena aku menjalaninya dengan istri sendiri. Ada kenikmatan tersendiri ketika membangun sesuatu dari awal (dan dari nol) bersama-sama dengan seseorang yang kusayangi dan kupercayai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti halnya bisnis lain, penjualan buku juga tidak selalu lancar. Adakalanya, pembeli seperti tidak berhenti, namun bisa jadi sebaliknya. Sejauh ini, buku "Kura-kura Berjanggut" karya Azhari Aiyub, masih menjadi pembelian favorit di toko kami, <a href="http://instagram.com/kanalbuku/?hl=en" target="_blank">KaNal Buku</a>. Secara pribadi, aku pun masih dalam taraf menebak-nebak selera buku pembaca di Aceh. Di samping itu, kami juga tidak lupa bahwa KaNal Buku tidak bisa menjual sembarang buku mentang-mentang ia judul favorit. Paling tidak, buku yang kami jual juga mesti sesuai dengan nilai-nilai yang kami percayai. Seperti halnya makanan yang mengandung nilai gizi tertentu, buku juga dapat mempengaruhi pembaca. Kami tidak ingin menjual racun-racun intoleransi dan ekstremisme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup terus berlanjut. Dan aku menemukan satu kepingan diriku di Juni 2018 ini: penjual buku []</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<a href="https://unsplash.com/@clemono2" target="_blank">Foto: Clem Onojeghuo</a></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-90562840271942696362018-05-31T18:22:00.003-07:002018-05-31T18:22:44.767-07:0028<div style="text-align: justify;">
28</div>
<div style="text-align: justify;">
Berencana lagi untuk kesekian kali</div>
<div style="text-align: justify;">
Pergi sementara, namun lebih lama</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sini aku mengendap dan mulai keruh.</div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-67474982043032752992018-05-29T21:19:00.000-07:002018-05-29T21:20:05.460-07:00Harapan<div style="text-align: justify;">
Seorang teman pernah mengeluh: “Apakah orang-orang yang berpikir, mengkritik, dan menawarkan saran, tak punya tempat di masyarakat kita? Orang-orang seperti itu dibayar murah, bahkan seringkali tak diberikan imbalan apa-apa.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menggeleng tidak tahu. Itu juga menjadi pertanyaan bagi saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia kemudian bercerita tentang seorang temannya di kampung yang sukses berjualan parfum.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang dia sudah punya ruko berpintu tiga. Jika aku pulang kampung, aku menghindari bertemu dengannya karena malu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teman saya ini baru pulang studi di negara asing. Sekarang dia belum memiliki kerja tetap dan kerap ditekan keluarganya sendiri. Di sisi lain, dia kerap sakit melihat bagaimana ketidakadilan terus dibiakkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sejenak ingat, ada sebuah negeri di dunia ini, ketika hampir semua orang memiliki tempat, setiap pekerjaan diperlakukan adil. Di sana, seorang penjual buah-buahan bisa membeli mobil hybrid, penyedia jasa pembersih bisa membeli rumah (bukan sekadar menyewa!), dan guru atau dosen mampu fokus mengajar dan meneliti—tanpa pusing memikirkan persoalan keuangan. Kebanyakan orang di sana bekerja dengan waktu yang masuk akal dan bayaran yang sesuai. Mereka juga memiliki waktu berkualitas dengan keluarga. Di sana, orang-orang memiliki kemerdekaan menjadi diri sendiri. Perbedaan pendapat ditempatkan dalam ruang diskusi. Permasalahan ditelaah dan dicarikan solusinya. Salah satu surga dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak tahu kapan Indonesia bisa mencapai keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyatnya. Negara