Archive for March 2014

Bendera


Menjelang 17 Agustus, salah satu tradisi di rumah saya adalah mencari bendera. Entah bagaimana kami terlalu sembrono dalam menyimpannya. Ketika perlu, tak tahu lagi ia berada di mana.

Yang paling marah dengan kejadian ini adalah Ayah. Bagaimana tidak, saban tahun ia harus mengeluarkan uang untuk membeli bendera. Dipakai pun hanya beberapa hari saja. Sementara yang paling sibuk adalah Mamak. Layaknya detektif, ia menyisir seluruh isi rumah. Dua anggota keluarga lain yang paling santai adalah saya dan adik. Bukan apa-apa, kami telah memiliki tugas sendiri. Saya bertugas mengibarkan bendera – jika nanti sudah ditemukan atau dibeli baru, dan adik saya bertugas melihatnya – nanti ketika badannya sudah cukup tinggi, ia yang akan menggantikan posisi saya.

Lagi dan Lagi

Agustus memang masih beberapa bulan lagi. Saya hanya tiba-tiba terpikir tentang bendera ketika sedang mengajar bahasa Inggris. Apa hubungannya?

Saban kali memulai kelas baru, saya selalu menemukan persoalan yang sama: peserta didik lupa cara berkomunikasi dengan benar. Pola kalimat yang mereka susun amburadul. Sebabnya, mereka gagal dalam menggunakan ramuan grammar paling dasar: simple present tense.

Seperti halnya keluarga kami yang selalu kehilangan bendera setiap tahun, mungkin mereka juga lupa meletakkan ilmu present tense ini di otak bagian mana. Sehingga ketika diperlukan, hal itu sulit sekali ditemukan. Akhirnya, jika kami terpaksa membeli bendera baru setiap tahun, mereka juga harus mengulang lagi materi yang sama setiap semester.

Padahal, setiap peserta didik (umur mereka 20 tahun) mengaku telah belajar bahasa Inggris sejak SMP. Jadi rata-rata mereka telah belajar bahasa asing ini selama enam tahun. Dan selalu saja, tidak pernah tidak, simple present tense pasti dibahas di sekolah. Pasti. Seperti pastinya kita meminum air setelah makan nasi. Maka ketika peserta tidak memahami sesuatu setelah bertahun-tahun mempelajarinya, sepertinya ada yang tidak benar. Apakah dulu ketika masih sekolah mereka melamunkan cinta monyet saat guru sedang mengajar? Apakah mereka memang tidak menyukai bahasa Inggris sehingga otaknya jadi otomatis menutup ketika belajar? Ataukah mereka hanya pura-pura tidak bisa karena memegang prinsip low profile dalam kehidupannya? Entahlah. Yang pasti sekarang mereka kembali berada di kelas bahasa Inggris untuk menemukan sesuatu yang sama.

Saya menulis ini karena prihatin. Waktu terus berlalu dan tidak baik jika kita terus berkutat di hal yang itu-itu saja. Mungkin untuk maksud memperkuat boleh, tapi jika tujuannya adalah memulai sesuatu dari awal (lagi dan lagi), saya rasa hal ini tidak bisa terus-menerus kita lakukan. Waktu akan terbuang. Ini berlaku untuk hal apapun, tidak hanya belajar bahasa Inggris.

Jadi alangkah baiknya jika sekarang kita memperlakukan sesuatu secara benar. Mulai dari niat, cara mendapatkan, pengamalan, hingga metode penyimpanan, semua harus diperhatikan. Sebagai informasi, tadi pagi saya melihat bendera telah dilipat rapi di dalam lemari baju saya. Sepertinya tahun ini kami tidak perlu membeli bendera baru lagi :D


Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung :)

Wednesday, March 12, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 10 comments

Ketidakjelasan


Ketidakjelasan seringkali menyakitkan. Terlebih karena ia berada di masa depan: tempat pikiran dan jiwa kita berada - walau tubuh kita tidak di sana.

Ketidakjelasan memerlukan jawaban. Dalam hal apapun, kita tidak bisa terus hidup dengan pertanyaan yang belum dijawab atau menggantung. Apalagi jika pertanyaan tersebut berkaitan dengan keputusan penting dalam hidup kita, seperti persoalan karir atau cinta.

Menunggu adalah salah satu tindakan yang bisa menjawab ketidakjelasan. Tapi mencari tahu adalah sebuah tindakan lain yang lebih baik. Entah itu “ya” atau “tidak”. Minimal kita memiliki salah satunya (baca: jelas) ketimbang tidak mendapatkan dua-duanya (baca: tidak jelas).

Semakin dibuat berlarut-larut, ketidakjelasan hanya akan membuat sakit jiwa dan pikiran. Maka, jangan menunggu lama untuk mendapatkan jawaban – karena sungguh banyak hal lain yang menanti untuk kita perhatikan.


Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung :)

Saturday, March 8, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 8 comments

Untitled

ini aku
dari hati
tahun ini
mungkin yang terakhir kali?

