Dalam sebuah perkuliahan, dosen saya bercerita mengenai masa lalunya. Ia bilang kepada kami, ia dulu bukan merupakan mahasiswa pintar. Prestasinya tenggelam di antara mahasiswa-mahasiswa lain. Saat selesai kuliah saja, indeks prestasinya tidak mencapai angka tiga.
Nah, saat mahasiswa-mahasiswa lain terlena dalam kepintarannyan dan merasa sudah berada di puncak, dosen saya ini tidak berhenti belajar, ia tanpa kenal lelah terus menuntut ilmu. Hingga sekarang, ia telah menjadi salah satu dosen paling senior di kampus saya, dan juga memiliki sebuah bimbingan belajar bahasa Inggris terkemuka di Banda Aceh, sementara beberapa temannya yang dulu pintar itu, kini hilang entah kemana.
Apa yang bisa kita petik dari kisah sang dosen? Banyak dari kita, sadar atau tidak, seringkali berhenti saat telah mencapai titik tertentu. Mahasiswa yang mendapatkan nilai A di mata kuliah grammar bisa jadi berhenti belajar grammar karena ia menganggap kemampuannya telah sempurna. Contoh di atas seringkali terjadi, tentunya dengan kejadian yang berbeda-beda.
Ketika kita berhenti, waktu terus berjalan. Benih-benih rumput terus tumbuh, semakin hijau setiap harinya. Tanpa kita sadari, dunia semakin meninggalkan kita. Seseorang yang mungkin dulunya berguru dengan kita, mungkin kini ilmunya telah jauh melampaui kita. Saya jadi teringat dengan ungkapan seorang sufi muslim yang saya lupa namanya, ia berkata kira-kira begini: waktu istirahat bagi seorang muslim adalah di surga.
Ada sebuah hal yang biasanya mengilhami kita untuk berhenti dan merasa puas diri, ia adalah pujian. Seringkali saat kita meraih suatu hal, kita mendapatkan pujian. Nah, pujian bersifat melenakan. Pujian membuat kita merasa ‘oh, ini akhirnya’, dan kemudian kita berhenti tanpa keinginan ingin berkembang lagi. Ternyata pujian itu berbahaya.
Dan akhirnya, sebagai seorang manusia, kita harus selalu memiliki keinginan untuk mengembangkan diri, terus berusaha berproses menjadi individu terbaik. Jadikan minat sebagai semangat dan bakat sebagai fokus. Teruslah berusaha untuk selalu berguna bagi sesama.
Yang berhenti dan yang terus maju
Thursday, April 7, 2011
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
1 comment
One Comment
-
kejadian yang seperti ini memang sering kali terjadi bukan hanya orang yang belum memiliki apa-apa melainkan orang yang tau akan hal itu pun bisa terlena hanya karena pujian-pujian yang dilontarkan orang-orang jilbab tangan