kita besar. Penduduknya padat dan majemuk. Sayangnya kita sedang dibelenggu dengan masalah yang kompleks dan berlapis-lapis. Sementara kebanyakan elit di negeri ini memilih menyelamatkan diri sendiri. Padahal mereka punya kekuatan untuk membuat kebijakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang tertindas yang menyadari posisinya mesti bangkit. Bersuara dan berbuat sesuatu. Berorganisasi, tidak sendiri-sendiri. Belajar untuk memahami apa persoalan dan bagaimana pilihan solusinya. Kita memerlukan perubahan yang radikal: perubahan secara menyeluruh dan mendasar dari sistem []</div>
<div>
<br /></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-64833565580121722352018-05-29T19:28:00.000-07:002018-05-29T19:33:59.417-07:00Beberapa Hal yang Mengecewakan di Kampus<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggSzqPqOZtq_arYrcXt45EPx7DVswXl1pYLcnnH1JiRpPVPfUfOywH9miclqp-EJlb8lvdtiPiX-57PepvXUoOwDkkGpvzudpMFDisQ55uFiurL8N3H3wlPwb9GVAJKqR-HSDZnDc_1m6f/s1600/tim-wright-506562-unsplash.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggSzqPqOZtq_arYrcXt45EPx7DVswXl1pYLcnnH1JiRpPVPfUfOywH9miclqp-EJlb8lvdtiPiX-57PepvXUoOwDkkGpvzudpMFDisQ55uFiurL8N3H3wlPwb9GVAJKqR-HSDZnDc_1m6f/s400/tim-wright-506562-unsplash.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika dihitung dari tanggal saya mengumpulkan tesis (31 Januari 2018), maka saya sudah berada di Aceh, Indonesia, hampir empat bulan. Saya menjalani hidup sekarang sebagai seorang dosen luar biasa, suami, dan di waktu senggang, saya menyempatkan diri menjadi sukarelawan di beberapa organisasi nirlaba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aceh memang memerlukan banyak perubahan di hampir semua lini. Dalam tulisan kali ini, saya akan membicarakan secara singkat salah satu di antaranya: pendidikan tinggi atau universitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Nepotisme</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu yang lalu, sebuah universitas di Aceh mengadakan perekrutan dosen tetap non-PNS. Salah seorang rekan saya yang mengikuti seleksi mengaku, sewaktu ia mengikuti seleksi tahap akhir (wawancara), penguji menyampaikan kepadanya bahwa seleksi ini hanya formalitas belaka. Nama peserta yang lulus sudah ada bahkan sebelum tes berlangsung. Memang kemudian, peserta yang lulus pada posisi tersebut adalah seseorang yang diketahui memiliki hubungan keluarga dengan seorang pejabat kampus. Peserta yang lulus ini menyingkirkan nama-nama kandidat dengan rekam jejak akademik jauh mengungguli dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada pula beberapa cerita mirip yang disampaikan oleh beberapa rekan. Artinya, untuk bekerja di sebagian universitas di Aceh, dibutuhkan koneksi yang kuat dengan pejabat kampus. Lalu apa artinya kampus membuka rekrutmen? Di mana letak harga diri civitas akademika, jika pada tingkat perekrutan dosen pun dilalui dengan praktik nepotisme yang vulgar. Di mana perwujudan visi kampus, misalnya pengintegrasian nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Jika internal kampus masih lekat dengan praktik haram seperti nepotisme, tidak perlu banyak berharap universitas dapat menyelesaikan problem-problem di masyarakat. Belum lagi jika kita berbicara tentang potensi kehilangan tenaga pengajar yang berkualitas. Bukan tidak mungkin, orang-orang yang merasa diperlakukan curang oleh sistem memilih berkarir di tempat yang lebih adil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Akreditasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang mahasiswa di kelas saya protes. Dulu menjelang tamat SMA, dia mendapatkan brosur promosi kampus. Di