Archive for 2012
Teladan
Sunday, December 30, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
5 comments
2013
Sunday, December 23, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
4 comments
Guruku dan Gurumu
Biarkan engkau menjadi guruku
Membukakan setiap lembar buku
Menulis segala pengetahuan dengan kapur putih
Lalu menghapusnya hingga bersih
Biarkan aku menjadi gurumu
Membukakan setiap lembar buku
Menulis segala pengetahuan dengan kapur putih
Lalu menghapusnya hingga bersih
Biarkan kita
Menjadi guru sekaligus murid
Untuk mata pelajaran cinta
Dengan silabus suka dan duka
Biarkan kita
Menjadi guru sekaligus murid
Untuk mata pelajaran cinta
Yang tidak pernah kita mengerti.
Thursday, December 20, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata
7 comments
Seakan Wajar
Pacaran hanyalah sebuah contoh sikap buruk yang telah dianggap wajar. Malah jika ada orang yang menghindarinya, ia akan diteriaki ‘munafik’ – walau tentu patut dipertanyakan: siapa yang sebenarnya munafik?
Semoga bermanfaat. Insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca :)
Sunday, December 16, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
13 comments
Jejaring Sosial
Sunday, December 9, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
10 comments
Kecantikan Hati
Sunday, December 2, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
17 comments
Puisi - Lembar Demi Lembar
Alhamdulillah puisi ini terbit di Serambi Indonesia tanggal 25 November 2012. Klik di sini untuk langsung menuju situs.
-------------
Lembar demi Lembar
Lembar demi lembar
Jemari kita mengayuh
Tak hirau sapuan peluh
Atau layar putih yang mengaduh
Lembar demi lembar
Otak kita berpacu
Nafas kita menderu
Lupakan sejenak nafsu dan waktu
Lembar demi lembar
Di tengah gempuran menuanya usia
Di tengah harapan orang tua
Di tengah beban menjadi seorang legenda
Lembar demi lembar
Menyatukan segenap jantung hati
Menambatkan setiap nadi
Para mahasiswa
(Kampus Biru, 23 November 2012)
Tuesday, November 27, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
terbit di media
2 comments
Muda Usiaku, Tua Tubuhku
Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat ya. Insya Allah. Ditunggu komentarnya :)
Friday, November 23, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
6 comments
Malu (yang tidak) pada Tempatnya
Akhirnya, meminjam slogan sebuah produk kopi instan, mulai sekarang ada baiknya kita membongkar kebiasaan lama: malu membantu. Sedari sekarang pula, kita semestinya menanamkan prinsip di benak anak-anak, adik-adik, dan saudara-saudara kita, bahwa membantu itu membanggakan. Membantu itu perbuatan mulia. Membantu itu perlu dilakukan secara berlomba-lomba.
Friday, November 16, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
8 comments
Joking
Perkara hati memang tidak bisa main-main. Saat seseorang sudah sakit hati karena perkataan kita, dia bisa saja tidak lagi menaruh rasa hormat. Perasaan benci muncul. Bahkan terkadang, doa-doa buruk dalam hati bisa meluncur tanpa sempat disadari. Hal yang terakhir ini paling saya takuti. Bisa saja orang yang kita ejek telah berubah statusnya menjadi orang yang teraniyaya: orang yang doanya memiliki peluang lebih besar untuk dikabulkan. Kan bisa bahaya.
Friday, November 9, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
2 comments
Kerangka
Aku seperti gila
Ketika berhenti menggoreskan pena
Aku seperti tak bernyawa
Tinggal kerangka
Wednesday, November 7, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata
3 comments
Deadline Skripsi! Oh!
Tanpa disangka, deadline skripsi terus mendekat. 60 hari lagi. Saya mohon doa kawan-kawan semua semoga skripsi ini selesai tepat waktu. Insya Allah.
Dengan sangat menyesal, update blog terpaksa dipangkas dari tiga kali seminggu menjadi sekali. Setiap Jumat. Insya Allah. Harap maklum ya :)
Monday, November 5, 2012
by Muhammad Haekal
Leave a comment
Waktu Luang
Friday, November 2, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
6 comments
The Ads’ Terminology
tanning bed |
Memang tidak semua yang diiklankan itu salah. Yang aneh adalah ketika prinsip baru yang muncul. Sebuah ketetapan yang berada di luar kewajaran. Sebuah rumusan yang membuat kita mengubah apa yang sebelumnya kita anggap baik-baik saja.
