Awal Mei kemarin, seorang teman yang sudah saya kenal selama lima tahun diwisuda. Sarjana Kedokteran. Maka dengan itu, tibalah baginya saat untuk menjadi dokter muda (co – assistant). Dengan alasan tertentu, ia memilih melaksanakan tugas tersebut di Palembang selama dua tahun.
Kepergiannya membuat saya sadar, bahwa sekarang memang saatnya untuk pergi, melakukan perjalanan. Terlebih bagi kami, sebagian anak yang tumbuh besar di Ibukota Provinsi, yang memilih untuk menghabiskan masa sekolah dan kuliah (S1) dekat dengan rumah.
Setelah wisuda di bulan Februari, sebagian dari kami memilih fokus mencari kerja, sebagian lain berburu beasiswa, dan tidak sedikit juga yang melakukan kedua-duanya.
Mimpi
Seperti halnya kebanyakan manusia, kami juga memiliki mimpi. Sialnya, mimpi tidak akan terwujud hanya dengan tidur, para pemimpi harus bangun dan mandi.
Maka seminggu pasca wisuda, teman-teman yang fokus mencari kerja sudah sibuk mengurus SKCK di Kepolisian dan surat keterangan sehat di Rumah Sakit. Mereka pun begitu rajin membaca koran dan browsing di internet untuk mencari lowongan kerja. Beberapa bahkan berani benar mengantarkan berkas lamaran ke suatu perusaan yang bahkan sedang tidak membuka lowongan. Hahaha! Salut!
Para pemburu beasiswa lain lagi. Selain sering melakukan transaksi informasi, mereka juga saban hari berdiskusi tentang tata cara pengisian aplikasi, proses wawancara, dan segala hal yang berhubungan dengan beasiswa. Bahkan mereka juga tak segan ‘menculik’ para abang atau kakak letting yang telah lulus seleksi beasiswa pada tahun-tahun sebelumnya untuk ‘diinterogasi’.
Pertanyaan
Sebagai alumni, saya dan teman-teman kadang takut pergi ke kampus. Bukan karena khawatir dimintai foto bersama (ge-er!), tapi karena saban kali berjumpa dengan adik letting, mereka selalu bertanya, “Abang sekarang di mana? Apa kegiatannya? Kapan berangkat ke Australia? Kapan nikah? Masih patah hati? (nah lho??)” Terang saja kami risih, banyak dari kami belum memiliki pekerjaan yang wah, rata-rata masih freelance – maka menjawab pertanyan itu beda-beda tipis dengan mengatakan: kami belum punya pekerjaan. Hahaha!
Selain itu, hampir semua dari kami sedang mengikuti proses seleksi beasiswa (yang pengumumannya baru keluar insya Allah pada akhir tahun). Jadi ketika ditanya kapan ke Australia atau negara-negara lain, dalam hati terbesit: dek, aplikasinya aja belom sampe ke Jakarta!
Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa pertanyaan-pertanyaan itu mencubit kami untuk semakin giat dalam berusaha. Bagaimana tidak, wajah-wajah adik letting, eh maksudnya pertanyaan-pertanyaan adik letting tersebut, selalu terngiang-ngiang di dalam kepala!
Akhirnya, dalam mewujudkan impian, kita memang harus berusaha sekuat badan dan hati, lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT. Tawakkal. Insya Allah dengan berlaku demikian, kita akan merasa puas jika semuanya terwujud, atau kalaupun nanti hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kita akan menerima dan memahami bahwa Allah maha tahu apa yang kita butuhkan.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat. Insya Allah. Maaf lama tak muncul. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Jangan lupa doain kami yaa :)
Salam.