Baru lima belas menit jogging, lelaki itu sudah ngos-ngosan. Dadanya kembang-kempis. Butiran keringat mulai keluar, membuat kaos oblong (yang sebelumnya dilambaikan angin) menempel di perutnya yang buncit. Kini ia berjalan. Menyuruh rekannya berlari duluan. Badannya terasa pegal. Jika doraemon benar-benar ada, ingin rasanya dia meminjam ‘pintu kemana saja’. Langsung pulang ke rumah, lalu mandi dan tidur.
Lelaki itu bukan angkatan 1945. Dia kelahiran tahun 1990. Umurnya sekarang 22 tahun. Ia seorang mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi di Aceh. Jika kita melihatnya dari bagian kepala, sekilas semua terlihat baik-baik saja, kecuali kantung mata yang memerah lantaran sering bergadang. Bagian pundak dan dada juga terkesan atletis. Tegap dan tampak kekar. Baru ketika sampai di bagian perut, semua kehebatan di atas seakan luntur. Jika ia duduk, kulit perutnya akan membentuk sedikitnya tiga lipatan. Pinggangnya juga sangat mudah dicubit (baca: tebal). Dan jangan tanya soal stamina. Olahraga yang rutin diikutinya adalah sepakbola. Bukan di lapangan, tapi di rental PlayStation!
Perubahan
Hidup sebagai mahasiswa memang berbeda dari semasa menjadi siswa dahulu. Ketika masih bersekolah, kita rutin beraktifitas dari jam 07.30 hingga 14.00 WIB. Sekolah juga memberikan kita kesempatan untuk berolahraga, bahkan mata pelajaran ini termasuk salah satu yang terfavorit. Di luar jam pelajaran pun, kita masih bisa mencuri-curi waktu dengan shooting basket atau passing voli di lapangan sekolah. Klub-klub ekskul olahraga juga laris-manis diserbu oleh para siswa. Saat itu, olahraga menjadi gaya hidup. Sesuatu yang sangat jarang kita tinggalkan.
Namun segalanya berubah 180 derajat saat kuliah. Jam masuk kuliah tidak tentu. Kegiatan sosial, seperti berkumpul dengan teman atau berkecimpung di organisasi, meningkat intensitasnya. Tubuh pun menjadi lelah. Waktu olahraga menyempit atau bahkan tak ada. Di sisi lain, waktu refreshing (baca: pelampiasan istirahat) bertambah. Kebiasaan-kebiasaan baru seperti tidur pagi dan makan tengah malam pun lahir. Hal ini tidak berlangsung sehari, tapi bertahun-tahun. Alhasil, tubuh yang sebelumnya sehat dan bugar kini jadi lembek dan lesu. Hingga terkadang, jika sesekali mengajak teman untuk jogging, sering muncul jawaban: “Aduh. Aku gak sanggup. Udah tua!”
Penting
Olahraga dapat mengurangi risiko penyakit, menjaga berat badan, meningkatkan energi, dan mengurangi stres. Dengan segala kebaikan itu, seharusnya kita meluangkan waktu untuk berolahraga. Saya salut dengan beberapa kawan, yang dalam kesibukan kuliah dan bekerja part-time, mereka masih menyempatkan diri bermain futsal, bulu tangkis, dan jogging. Memang dari pengakuan beberapa teman, kurangnya minat olahraga bisa terkait erat dengan motivasi. Kawan saya itu ingin tubuhnya bagus, pikiran jernih. Itulah yang menjadi motivasinya dalam berolahraga.
Akhirnya, jangan sampai kita menjadi tua sebelum waktunya. Umur 20-an sebenarnya adalah masa-masa terbaik untuk menempa tubuh. Tubuh sedang berada dalam kondisi puncak, sedang segar-segarnya. Semua manusia mendambakan tubuh yang sehat. Sialnya itu tidak bisa didapatkan dengan hanya duduk di depan laptop, main Playstation, atau tidur seharian. Yuk olahraga!
Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat ya. Insya Allah. Ditunggu komentarnya :)
sumber gambar: buzzle.com