dalamnya diterangkan bagaimana kampus tersebut memiliki kurikulum berkualitas, fasilitas lengkap, tenaga pengajar andal, dan lain sebagainya. Setelah kuliah selama dua semester di jurusan berakreditasi A, dia merasa semua itu hanya janji belaka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak orang silau melihat akreditasi, apalagi jika statusnya adalah "A", yang notabene merupakan nilai terbaik. Saya melihat sendiri proses akreditasi, di sebagian kampus, adalah omong kosong belaka. Pejabat kampus memoles sedemikian rupa kampusnya, termasuk ruang kelas, perpustakaan, arsip kegiatan, bahkan termasuk melakukan koordinasi (<i>briefing</i>) dengan mahasiswa. Intinya, bagaimana caranya agar saat petugas akreditasi datang, kampus dan segala isinya terlihat dalam kondisi yang luar biasa baik. Setelah proses akreditasi berakhir, kampus pun kembali ke kondisinya yang semula. Kebohongan macam ini membuat civitas akademika hidup dalam imajinasi bahwa institusinya adalah sebuah institusi pendidikan yang luar biasa kualitasnya. Di sisi lain, kecenderungan berbohong tersebut membuat tahun demi tahun berlalu tanpa perubahan ke arah yang lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Salah Fokus</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pernah dipanggil oleh seorang pejabat kampus tempat saya bekerja. Beliau meminta saya mendata alumni kampus yang sedang melanjutkan studi pascasarjana. Sebelumnya, saya pikir beliau ingin melakukan semacam terobosan, seperti melakukan kerjasama penelitian antar kampus, diskusi mengenai manajemen perguruan tinggi, atau tukar pikiran mengenai apa yang perlu diperbaiki di institusi kami. Namun, saya terkejut ketika beliau hanya memerlukan data tersebut untuk promosi kampus. "Mudah-mudahan banyak yang tertarik kuliah di sini jika tahu ramai alumni kita yang studi di luar negeri," katanya. Jika kuliah di luar negeri hanya dilihat sebatas bahan promosi, saya pikir itu adalah cara yang amat dangkal dalam memanfaatkan lulusan yang telah memeras otak, waktu, dan tenaga untuk belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain, saya juga tidak habis pikir bagaimana manajemen kampus bekerja. Untuk silabus mata kuliah saja, saya diberikan silabus tahun 2011. Jarak tujuh tahun tidak bisa dibilang baru. Ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan, misalnya yang sepatutnya menjadi bahan pertimbangan: mahasiswa bagaimana yang kampus layani pada tahun 2018; apa kebutuhan yang mereka miliki; bagaimana nantinya kampus mempersiapkan mereka menghadapi lapangan kerja, dan seterusnya. Belum lagi jika berbicara kecukupan bahan belajar, seperti buku. Saya tidak percaya kampus tidak mampu menyediakan buku yang cukup. Saya beranggapan, hal ini diabaikan karena pejabat kampus memang tidak berpikir tentang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemantauan saya sejauh ini, walaupun masih perlu penelusuran lebih dalam lagi, sebagian kampus lebih memfokuskan diri memoles tampilan luarnya, dan tak begitu peduli dengan bagaimana mereka memperlakukan ilmu pengetahuan dan mahasiswa. Kampus-kampus tersebut memiliki gedung yang indah, namun manajemen yang hancur-hancuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dosen Luar Biasa</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di beberapa kampus di Aceh, yang paling sengsara adalah dosen tidak tetap, atau lazim disebut dosen luar biasa. Perhitungan gaji mereka bergantung kepada jumlah mata kuliah yang mereka asuh, dan pembayaran honor diadakan setiap satu semester sekali. Pertama, dengan bayaran serendah itu dan waktu pembayaran yang lama, bagaimana dosen-dosen tersebut bisa hidup? Sebagian dosen yang saya kenal, berusaha hidup dengan berjualan kue dan koran. Sebagian yang bernasib lebih baik, mendapatkan proyek-proyek penelitian dari lembaga nonpemerintah atau pemerintah. