Awal pertama saya mengenal Del Piero adalah saat ayah saya membelikan jersey timnas Italia yang bagian belakangnya bertuliskan Del Piero, dan bernomor punggung 10. Saat itu saya kelas empat SD. Ketika itu, segala hal yang berhubungan dengan sepakbola saya kaitkan dengan Del Piero. Semisal saat saya bermain Pro Evolution Soccer di PlayStation 1, saya selalu berusaha mencetak gol dengan Del Piero, saat artikel atau poster Del Piero muncul di majalah, saya beli.
Del Piero adalah tipikal pemain yang ‘bersih’. Saya tidak pernah mendengar berita miring mengenai dirinya, kecuali egoisme (atau ketidakrelaan)nya untuk sampai sekarang tidak pensiun dari sepakbola. Ia adalah penendang yang baik. Eksekusi bola matinya mematikan. Del Piero juga seorang kapten yang bersahaja.
Musim 1998-1999 adalah masa kritis bagi Del Piero. Ia mengalami cedera parah hingga harus absen selama. Padahal prestasinya tengah gemilang. Tanpa dirinya, Juventus tertatih-tatih saat itu.
Kiranya karir Del Piero sebagai pemain tidak akan lama lagi, ia hampir menginjak kepala empat. Seorang rekan saya yang Milanisti, Alaidin, berkelakar bahwa saat ini Del Piero hanya dimainkan saat Juventus mendapatkan tendangan bebas, dan ajaibnya ada yang masuk.
Akhirnya, menjadi seorang fans bagi saya adalah sebuah hal yang menyenangkan. Ada kesenangan khas yang tidak bisa diutarakan saat melihat sang idola bermain. Anehnya, pemain bola yang sampai sekarang saya idolakan hanyalah Del Piero. Sedikit-banyak, menjadi fans bagi saya adalah seperti jatuh cinta kepada perempuan: saya tidak berminat poligami.
