Archive for November 2012

Puisi - Lembar Demi Lembar





Alhamdulillah puisi ini terbit di Serambi Indonesia tanggal 25 November 2012. Klik di sini untuk langsung menuju situs.

-------------

Lembar demi Lembar

Lembar demi lembar
Jemari kita mengayuh
Tak hirau sapuan peluh
Atau layar putih yang mengaduh

Lembar demi lembar
Otak kita berpacu
Nafas kita menderu
Lupakan sejenak nafsu dan waktu

Lembar demi lembar
Di tengah gempuran menuanya usia
Di tengah harapan orang tua
Di tengah beban menjadi seorang legenda

Lembar demi lembar
Menyatukan segenap jantung hati
Menambatkan setiap nadi
Para mahasiswa

(Kampus Biru, 23 November 2012)


Tuesday, November 27, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Muda Usiaku, Tua Tubuhku



Baru lima belas menit jogging, lelaki itu sudah ngos-ngosan. Dadanya kembang-kempis. Butiran keringat mulai keluar, membuat kaos oblong (yang sebelumnya dilambaikan angin)  menempel di perutnya yang buncit.  Kini ia berjalan. Menyuruh rekannya berlari duluan. Badannya terasa pegal. Jika doraemon benar-benar ada, ingin rasanya dia meminjam ‘pintu kemana saja’. Langsung pulang ke rumah, lalu mandi dan tidur.

Lelaki itu bukan angkatan 1945. Dia kelahiran tahun 1990. Umurnya sekarang 22 tahun. Ia seorang mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi di Aceh. Jika kita melihatnya dari bagian kepala, sekilas semua terlihat baik-baik saja, kecuali kantung mata yang memerah lantaran sering bergadang. Bagian pundak dan dada juga terkesan atletis. Tegap dan tampak kekar. Baru ketika sampai di bagian perut, semua kehebatan di atas seakan luntur. Jika ia duduk, kulit perutnya akan membentuk sedikitnya tiga lipatan. Pinggangnya juga sangat mudah dicubit (baca: tebal). Dan jangan tanya soal stamina. Olahraga yang rutin diikutinya adalah sepakbola. Bukan di lapangan, tapi di rental PlayStation!

Perubahan

Hidup sebagai mahasiswa memang berbeda dari semasa menjadi siswa dahulu. Ketika masih bersekolah, kita rutin beraktifitas dari jam 07.30 hingga 14.00 WIB. Sekolah juga memberikan kita kesempatan untuk berolahraga, bahkan mata pelajaran ini termasuk salah satu yang terfavorit. Di luar jam pelajaran pun, kita masih bisa mencuri-curi waktu dengan shooting basket atau passing voli di lapangan sekolah. Klub-klub ekskul olahraga juga laris-manis diserbu oleh para siswa. Saat itu, olahraga menjadi gaya hidup. Sesuatu yang sangat jarang kita tinggalkan.


Namun segalanya berubah 180 derajat saat kuliah. Jam masuk kuliah tidak tentu. Kegiatan sosial, seperti berkumpul dengan teman atau berkecimpung di organisasi, meningkat intensitasnya. Tubuh pun menjadi lelah. Waktu olahraga menyempit atau bahkan tak ada. Di sisi lain, waktu refreshing (baca: pelampiasan istirahat) bertambah. Kebiasaan-kebiasaan baru seperti tidur pagi dan makan tengah malam pun lahir. Hal ini tidak berlangsung sehari, tapi bertahun-tahun. Alhasil, tubuh yang sebelumnya sehat dan bugar kini jadi lembek dan lesu. Hingga terkadang, jika sesekali mengajak teman untuk jogging, sering muncul jawaban: “Aduh. Aku gak sanggup. Udah tua!”

Penting

Olahraga dapat mengurangi risiko penyakit, menjaga berat badan, meningkatkan energi, dan mengurangi stres. Dengan segala kebaikan itu, seharusnya kita meluangkan waktu untuk berolahraga. Saya salut dengan beberapa kawan, yang dalam kesibukan kuliah dan bekerja part-time, mereka masih menyempatkan diri bermain futsal, bulu tangkis, dan jogging. Memang dari pengakuan beberapa teman, kurangnya minat olahraga bisa terkait erat dengan motivasi. Kawan saya itu ingin tubuhnya bagus, pikiran jernih. Itulah yang menjadi motivasinya dalam berolahraga.

Akhirnya, jangan sampai kita menjadi tua sebelum waktunya. Umur 20-an sebenarnya adalah masa-masa terbaik untuk menempa tubuh. Tubuh sedang berada dalam kondisi puncak, sedang segar-segarnya. Semua manusia mendambakan tubuh yang sehat. Sialnya itu tidak bisa didapatkan dengan hanya duduk di depan laptop, main Playstation, atau tidur seharian. Yuk olahraga!

