Saya pun sempat sebal dengan seorang teman. Terang saja, setiap kali saya mengajaknya ngopi atau sekedar jalan-jalan, dia menolak dengan alasan sakit. Alasan. Suatu hari, tanpa permisi saya berkunjung ke rumahnya. Saya kira dia bercanda, tapi dia memang benar-benar sakit. Ada bintilan-bintilan berair (dan gatal) yang muncul di wajahnya. Saya pun yang berniat ingin ngambek, mendadak menjadi kasihan.
Kacamata Kita
Disadari atau tidak, kita sering melihat orang lain dengan kacamata kita. Kita menilai mereka dengan ukuran yang kita buat sendiri. Padahal semua itu belum tentu benar. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang sedang mereka alami.
Lucunya, kita justru meminta pengertian saat sedang berada dalam kondisi sulit. Tapi kemudian berubah menjadi orang yang tidak pengertian saat mendapati orang lain dalam kondisi genting. Kita terburu-buru memvonis mereka buruk. Menganggap mereka mengarang-ngarang alasan. Padahal jika kita berada dalam posisi yang sama, kita juga akan memohon-mohon untuk dimengerti.
Kacamata Mereka
Mulai sekarang, ada baiknya kita melihat dengan kacamata mereka. Kita memandang sesuatu dengan perspektif orang lain. Mencoba merasakan bagaimana jika aku berada di posisi dia. Mudahan-mudahan dengan melakukan itu, hati kita menjadi bersih dari prasangka. Dan insya Allah dengan semakin banyaknya benih-benih pengertian di dunia ini, hidup pun akan menjadi lebih indah dan berwarna.
Akhirnya, terima kasih telah berkunjung. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat. Insya Allah. Salam.