Wednesday, October 31, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
8 comments
Kita dan Idul Adha
Monday, October 29, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
2 comments
Puisi - Perempuan Pasir
Kau, perempuan pasir
Yang pergi ke pergelaran ombak
Menutup matamu untuk tidak buta
Membuka hatimu untuk bisa peka
Kau, perempuan pasir
Yang berjalan tanpa alas kaki
Membiarkan butiran-butiran asin meresap di kulitmu
Merelakan buih-buih mengkilap di kukumu
Kau, perempuan pasir
Yang memahami segala risau angin
Memaknai setiap teriakan debur
Tapi, tidak lari dari hidup yang mengabur
Kau, perempuan pasir
Yang mengumpulkan setiap butirannya
Memasukkannya ke dalam botol
Dan membawanya pulang.
Wednesday, October 24, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
terbit di media
Leave a comment
Cerpen - Wisuda
by Muhammad Haekal
Categories:
terbit di media
4 comments
Siapa Saya?
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
6 comments
Tawaran
Saya bukan ahli psikologi. Tapi yang saya rasakan selama ini, ketika seseorang sering menolak tawaran, ada perasaan sebal yang muncul. Ada perasaan enggan untuk menawarkannya lagi kepada orang tersebut.
Monday, October 22, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
2 comments
Ada Apa dengan Mahar?
Ternyata permasalahannya tidak berhenti di situ. Sang perempuan berasal dari suatu daerah di Aceh yang terkenal dengan nilai mahar tinggi: 20 – 35 mayam. Entah bisa disebut sial atau tidak, teman saya itu sampai sekarang belum mendapatkan kerja yang wah! Sementara kekasihnya justru diterima di perusahaan berskala nasional. Untuk perempuan yang berasal dari keluarga terpandang, pendidikan menjulang, dan sudah bekerja pula, nilai mahar pun akan naik dengan sendirinya. Kepala si teman pun menunduk. Dan semakin menunduklah ia saat membaca berita di koran bahwa harga emas naik menjadi 1,8 juta per mayam.
Mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Ia dapat berupa perhiasan, uang, atau barang.
Di Aceh, biasanya nilai mahar disepakati terlebih dahulu. Informasi mengenai jumlah ini, bisa didapatkan melalui seulangkee (perantara/ mak comblang) atau dapat pula ditanyai sendiri oleh calon mempelai pria kepada sang perempuan.
Melalui seulangkee, tahap pertamanya tentu tidak langsung menanyai nilai mahar. Seulangkee bertugas sebagai perantara. Mereka yang mengemban tanggung jawab ini tentu saja adalah orang yang kaya pengetahuan agama, budaya, dan sosialnya. Boleh laki-laki atau perempuan.
Biasanya, laki-laki yang menggunakan adat ini, belum mengenal si perempuan. Dia hanya dihadapkan kepada fakta bahwa dia ingin dan siap menikah, tapi belum memiliki calon. Maka dicarilah informasi mengenai keluarga mana yang memiliki anak perempuan. Jika sudah ditemukan, barulah seulangkee menjalankan tugasnya sebagai perantara. Ia datang kepada keluarga perempuan dan bertanya kesediaan mereka untuk diperkenalkan kepada keluarga laki-laki. Bahasa Arabnya mungkin bisa disebut ta’aruf. Jika setuju, maka si lelaki dan perempuan akan diperkenalkan. Bila terasa cocok, baru proses selanjutnya adalah menentukan nilai mahar dan tanggal pernikahan.
Jika si lelaki sudah duluan mengenal sang perempuan, ia bisa langsung menyuruh si perempuan untuk menanyakan nilai mahar kepada keluarganya. Ketika informasi tersebut sudah diperoleh, barulah sang lelaki berembuk bersama keluarganya sendiri.
