Pengangguran


Suatu hari, dalam sebuah acara di kampus, saya bertemu dengan seorang teman. Ia telah diwisuda tahun lalu. Setelah cukup berbasa-basi, ia mengeluhkan kepada saya bahwa ia belum kunjung memperoleh pekerjaan. Ia mengaku cukup pusing. Selain karena perkara pekerjaan adalah sebuah hal terus ditanyakan ketika seseorang sudah memperoleh gelar sarjana, ia juga mulai merisaukan masa depannya. “Bagaimana jika kondisinya terus-menerus begini?”

Pengangguran memang menjadi masalah besar di negeri kita. Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional menyebutkan, jumlah penganggur pada Agustus 2012 mencapai 7,2 juta orang. Lebih khusus lagi, jika dilihat dari pendidikan tinggi yang ditamatkan, jumlah penganggur yang berasal dari lulusan universitas mencapai  430 ribu orang. Masih menurut BPS, angka tersebut memang mengalami penurunan, namun apapun ceritanya, kita tentu tidak ingin masuk dalam kelompok itu. 

Tanya Kenapa?

Mengutip pendapat Nurul Sadiah (2013), pemerhati masalah sosial, pengangguran (terutama pada lulusan universitas) seringkali terjadi karena para sarjana terlalu memilih-milih pekerjaan. Mereka malas memulai karier dari bawah dan ingin langsung mendapatkan pekerjaan yang wah! Lebih lanjut, faktor rendahnya ilmu pengetahuan juga disinyalir membuat mereka terkena ‘seleksi alam’ oleh para sarjana lain yang memiliki kapasitas lebih tinggi. 

Pendapat di atas sepertinya ada benarnya. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah melihat orang-orang yang benar-benar berusaha, terperosok ke dalam lubang pengangguran. Selalu ada saja yang mereka kerjakan. Mereka tidak memilih-milih pekerjaan. Mereka menyambut baik segala tawaran yang datang. Bagi mereka, terus memulai bekerja walau (katakanlah) tidak dibayar dengan pantas adalah lebih baik, ketimbang tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Minimal mereka bisa memperkaya pengalaman yang tentunya bisa dijadikan nilai tambah apabila melamar pekerjaan di kemudian hari.

Sikap + Pola Pikir

“We become the things we do..”

Penggalan lirik dari lagu Third Eye Blind (Blinded) memang jika kita renungi ada benarnya: kita akan menjelma menjadi apa yang kita lakukan. Jika kita setiap hari mengajar, kita akan menjadi guru. Jika kita setiap hari menjual barang, kita akan menjadi pebisnis. Jika kita setiap hari menulis, kita akan menjadi penulis. Jika kita setiap hari kerjanya malas-malasan, kita akan menjadi pengangguran. Ya, semua hanya sesimpel itu.

Pengangguran sesungguhnya adalah sikap dan pola pikir. Para penganggur sebenarnya bukanlah mereka yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan tapi mereka adalah orang yang memilih untuk menganggur. Seperti ilustrasi gambar cangkir kopi di atas, yang perlu kita lakukan sebenarnya hanyalah memutar cangkir menjadi “on”. Allah menciptakan kita dengan berbagai kelebihan dan potensi. Allah juga telah menyediakan berbagai sumber rezeki di dunia ini. Sekarang tinggal kita berniat dan berusaha sepenuh hati. Hidup adalah pilihan. Waktu terus berjalan. Percayalah, ketika sikap dan pola pikir kita terus berada di jalur yang positif, cepat atau lambat, insya Allah kesuksesan akan segera datang.

Akhirnya, terima kasih telah meluangkan waktu membaca. Semoga bermanfaat. Insya Allah. Salam :)

note: dalam beberapa kalimat, saya merasa menjitak kepala sendiri :P

Wednesday, April 10, 2013 by Muhammad Haekal
Categories: 11 comments

Comments (11)

  1. tuing tuing ,
    memulai karir dari bawah dan tdk memilih2 pekerjaan...
    sementara bagian lain kepala bilang , "saya bisa lebih dari ini"
    :)

    lagi-lagi kembali ke mindset . :)

  2. @unni: wahh, iya unni..tulisan saya ini spesial buat mereka yang terlalu milih-milih pekerjaan (dan akhirnya gak bekerja apapun saking keterlaluan milihnya).
    betul tuh, kembali lagi ke mindset :)
    btw, makasih ya udah ngunjung & komen :)

  3. Jadi entrepreneur mungkin bisa jadi salah satu solusi ya Bang..

    Setuju dengan pendapatnya Bang, pengangguran itu semacam pilihan hidup juga ya Bang =)

  4. @riki: nah, betul itu! jadi pengusaha bisa mjd solusi yg mantap. & apapun pilihan kita dlm berkarier, yg plg penting adalah setia & cinta sama pekerjaan :)
    mksh ya udah ngunjung :)

  5. sesuatu banget...skripsi yg berujung wisuda bukanlah akhir dri perjalanan mencapai sebuah ksuksesan. *packing barang ke Nagan/A.barat KPM mode: on heheheh

  6. "We become the things we do..”
    brrt utk menjd seperti pak bondan yg hrz qt lkukan adalah banyak-banyak mkn.. hehe

    brt pengangguran adalah pilihan, bkn tkdir.. gt ya bg?

    keep on writing, smg jd penulis hebat nnti..
    :)

  7. jadilah sarjana pengangguran yang menghabiskan anggaran!
    ups, sarjana yang budiman.
    "aku mau, aku dapat carl". hehe

  8. @desy: yop. perjalanan msh panjang :) sukses ya KPM-nya. insya Allah.

    @may: yop! kira-kira begitu :) amiiiii, ya Allah. mksh ya doanya.

    @lintasanpenaku: hahahaha! yop!! mksh bang :)

  9. Saya selalu kagum dengan mahasiswa yang belum kelar kuliahnya tapi sudah bisa berwirausaha. Sehingga setelah wisuda bisa langsung terjun ke masyarakat dgn mudah.

    Masalah pekerjaan masalah pilihan sih menurut saya.
    Setuju dgn yg mas Haekal katakan tadi, karena kebanyak memilih. Idealismenya masih sangat tinggi. Apalagi kalau lulusan dr universitas ternama ^^

  10. @sri: iyaa. setuju! mahasiswa yang bisa usaha sendiri & tidak terkesan 'mengemis' selalu punya nilai lebih :)
    makasih ya udah ngunjung :)

  11. dan saya pengangguran (sarjana) muda (y)

Leave a Reply