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap konsentrasi mereka menyiapkan bahan ajar, mengajar, dan meneliti sesuai dengan kualifikasi keilmuannya. Selain mereka sendiri yang menjadi korban dari sistem yang menindas ini, mahasiswa pun secara langsung merasakan dampaknya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sebagian dosen sering bermasalah dengan disiplin menghadiri perkuliahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika saya membicarakan ini dengan para dosen, termasuk mereka yang tergolong dosen tetap (PNS ataupun non-PNS), mereka menganggap hal ini adalah kewajaran. Sebagian dari mereka pernah merasakan menjadi dosen luar biasa, dan merasa bahwa hal ini adalah siklus normal yang dilalui oleh semua orang. Kebanyakan dari mereka merasa tidak perlu berbuat apa-apa, dan nyaman untuk sekadar bersimpati.<br />
<br />
Persoalan lainnya, barisan dosen luar biasa, seringkali berjalan sendiri-sendiri. Mereka tidak punya keinginan (atau mungkin belum ada yang memulai?) untuk membuat semacam serikat. Alhasil, permasalahan hanya bergulir dari mulut ke mulut secara informal. Tidak ada satu pergerakan untuk melakukan protes atau perlawanan secara terencana dan terorganisasi kepada pihak yang berkuasa. Tak heran, tahun demi tahun berlalu tanpa perubahan.</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<i><a href="https://unsplash.com/@timdwright" target="_blank">Sumber foto: Tim Wright</a></i></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-91431995270132779802018-05-27T20:11:00.004-07:002018-05-27T20:15:13.393-07:00Klub StresKami kadang-kadang berkumpul di kedai kopi. Membicarakan kemungkinan perubahan yang kecil sekali. Di sela-sela waktu luang yang membentang, kami menginisiasi klub diskusi—kami sendiri sebenarnya belum begitu paham topik-topik pembahasan. Tapi walau hanya satu ayat, itu perlu dibagikan, bukan? Walau hanya menjangkau sedikit sekali orang, kami berharap hal kecil ini dapat membantu orang-orang berpikir jernih. Tidak terus hidup di dalam tempurung.<br />
<br />
Beberapa dari kami pernah depresi. Sebagian terpaksa membuat janji dengan psikiater. “Satu-satunya yang belum kupikirkan hanya bunuh diri. Atau mungkin pernah, tapi bukan keinginan yang besar,” kata seorang teman. Sebagian lain memendam frustasinya dengan menertawakan diri sendiri, atau orang lain yang bernasib sama. Ada pula yang gencar bersuara di media—walau ia tahu hal tersebut tidak banyak membantu.<br />
<br />
“Yang paling mudah adalah menjadi orang tak peduli,” kata seorang teman. Orang-orang bisa dengan mudah menutup mata dengan apa yang terjadi. Melanjutkan hidup tanpa merasa ada masalah yang terjadi. Orang-orang seperti ini cenderung selamat jiwanya. Namun tentu, mereka tidak bisa menyelamatkan masyarakatnya. Bagaimana ingin menyelamatkan, jika ada-tidaknya masalah saja mereka tidak peduli.<br />
<br />
Orang-orang sibuk bekerja, tanpa sejenak berpikir sebenarnya apa yang sedang dialaminya. Terlalu lama hidup dalam ketidakberesan membuat hal-hal itu diterima sebagai peristiwa alamiah atau wajar. Sementara tidak sedikit orang-orang yang tahu, memilih diam. Takut bicara akan menjadi malapetaka yang mengancam isi dompet, asap dapur, reputasi, atau nyawa itu sendiri.<br />
<br />