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat ya. Insya Allah. Ditunggu komentarnya :)

sumber gambar: buzzle.com

Friday, November 23, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 6 comments

Malu (yang tidak) pada Tempatnya



Di sebuah masjid, saat shalat Jumat tadi, saya berpapasan dengan sebuah mobil. Penumpangnya berjumlah tiga orang. Dua orang berumur sekitar 40 tahun. Seorang lagi kira-kira berusia 70 tahun. Salah seorang penumpang yang berusia lebih muda, membantu penumpang berusia lanjut tersebut untuk turun, sementara seorang lagi menunggu di belakang kemudi. 

Lelaki tua itu tidak mampu lagi berjalan dengan normal. Dia harus dibantu oleh tongkat dan papahan seseorang. Saya dan beberapa orang yang berada dekat dengan mobil itu bisa melihat bahwa lelaki tua itu tidak bisa dipapah sendirian. Paling tidak harus ada dua orang yang memapahnya. Anehnya, ada sebuah perasaan malu, segan, atau apalah, yang membuat kami tidak langsung bergerak, tidak berinisiatif membantu. Kami hanya melongo. Berdiri tanpa berbuat apa-apa. Dan baru sadar saat beberapa jemaah dengan sukarela membantu orang tua itu masuk masjid. Mendadak saya malu menjadi anak muda.

Kenapa Malu?

Kita mungkin pernah berada dekat atau mengalami sendiri kejadian ini: kecelakaan terjadi. Korban bergelimpangan di jalan. Kita berhenti dari kendaraan dan melihat. Orang-orang lain juga melihat. Belum ada yang bergerak menolong. Semuanya hanya menonton. Selang beberapa menit kemudian, satu-dua orang mulai mendekati korban dan memberikan bantuan. Sementara yang lain masih melihat dan melihat.

Mengapa kejadian ini bisa terjadi? Maksud saya, kenapa kita tidak langsung membantu ketika diperlukan?

Saya bukan ahli psikologi, tapi saya cukup ingat beberapa kejadian semasa kecil dulu. Saat SD, ketika teman menghapus papan tulis yang kotor, dia akan diteriaki, “Sok rajiin!” Begitu pula saat melihat seorang siswa membantu seorang siswi mengumpulkan bukunya yang terjatuh, dia akan disoraki, “Ciee, cari perhatiaan!” Yang disoraki pun serta-merta menjadi malu. Tidak ingin membantu lagi. Takut diejek oleh teman-temannya.

Bisa jadi, akumulasi kejadian pada masa kecil itu membentuk sebuah prinsip di benak kita bahwa membantu itu memalukan. Membantu itu hanya cari perhatian.

Bongkar!

Kita seharusnya meletakkan malu pada tempatnya: malu jika mengambil hak orang lain. Malu jika berdua-duaan dengan yang bukan muhrim. Malu membuang sampah sembarangan. Dan malu-malu lain yang menggiring kita kepada kebaikan.

Akhirnya, meminjam slogan sebuah produk kopi instan, mulai sekarang ada baiknya kita membongkar kebiasaan lama: malu membantu. Sedari sekarang pula, kita semestinya menanamkan prinsip di benak anak-anak, adik-adik, dan saudara-saudara kita, bahwa membantu itu membanggakan. Membantu itu perbuatan mulia. Membantu itu perlu dilakukan secara berlomba-lomba.

Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu membaca. Saya tunggu komentarnya :) 


*Banyak musibah kemanusiaan yang belakangan terjadi. Mari kita meringankan beban saudara-saudara kita dengan mendonasikan bantuan. Salah satu lembaga yang terpercaya adalah AKSI CEPAT TANGGAP (ACT) Foundation. Sebuah lembaga kemanusiaan yang mengkhususkan diri pada penanganan bencana alam dan bencana kemanusiaan secara terpadu. Sila kunjungi website ACT. Kita bisa mendonasikan bantuan untuk korban bencana alam di Nusantara, konflik Rohingnya dan Palestina.


  

Friday, November 16, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 8 comments

Joking



Tadi pagi di kelas Psikologi Pendidikan, kembali kami mengadakan presentasi kelompok. Dalam kegiatan ini, kami diharuskan merespon materi. Bisa dengan pertanyaan atau menambahkan argumen teman yang masih dirasa kurang.

Mata kuliah ini sebenarnya kepunyaan semester tiga. Saya mengulang kembali bukan karena nilai saya di pelajaran ini buruk. Tapi karena suntuk saja. Masak semester ini yang saya lakukan hanya menulis skripsi? Bosan lah. Haha.

