Yudisium adalah sebuah proses sebelum wisuda. Mereka yang mengikuti yudisium adalah mahasiswa yang telah selesai mengikuti siding skripsi. Singkat kata, inilah saat-saat terakhir menjadi mahasiswa. Walau tentu saja bukan saat-saat akhir untuk proses belajar.
Saya diajak oleh senior saya untuk menghadiri yudisium. “Tolong foto kami bentar,” begitu katanya. Jadi pukul 7.30 tibalah saya di rumahnya. Suasana panik begitu kentara. Senior saya itu belum menggosok kemeja putihnya, dia pun belum sempat mencari kopiah hitam, dan pukul 8.00 insya Allah acara akan dimulai. “Baru tiba dari kampung,” katanya berkilah. Haha.
Suasana di tempat acara dominan bahagia, paling tidak untuk beberapa alasan: ada yang dalam proses berburu beasiswa S-2, memenuhi desakan orang tua, dan bahkan ada pula yang senang karena selesai kuliah adalah syarat untuk menikah (“tak selesai kuliah, tak boleh menikah, “ kata Ibu, haha). Semuanya tersenyum, dan jika pun ada yang menitikkan air mata, sesungguhnya air mata itulah senyumannya (haha).
Akhirnya, bagi saya, menyelesaikan kuliah bukan lah garis finish. Bukan berarti dengan selesainya kuliah maka selesailah belajar, selesailah tugas, menipisnya rutinitas. Ada sebuah tanggung jawab bagi para wisudawan: mengabdikan diri mereka bagi agama, dan negara. Saya berdoa semoga kami, para mahasiswa, tidak menjadi beban saat menjadi lulusan. Agar kami, para mahasiswa, tidak menjadi pengemis pekerjaan, tapi pemberi pekerjaan. Agar kami, para mahasiswa, menjadi pelari yang baik untuk menyambung tongkat estafet pembangunan agama, dan negara. Amin.
Apa makna wisuda bagimu? Saya tunggu komentarnya!
Terima kasih telah berkunjung.
ilustrasi: setetestinta.wordpress.com
*seharusnya ada foto, tapi kamera saya belum dikembalikan sama senior (hehehe)