Zaman penuh masalah seperti ini, terlebih lagi hidup di sebuah wilayah yang pernah atau masih disebut sebagai “laboratorium sosial,” memerlukan kesehatan badan, mental, dan pikiran yang kuat. Menjadi waras kemudian adalah cara lain untuk menyebut diri menjadi terasing, kesepian—dan penuh tekanan. Ada kalanya kemudian, menjadi sendiri, bukan pilihan bijak. Selain mudah patah seperti batang lidi yang tunggal, hal tersebut juga tidak baik bagi kesehatan. Berkelompok kemudian menjadi pilihan masuk akal. Setidaknya, kita jadi punya teman bicara: mengeluarkan isi kepala, menenangkan hati, atau paling tidak merasa tidak sendiri []<br />
<div>
<br /></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-90952300882362263602017-07-16T16:06:00.000-07:002017-07-16T16:09:38.338-07:00BinatangDi Barat, sebuah negeri yang katanya tak ber-Tuhan, orang-orang begitu menghargai binatang. Burung-burung mereka biarkan terbang. Mereka menikmati kicau burung di alam. Tidak seperti sebagian orang di negaraku yang orang-orangnya mengaku ber-Tuhan, yang mesti repot-repot mencelakakan burung dengan senapan atau ketapel, mengobati lukanya, lalu mengurungnya di dalam sangkar. Burung itu memang berkicau. Namun bagiku, itu lebih terdengar seperti tangisan. Mengapa menikmati sesuatu harus dengan memilikinya dengan kejam?<br />
<br />
Di Barat, sebuah negeri yang katanya orang hidup bebas tanpa agama, anjing pun mendapatkan posisi kehormatan. Banyak dari binatang tersebut yang dianggap teman, bagian dari keluarga. Beberapa orang bahkan lebih mempercayai anjing daripada manusia yang kadang-kadang berkhianat. Di negaraku, sebuah negeri yang katanya orang hidup dekat dengan agama, anjing dilempari batu. Tak jarang bukan dengan maksud mengusir semata, tapi melukai. Seakan-akan anjing bukanlah makhluk Tuhan yang patut disayangi, seolah-olah yang zikir kepada Tuhan hanya milik manusia semata--lalu kau pikir binatang tidak? Jika kau menganggap anjing najis, agama sudah memberikan cara untuk mensucikannya. Sama seperti manusia yang juga memproduksi kencing: najis, tapi apakah karena itu kau harus memotong kemaluanmu?<br />
<br />
Ada sebuah titik, ketika aku merasa sebagian dari kita hidup dalam keadaan mabuk: berbuat tapi tak mengerti apa yang diperbuat; merasa beragama tapi jauh dari nilai-nilai agama; memproduksi rahmat tapi hanya untuk diri sendiri []Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-9906751945222591202017-07-15T15:51:00.002-07:002017-07-15T15:51:50.104-07:00PolitisiSejak dulu, politisi bisa menggunakan apa saja sebagai kenderaannya.<br />
<br />
Di zaman Orde Baru, mereka karib dengan militer. Apapun bisa mudah jika bisa menjilat militer, berteman dengan militer, atau di tingkat yang paling licik, menyamar sebagai militer, pura-pura memakai baju loreng. Kini, militer masih menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan, memaksakan kebijakan. Maka tak heran, dari dulu militer sulit mewujudkan rasa aman di hati masyarakat. Apakah kau merasa tenang jika bertemu dengan oknum militer di tepi jalan? Bagaimana rasa kopimu jika tiba-tiba oknum militer masuk ke kedai?<br />
<br />
Di zaman ini, politisi menggunakan jubah agama. Kopiah dipercaya bisa menambah jumlah suara. Ayat-ayat suci dipakai menjadi ayat-ayat politik. Para ulama, yang taat namun lugu dan menghindari berburuk sangka, dipengaruhi untuk diajak berkampanye, mengtepung-tawari calon-calon penguasa, menggerakkan jamaahnya ke bilik-bilik suara. Pemilu disamakan dengan perang suci. Para politisi calon penguasa dianggap nabi yang harus dibela dengan cara memenangkannya di pemilihan, bagaimanapun caranya. Di luar politik, tren memakai jubah agama juga bisa dilihat misalnya di pengadilan. Berapa banyak tersangka yang tiba-tiba memakai peci dan kerudung di depan hakim? Mereka berharap aksesoris tersebut bisa meluruhkan dosa pidana, mengurangi jumlah hukuman.<br />