Ketika diskusi berlangsung, seorang anggota kelompok bertanya, “Maaf, bisakah Anda jelaskan di mana kegiatan pembelajaran itu diadakan?” Dia bertanya kepada seorang teman saya.

Sebelum sang teman menjawab, saya sudah duluan nyahut: “di kuburan.” Sontak kelas tertawa. Namun tentu saja sang penanya menjadi muram. Saya bisa melihat ekspresinya. Mendadak saya menyesal. 

Bahaya

Bercanda atau joking memang asik. Ada kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan saat kita tertawa lepas. Sialnya, saat itu kita lupa, bahwa tidak semua orang tertawa. Ada yang sakit hati.

Perkara hati memang tidak bisa main-main. Saat seseorang sudah sakit hati karena perkataan kita, dia bisa saja tidak lagi menaruh rasa hormat. Perasaan benci muncul. Bahkan terkadang, doa-doa buruk dalam hati bisa meluncur tanpa sempat disadari. Hal yang terakhir ini paling saya takuti. Bisa saja orang yang kita ejek telah berubah statusnya menjadi orang yang teraniyaya: orang yang doanya memiliki peluang lebih besar untuk dikabulkan. Kan bisa bahaya.

Lebih lanjut, mereka yang gemar bercanda atau berkata pedas, apalagi yang termasuk dalam kategori berlebihan, bisa pelan-pelan dihindari oleh orang. Siapa yang betah coba berteman dengan orang yang kata-katanya menyakitkan hati?

Akhirnya, sekarang ada baiknya kita mulai banyak-banyak berpikir sebelum berbicara. Bercanda memang menyenangkan, tapi menjaga hati tentu lebih utama. Jangan gara-gara candaan yang berlebihan, malah hubungan menjadi renggang. 

Semoga bermanfaat ya tulisan kali ini. Insya Allah. Oya, skripsi saya sekarang sudah sampai tahap penelitian. Jadi kerjaannya sekarang bertualang dari letting ke letting. Sebar kuesioner. Observasi dosen mengajar. Begitulah. Hahaha. Doanya ya kawan-kawan. Salam :)


Friday, November 9, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Kerangka


Aku seperti gila
Ketika berhenti menggoreskan pena
Aku seperti tak bernyawa
Tinggal kerangka


Wednesday, November 7, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 3 comments

Deadline Skripsi! Oh!


Tanpa disangka, deadline skripsi terus mendekat. 60 hari lagi. Saya mohon doa kawan-kawan semua semoga skripsi ini selesai tepat waktu. Insya Allah.

Dengan sangat menyesal, update blog terpaksa dipangkas dari tiga kali seminggu menjadi sekali. Setiap Jumat. Insya Allah. Harap maklum ya :)


Monday, November 5, 2012 by Muhammad Haekal
Leave a comment

Waktu Luang



Waktu luang tidak pernah ada. Yang ada hanya meluangkan waktu. Kalimat itu keluar dari mulut seorang teman. Saya masih mengingatnya sampai sekarang.

Waktu luang memang sering dijadikan kambing hitam. Ketika seseorang tidak dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, waktu luang dijadikan alasan. Saat tidak bisa memenuhi ajakan teman untuk ngumpul, waktu luang kembali dijadikan persoalan. Maka kembali pertanyaannya, pernahkah kita meluangkan waktu?

24 Jam

Sadar atau tidak, kita selalu merasa sibuk. Merasa ada saja yang harus dikerjakan. Merasa 24 jam waktu yang kita miliki sudah terisi penuh dengan berbagai kegiatan.

Saya tidak ingin menggeneralisasikan ini, tapi saya mengenal seseorang yang begitu aktif berorganisasi. Dia juga mahasiswa di Fakultas Kedokteran: sebuah disiplin ilmu yang menuntutnya untuk belajar keras. Hebatnya, dia mampu membagi waktu. Sesempit apapun, dia masih bisa meluangkan waktu untuk bertamasya bersama keluarga. Berkumpul dengan teman-teman. Melakukan hobi favorit: menggambar komik. Dan jalan-jalan dengan calon istrinya. Alhasil, dia tidak kehilangan kehidupan. Peliknya kegiatan tidak membuatnya menjadi robot.

Akhirnya, jika kita selalu merasa sibuk, ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri: pernahkah kita meluangkan waktu? Untuk beribadah kepada Allah. Berbakti kepada orang tua. Berkumpul bersama teman-teman. Berkecimpung di tengah masyarakat. Belajar dengan tekun. Menulis skripsi. Menikmati hasil jerih payah sendiri, dan lain sebagainya. Pernahkah?

Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah berkunjung. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Sila share jika suka :)



Friday, November 2, 2012 by Muhammad Haekal
Categories: 6 comments