Archive for December 2014
Hujan di Bulan Desember
Desember ini
Hujan menjelma menjadi peluru
Memberondong hati orang-orang seperti kita
yang punya masa lalu.
Rindu?
Sunday, December 28, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata
7 comments
Tentang Ucapan “Selamat Natal”
foto: dawn.com |
Sunday, December 21, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Khazanah,
M. Quraish Shihab
8 comments
Man Monis
Jujur, saya masih awam mengenai Islam. Bahasa Arab saya buruk, pemahaman saya belum mendalam, dan aplikasi saya biasa-biasa saja.
Lelah
Semua orang sedang lelah dengan kekerasan. Khusus bagi kalangan Muslim, deretan aksi terorisme yang selama ini mengatasnamakan Islam semakin menambah daftar panjang penderitaan.
Saya yang awam memandang begini: seorang Muslim sebaiknya menempatkan diri dengan baik sesuai dengan kondisi yang terjadi. Jika negara sedang perang dan kita dituntut untuk membela agama dan bangsa, maka berperanglah. Jika kondisi sedang damai, namun ada sesuatu hal yang tidak kita setujui, gunakanlah alat-alat yang sesuai dengan garis batas kedamaian itu: diskusi, tulisan, ceramah, debat, atau cara-cara lain yang tidak menggunakan senjata.
Ini hanya dugaan saya: Monis melakukan semua itu karena dia ingin membuat publik Australia (atau Barat) merasakan langsung bagaimana pahitnya perang (katakanlah) di Afghanistan.
Lalu jika benar demikian, apa yang terjadi? Apakah pesan itu benar-benar sampai? Sekarang yang terdengar hanya terorisme dan terorisme. Jika sudah begitu, siapa yang rugi?
Masyarakat saat ini sudah lebih cerdas dan bijak. Sekarang, selembar foto saja bisa mengetuk hati jutaan manusia untuk bergerak di satu jalan bernama kemanusiaan. Intinya, ada cara-cara lain yang bisa kita lakukan untuk menyampaikan pesan, dan itu bukanlah kekerasan.
Syukurlah pula, warga Australia sana tidak memandang tindakan Monis sebagai tindakan yang merepresentasikan Islam. Pascapenyanderaan, ada ketakutan besar bagi kalangan Muslim di Australia terhadap bangkitnya lagi islamophobia—barangkali kita masih mengingat apa yang dialami oleh Muslim Amerika pascatragedi 9/11. Dilansir oleh BBC News, seorang warga Australia, Rachael Jacobs, pascakejadian melihat seorang perempuan yang ia asumsikan sebagai Muslimah, secara diam-diam melepas hijabnya di dalam kereta. Saat mereka telah tiba di stasiun, Rachael menghampiri perempuan itu, dan berkata: "Pakai lagi hijabmu. Aku akan menemanimu berjalan." Mendengar itu, perempuan itu pun menangis dan memeluk Rachael.
Kisah tersebut menjadi viral dan menginspirasi Tessa Kum, seorang pengguna Twitter, untuk melanjutkan dukungan kepada warga Muslim Australia dengan tagar #illridewithyou. Aksinya sederhana: jika Anda adalah seorang Muslim dan merasa tidak aman berjalan sendirian, Anda boleh minta ditemani oleh seseorang. Ribuan warga tercatat ikut ambil bagian. Twitter resmi milik klub bola Sydney FC juga ikut serta. Mereka bahkan menegaskan agar para pengguna serius terhadap tweet-nya: "Please, if you're going to use #illridewithyou, include journeys and times, make it genuinely useful not just a trendy thing to tweet," cuit Sydney FC.
Kejadian di Lindt Chocolat Cafe memang berakhir tragis: dua sandera tewas. Namun dari peristiwa ini, tampak pula bahwa manusia sebenarnya masih memiliki akal sehat dan nurani. Kita masih dapat merasakan, mana yang tepat, mana yang tidak. Mana yang patut, mana yang melenceng. Mana yang teman, mana yang lawan.
Akhirnya, agama barangkali membuat kita hidup dengan perbedaan. Namun, walaupun ada yang menjadi air dan minyak, bukankah kita masih dapat hidup berdampingan dalam satu mangkuk mie bernama "kemanusiaan?"
Wednesday, December 17, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom,
Lindt Chocolat Cafe
4 comments
Milisi-milisi Kota Baghdad
Warga Sadr City menenteng senjata. Mereka adalah bagian dari milisi yang mempertahankan kota Baghdad. (14-07-2014). | Ayman Oghanna/ The New York Times/ Redux |
Setelah kota Mosul jatuh ke tangan ISIS musim panas ini, Ayatollah Ali al-Sistani memfatwakan kepada rakyat Irak untuk mempertahankan negaranya, rakyatnya, dan kehormatan dari tempat-tempat suci mereka. Mereka harus turut serta mempertahankan agama mereka dalam perang suci ini.
Sheikh Raad mengatakan, ketika fatwa tersebut keluar, para pria datang ke kantornya untuk mendaftarkan diri berperang. Di antara mereka bahkan ada yang berumur sekitar 60 tahun, mereka memohon agar diizinkan bertempur melawan ISIS dan para pemberontak pimpinan Sunni.
Menurut Penasihat Deputi Keamanan Nasional Irak, Safa Hussein al-Sheikh, milisi Kata'ib Hezbollah didirikan pada tahun 2003 ketika invasi Amerika Serikat. Mereka terkenal dengan struktur yang ramping, namun lebih terorganisasi daripada milisi Syiah yang lain—serta dianggap tertutup dan cerdik, bahkan oleh standar intelijen Irak sendiri.
"Dulu, mereka fokus menargetkan Amerika. Mereka melakukannya dengan piawai, mematikan, dan tak terdeteksi oleh intelijen Amerika maupun Irak," kata al-Sheikh.
Dari wilayah Ajana, Pasukan Keamanan Irak dan milisi Syiah bergerak menuju Amerli. (01-09-2014) | Reuters |
Friday, December 12, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Features,
Khazanah
Leave a comment
Resep Antisukses
Friday, December 5, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom,
Motivasi
4 comments
Menyaingi Orang Asing dengan Jujur
foto: gramedia.tumblr.com |
Monday, December 1, 2014
by Muhammad Haekal
Categories:
Esai,
Khazanah,
P.K. Ojong
Leave a comment