<br />
Politisi adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab menjadikan agama seakan-akan perkara simbol dan ritual semata, nirmakna dan nirlogika. Alhasil, sebagian orang menjadi religius namun lugu. Agama dijadikan alasan untuk tidak perlu banyak berpikir dan bertanya, padahal ilmu selalu bersanding dengan amal. Ketika saringan bernama otak itu tidak lagi dipakai, fakta dan fiksi bercampur tak menentu. Orang-orang menjadi mudah dipengaruhi dengan berita yang tak jelas pijakan jurnalistiknya. Informasi yang disukai diterima, yang masuk akal disebut konspirasi. <i>Post-truth</i>.<br />
<br />
Di zaman ketika politik menjadi sesuatu yang menjijikkan, banyak orang menjadi apatis. Aku termasuk salah satunya. Namun suka atau tidak, politik dan politisi akan selalu menjadi aspek penting dari sebuah negara. Gie (1983) menyebut bahwa politik adalah kubang lumpur, dan ada satu masa ketika kita harus memasukinya []Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-38445456797633597332017-07-14T19:35:00.001-07:002017-07-14T19:35:20.986-07:00Di KeretaDi kereta semalam, kulihat wajah-wajah tanpa nama. Mereka pastilah seseorang bagi orang lain, namun tidak bagiku. Tidak pula aku bagi mereka. Kami adalah sekelompok individu-individu yang asing dalam keramaian. Memilih diam, acuh berpaling ke layar gawai, atau lembar-lembar buku.<br />
<br />
Atau apakah sebenarnya setiap orang di kereta itu saling terpaut? Berhubungan dengan tak langsung. Seorang ibu mungkin adalah operator telekomunikasi yang setiap hari ikut andil menyambung koneksi anak muda di sebelahnya. Seorang lelaki barangkali adalah pembuat sushi di sebuah waralaba yang tadi sore kukunjungi. Seorang perempuan bisa jadi adalah seorang politisi yang baru tadi siang mengetuk regulasi yang berhubungan dengan nasib sekelompok orang di kereta ini.<br />
<br />
Walau di kereta semalam tak ada yang saling bicara, namun kuyakin, pada akhirnya, setiap manusia saling berhubungan. Termasuk juga dengan tumbuhan, binatang, dan segala makhluk Tuhan. Kita hanya kurang bertegur-sapa, dan berterima kasih []Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-49654248668578022802017-07-14T18:59:00.004-07:002017-07-14T18:59:49.368-07:00AlatBeberapa hari lalu, aku tiba-tiba ingin membeli Macbook. Mungkin karena pengaruh laptopku yang sering lemot ketika kuperlukan, ditambah lagi Macbook bukan barang langka di kampus. Kebanyakan mahasiswa yang kutemui memakainya. Namun, apakah aku benar-benar memerlukannya?<div>
<br /></div>
<div>
Jika dua orang diberikan mesin tik yang sama, seorang bernama Haekal dan seorang lagi bernama Pram, tentu akan berbeda. Pram akan menulis novel. Sementara Haekal akan memfoto mesin tik itu dan memajangnya di instagram, tak lupa dengan tagar "#antique." Terpikir tentang hal itu, aku pun menunda rencana penuh nafsu itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Alat bisa menimbulkan imajinasi seakan-akan dengan memilikinya adalah cara instan menjiwai fungsi-fungsi, dan mendapatkan manfaat-manfaatnya. Padahal, alat hanyalah alat. Ia akan bermanfaat jika digunakan dengan tepat. Laptop baru tak menjamin seseorang akan menjadi penulis yang produktif. Hal yang sama berlaku bagi kamera, gitar, atau matras yoga. Semuanya tak serta-merta menjadikan seseorang fotografer, gitaris, dan yogi. Di sinilah banyak orang terjebak []</div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-77152922098751114512017-07-14T18:33:00.000-07:002017-07-14T19:14:11.536-07:00Aku dan Saya"Saya" adalah "aku" dengan jarak yang jauh. "Saya" muncul dalam pembicaraan dengan orang asing. Bisa jadi kenal, namun tidak terlampau akrab. "Saya" adalah pagar yang membantasi antara kehidupan umum dan pribadi. "Saya" adalah sebuah topeng yang bisa dilihat siapa saja, namun cenderung tanpa tafsiran yang kaya makna.<br />