Mahar dan Daerah Asal
Sudah menjadi rahasia umum bahwa di Aceh, nilai mahar antara daerah satu dengan yang lain berbeda. Di Aceh Besar, kisaran mahar dimulai dari 10 – 15 mayam. Pidie 20 – 30 mayam. Bireun 10 – 20 mayam. Aceh Tengah 5 – 30 gram. Kenapa bisa demikian tinggi? Di Pidie misalnya, isi kamar menjadi tanggung jawab pihak perempuan. Malah sebagian keluarga ada yang memberikan rumah atau toko untuk modal kehidupan pasangan itu kelak.
Nilai mahar juga sangat bergantung dengan kelas ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan si perempuan. Entah siapa yang pertama kali mematok jumlah itu. Yang jelas, jika seorang lelaki ingin menikah, orang tua akan bertanya: Panee awak si Nong nyan? – dari daerah mana perempuan itu? Mungkin untuk menilai kesanggupan keluarga untuk meminang sang perempuan.
Kenapa Lelaki Takut?
Untuk lelaki yang berumur di bawah 25 tahun, tentu persoalan mahar adalah hal yang horror. Umumnya, pada usia tersebut, lelaki baru merintis karier. Hidup masih susah. Apalagi bagi lulusan (katakanlah) S-1 yang baru saja melepaskan diri dari tanggung jawab keluarga dan berusaha hidup mandiri. Terlebih lagi jika kekasihnya berusia sebaya. Tentu usaha harus ditambah berkali-kali lipat. Terang saja, lelaki yang berumur 20 – 25 tahun masih dianggap ingusan. Sementara perempuan yang berumur sama justru dianggap sebagai target lamaran.
Kenapa lelaki takut? Secara simpel, lelaki takut kehilangan kekasihnya. Takut lamarannya ditolak karena tidak mampu memberikan mahar tinggi. Takut kekasihnya duluan dilamar orang yang lebih keren, pintar, kaya, lebih segala-galanya. Takut kekasihnya tidak sanggup menahan gempuran lamaran lalu menerima lelaki lain. Takut segala macam impian dan sumber kekuatannya selama ini mendadak hilang diambil orang. :(
Epilog
Dalam sebuah hadist dikatakan: “Sebaik-baiknya Laki-laki adalah yang memberikan mahar banyak, Adapun sebaik-baiknya perempuan adalah yang meminta mahar sedikit.”
Hadist itu seharusnya bisa memberikan nasihat bagi kita. Bagi keluarga perempuan, tidaklah bijak memaksakan nilai mahar. Jangan gara-gara mementingkan gengsi keluarga, anak Anda tidak bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Toh, roda kehidupan juga berputar. Seorang lelaki yang sekarang biasa-biasa saja, bisa berubah menjadi orang yang luar biasa sepanjang dia berusaha. Insya Allah.
Juga bagi para lelaki, jangan gara-gara membaca akhir hadist itu kemudian kembali bernafas lega dan bermalas-malasan. Kaum lelaki diperintahkan agar berkerja keras, mengumpulkan mahar semampu-mampunya. Tunjukkan kepada keluarga sang perempuan, bahwa kita adalah orang yang tepat bagi anak mereka. Kita mampu mencari nafkah. Kita tidak akan membuat anak mereka menderita. Kita mampu membahagiakannya lahir-batin. Dengan adanya pengertian antara kedua belah pihak, insya Allah mahar tidak lagi menjadi hal yang menakutkan.
Akhirnya, semoga tulisan kali ini bermanfaat. Insya Allah. Dan karena pokok pembicaraan kali ini termasuk sensitif (karena berkaitan erat dengan agama dan budaya), saya berharap partisipasi pembaca sekalian untuk mengoreksi apabila ada kalimat yang salah, dan menambahkan apabila ada poin yang kurang lengkap.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengunjungi blog saya. Sampai ketemu di tulisan berikutnya. Insya Allah.
*Dalam menulis ini, alhamdulillah saya mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga tentang mahar dari Muntasir dan Ella Yuzar. Saya juga memperoleh informasi kisaran mahar dari Khaira Hisan (Aceh Besar), Fithri Ramadhani & Putri Mahmudah (Pidie), Iklima (Bireuen), Yuli Khairani & Ainal Fitri (Aceh Tengah). Terima kasih :)
mcaguado.blogspot.com
vi.sualize.us
kurakurahitam.wordpress.com
rezarahmah.blogspot.com
Friday, October 19, 2012
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
18 comments