Pagi ini saya bangun pukul 04:30 dan tidur lagi setelah shalat Subuh. Pukul 10.00 saya terbangun dengan perasaan yang buruk. Tulisan belum selesai dan saya seperti kehilangan kemampuan untuk melakukannya. Saya kesal dengan diri sendiri. Sayangnya, kekesalan tidak pernah menyelesaikan masalah.
Dahulu saya punya kebiasaan menulis dan membaca setiap hari. Saya memiliki target minimal mengirim satu tulisan ke media massa per minggu. Saya selalu berhasil melakukannya. Di bulan-bulan ketika tindakan terus-menerus itu telah menjadi kebiasaan, beberapa tulisan saya dimuat di surat kabar. Selanjutnya, perkara menulis bukan lagi sesuatu yang teramat sulit saya lakukan.
Namun ada sebuah hari laknat yang saya lupa kapan terjadinya. Saat itu saya memutuskan beristirahat menulis. Satu, dua hari. Kemudian masuk hitungan minggu, bulan, dan tahun. Saya berhenti total. Saya berpuas diri. Menganggap diri hebat, lalu berhenti berlatih dan belajar. Keputusan yang buruk.
Sekarang, semua semakin parah ketika saat ini saya terjebak dalam ketakutan tidak wajar: takut tulisan saya jelek dan takut dihina jika berbeda pendapat. Alhasil, sampai sekarang saya tidak pernah benar-benar menulis.
Mendapati diri kehilangan salah satu identitasnya terasa sangat menyiksa. Inilah yang berusaha saya dapatkan lagi sekarang. Saya ingin produktif lagi menulis. Semua tidak mudah, saya tahu.
Jika saya menyelesaikan satu tulisan nanti, tulisan pertama saya setelah begitu lama vakum, insya Allah akan saya ceritakan prosesnya di sini. Target sederhana saya adalah menulis sebuah tulisan hingga selesai. Soal terbit atau tidak, itu perkara nanti. Saya ingin memiliki kebiasaan menulis lagi.
Belakangan kepala saya sering sakit. Barangkali ada banyak sekali ide yang mengantre untuk lahir. Saya mengajak diri untuk menyelesaikannya satu per satu.
Doakan saya, kawan.
Sumber foto: Hoach Le Dinh