<br />
"Aku" adalah sebuah jarak yang dekat. Pembicaraan yang kadang-kadang kurang ajar namun akrab. "Aku" adalah sebuah pintu untuk masuk dari ruang tamu, ke ruang keluarga, bahkan bisa ke kamar tidur. "Aku" dengan demikian, bukan milik siapa saja. Ia hanya ada, bagi mereka yang bisa dipercaya, bukan sekali-dua-kali.<br />
<br />
Ada pula waktu ketika "aku" muncul dari bibir namun pada hakikatnya ia adalah "saya." Itulah "aku" yang pernah terluka. Yang suatu kali pernah membuka pintu untuk teman yang berubah jadi serigala. "Aku" yang dingin itu derajatnya di bawah "saya" yang resmi. Oleh karena "aku" adalah ruang-ruang di hati terdalam, ia memiliki kebiasaan baik yaitu mudah memaafkan, dan kebiasaan buruk yaitu sulit melupakan. "Aku" pada titik itu menjadi sulit bahkan mustahil untuk kembali menjadi "aku." Sayangnya, banyak orang-orang yang tidak mengerti []Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-32388837828275855672017-07-09T21:18:00.001-07:002017-07-09T21:41:29.927-07:00Nyinyir #1<div style="text-align: justify;">
Ketika kau keluar dari rumah orang tua, barulah kau menyadari betapa mengupas bawang pun kau belum bisa. Bahkan untuk menggoreng telur mata sapi pun kau masih merasa perlu meminta saran dari orang lain. Umurmu yang menjelang kepala tiga, tak pelak lagi menimbulkan tanda tanya: apa yang kau lakukan selama ini? Apa makna dari belasan tahun pendidikanmu? Apakah hanya sebatas deretan angka-angka semu saja? Hanya sebatas membuatmu menjadi juara kelas, mahasiswa berprestasi, namun masih bingung cara mencuci kolor sendiri? Kau lemah. Tulang-tulangmu lunglai. Tapak kakimu tipis. Kau bisa jadi mati beku jika tinggal sendirian. Dan yang paling mengherankan dari semua itu, kau berani-beraninya mengatakan ingin berumah tangga?! Jangankan menanggung kehidupan orang lain, menjadi imam bagi dirimu saja kau belum becus []</div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-50277669097750772382017-02-07T16:59:00.000-08:002017-02-13T15:14:17.843-08:00Harap<div style="text-align: justify;">
Ketika saya tiba, dia sedang duduk menatap layar gawai. Proyektor di depan masih menayangkan iklan. Pertandingan babak pertama <i>derby </i>London baru saja berakhir. Dari kegelapan langit malam, hujan masih merintik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Sahabat Baru, kedai kopi tempat kami duduk, hanya beberapa orang yang menonton bola. Selain karena didirikan di jalan alternatif (Jalan Lamreung, salah satu cabang dari Simpang Tujuh Ulee Kareng), kedai ini tidak begitu menarik pandangan mata. Hal yang paling spesial dari kedai ini adalah nasi gorengnya. Racikan bumbu Acehnya sangat terasa dan ia dimasak dengan berapikan arang. Inilah yang membuat banyak orang singgah. Sekalipun mayoritas dari mereka lebih memilih menikmatinya di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menepuk bahu teman saya dan duduk. Dari raut wajahnya, saya tahu jika tim kesayangannya sedang bermain buruk. Setelah mencaci-maki permainan timnya beberapa hembusan nafas, dia bertanya kabar saya. Kami berbasa-basi sejenak dan mulai serius menatap layar ketika peluit babak kedua ditiup.<br />
<br />
Ini juga bukan tahun yang baik bagi teman saya itu. Ia gagal berkali-kali dalam
seleksi beasiswa. Sementara hampir seluruh teman dekatnya akan segera
berangkat kuliah. Kenyataannya ini membuatnya sering murung di meja kopi. Ia pun muak jika ada orang yang bertanya tentang rencananya di masa depan.<br />
<br />