Thursday, March 6, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 2 comments

Gam Inong Bloggers


Jika kita ingin mengenal sebuah daerah secara dalam, bicaralah dengan penduduknya. Jika itu terlalu sulit, dengarlah pembicaraan mereka. Jika itu masih terlalu mustahil, bacalah tulisan mereka. Atau kalau masih tidak bisa juga, berdoalah. Mudah-mudahan Anda akan paham sendiri.

GIB

Gam Inong Blogger (GIB) adalah salah satu tempat untuk menemukan Aceh. Anda akan mengenal Aceh dari sudut pandang orang Aceh.

GIB beberapa waktu lalu memberikan tugas kepada setiap member-nya untuk memperkenalkan member lain yang dikenalnya dalam kehidupan nyata. Tujuannya agar para anggota yang selama ini hanya mengenal anggota lain dari tulisan mereka, bisa tahu lebih dalam tentang teman-temannya itu.

Berikut saya perkenalkan tiga orang anggota GIB: Baiquni, Khaira, dan Fahrul.

Selamat PDKT!

Baiquni


Di balik penampilannya yang selalu tampak segar dan pas, siapa sangka jika Bang Bai adalah seorang dosen di UIN Ar-Raniry. Apa rahasia awet mudanya? Cukup sering-sering ngopi dengan mahasiswa (baca: anak muda), niscaya kemudaan itu akan merambat dengan sendirinya. Hahaha. Saya bercanda. Itu kata-kata saya, bukan bisikan Bang Bai.

Menurut pengakuan beberapa teman, Bang Bai adalah salah satu tipe orang yang bisa diajak apa saja: ngopi, sharing, belajar, jalan-jalan, jogging, pokoknya apa saja. Saya sendiri paling banyak melakukan kegiatan yang pertama: ngopi.

Ngopi dengan Bang Bai biasanya bukan sekadar ngopi. Ada saja topik yang dibahas. Belakangan yang paling sering kami bicarakan adalah pernikahan. Bukan soal tanggal atau mahar (belum ada calon), tapi lebih kepada hal-hal ringan seperti bagaimana seulangkee (mak comblang) bekerja, apa definisi siap menikah, serta bagaimana caranya menjadi lelaki yang baik dan bertanggung jawab.

Selain aktif di kampus, Bang Bai juga bergiat di sebuah lembaga riset di Aceh. Nanti jika jumpa lagi, saya ingin meminta hasil penelitiannya tentang “tipe-tipe calon mertua dan tips menghadapinya”. Walau sepertinya tidak ada, saya selalu berusaha untuk positive thinking.

Baiquni’s links:

Khaira


Saya berada satu unit dengan Khaira sekitar empat tahun di Jurusan TEN/ PBI UIN Ar-Raniry – walau kami tidak setiap hari bicara karena ia termasuk kategori “mahasiswi nomaden” – suka berpindah-pindah unit.

Pada tahun 2011-2012, keberadaan Khaira cukup penting bagi saya. Saat itu, ia menerima tawaran saya sebagai the Messenger alias penyampai pesan. Minimal tiga kali seminggu saya berkirim pesan kepada seseorang. Seseorang itu juga mengirim pesan kepada saya dan semuanya melalui Khaira. Kenapa tidak melalui sms atau pesan FB? Karena itu terlalu mainstream dan kurang greget.

Sayangnya, pada akhir 2012, Khaira terkena PHK karena saya dan seseorang itu tidak berkirim pesan lagi. Sayang sekali. By the way, thanks ya!

Selain sebagai the Messenger, Khaira juga dikenal sebagai The Queen of TOEFL di kampus kami. Saya lupa angka pastinya, tapi pokoknya di atas 600. Namun jangan coba-coba menyuruhnya jadi joki TOEFL ya, bisa-bisa Anda akan ditabok dengan buku Barron.

Khaira’s links:

Fahrul


Quote yang selalu diingat Fahrul adalah: calon suami terbaik ialah pendaki gunung. Jika ia terlihat senyum-senyum sendiri ketika ngopi, mungkin ia sedang melamunkan itu.

Fahrul juga merupakan alumnus Jurusan TEN/ PBI UIN Ar-Raniry. Jika kebanyakan lulusan lain banyak berakhir di ruang kelas, Fahrul justru menemukan cintanya di pegunungan. Hobi tersebut pula yang membuatnya memilih menjadi tour operator di sebuah biro perjalanan.

Cita-cita Fahrul yang lain adalah menjadi backpacker. Tak heran, terkadang ketika saya mengajak ngopi, ia membalas, “Aku lagi di Jogja.”

Namun, walaupun berniat menjadi backpacker, ia tidak ingin mendapatkan istri seorang backpacker. Ia khawatir jika suatu hari ia mendapati rumah dalam keadaan terkunci.

“Sayang, kamu di mana?” tanya Fahrul dari telepon.

“Papi, aku baru aja sampai di Nepal! Jaga rumah ya!!” jawab sang istri.

Fahrul’s links:
Facebook

Nah. Itulah tiga dari puluhan blogger GIB. Jika mau tahu lebih lanjut, kunjungi saja grup GIB di Facebook :) Salam.


Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung :)
sumber foto: friends' document  

Saturday, March 1, 2014 by Muhammad Haekal
Categories: 18 comments