Kadang-kadang ia heran kenapa bagi sebagian orang hidup terkesan begitu mudah. Dan kenapa pula baginya semua terasa sebaliknya. Sialnya, hari-hari tak pernah berhenti berlari. Seperti semua orang di dunia, usianya terus bertambah. Kenyataan bahwa ia masih belum mampu beranjak dari rumah, makin membuatnya merasa tidak nyaman.<br />
<br />
***<br />
<br />
Pagi itu, di kedai kopi di tepi bantaran sungai, ia berkata pada saya ingin mencoba sekali lagi. Hanya sekali lagi. Tahun ini, ketika semua teman-teman pergi, ia pun merasa tidak bisa diam begitu saja. Iya yakin ada sesuatu yang tersedia untuknya di ujung usaha ini.<br />
<br />
Saya teringat satu nasihat dari masa lalu: ketika tali kehidupan telah menarikmu begitu kencang, ketika rasanya kau tidak sanggup lagi menahannya, bertahanlah sebentar lagi. Tali itu akan putus. Kau hanya perlu bertahan sebentar lagi.<br />
<br />
Dan kali ini, saya yakin sekali, tali kehidupan, yang selama ini melilit teman saya itu, akan segera putus. Insya Allah. Saya berharap besar sekali.</div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-7977799460105112152017-02-03T06:41:00.000-08:002017-02-13T15:13:53.658-08:00Lupa<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="374">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU">Sebagian orang tua lupa bahwa anak-anak
mereka telah dewasa. Kenyataan bahwa buah hati mereka sekarang hampir mencapai
kepala tiga, mampu mencari uang sendiri, dan mandiri hidup di kaki mereka
sendiri, tak membuat para orang tua percaya jika sudah waktunya anak-anak itu
mendapat kemerdekaan: sebuah kebebasan untuk membuat pilihan perkara kehidupan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU">Belasan tahun pendidikan rasanya tak cukup
untuk membuat orang tua percaya bahwa anak-anak mereka bisa hidup mandiri.
Tanpa perlu terlalu didikte untuk menjalani kehidupan. Tanpa perlu dipilihkan
pilihan karena mereka pun sebenarnya punya otak untuk mengambil keputusan.
Tanpa perlu dikurung di rumah karena dunia luar bukan lagi hal yang asing.
Buruknya, beberapa bahkan tak ambil pusing untuk mendengarkan suara anak mereka
sendiri. Seakan-akan yang berbicara adalah balita yang bahkan belum masuk TK.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU">Sebagian orang tua lupa bahwa anak-anak
mereka telah dewasa. Dan itu buruk sekali bagi semuanya.</span></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-136439855771059082.post-39793003418115482462017-02-01T06:39:00.001-08:002017-02-13T15:12:57.025-08:00Kini<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><span lang="EN-AU">Teman-teman satu angkatan saya berumur
26-27 tahun. Sebagian sudah bekerja, menikah, dan punya anak. Ada pula yang sibuk
sekali membangun karir, jalan-jalan, menikmati masa lajang. Tidak sedikit pula
yang masih belum bisa lepas dari pelukan orang tua. Orang hidup di jalan yang ia
pilih. Semua punya cerita dan alasan masing-masing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU">Waktu tidak pernah menunggu. Hari berganti
cepat. Segala hal berubah, sementara diri manusia bisa berkembang atau diam di
tempat. Setiap pilihan di masa lalu bisa kita lihat hasilnya sekarang. Dan perolehan
di masa depan erat kaitannya dengan apa yang kita lakukan saat ini.</span><br />
<span lang="EN-AU"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-AU">Seorang bijak pernah berkata: jika tidak
puas dengan apa yang telah kita capai, kita perlu melakukan sesuatu. Ketika
kita masih mampu menghirup oksigen dan melepas karbondioksida, kita harus paham
jika kesempatan masih terbuka. Jangan diam saja []</span></div>
Muhammad Haekalhttp://www.blogger.com/profile/07364536979034979980noreply@blogger.com0