“Are you okay?” adalah salah satu pertanyaan yang sering menghampiri saya setelah saya menggunduli kepala. Jelas saja, beberapa teman mengira saya sedang stres atau ditimpa kanker. Mm, tapi sangkaan yang pertama cukup dekat juga. Hahaha!
Selama saya sadar, saya secara sengaja menggunduli kepala sebanyak tiga kali: kelas II SD, semester IV kuliah, dan sekarang. Saat SD, seingat saya alasannya adalah karena cuaca yang panas. Sewaktu semester IV, alasannya karena galau! Saat itu, saya sedang sibuk-sibuknya kuliah dan ada banyak tekanan batin lain yang mengguncang. Lalu, bagaimana dengan sekarang?
Pertama, karena saat sedang menulis skripsi, saya berjanji dengan seorang teman untuk sama-sama menggunduli rambut ketika skripsi selesai (bro, ingat janji bro!). Kedua, karena saya
ie cah (bahasa Aceh yang kira-kira berarti
kesal atau
marah) dengan seseorang yang menghubungi saya – dengan menutupi jati dirinya – tengah malam, dini hari, pagi-pagi, untuk bertanya kabar dan hebatnya menyampaikan rasa rindu kepada saya. Oh, siapapun dirimu, nak! Bertobatlah! Aku sudah botak! (nah lho??). Dan alhamdulillah, setelah saya botak, dia tidak pernah menghubungi saya lagi. Mungkin ia terkena
ephemera. Alasan terakhir, saya sedang susah memikirkan apa langkah selanjutnya dalam kehidupan saya. Begitu banyak opsi. Saya pun galau dalam memilih. Dan saya pun membotaki kepala dengan harapan bisa berpikir lebih jernih. Hasilnya, saya malah tambah galau! Hahaha!
Rasanya Botak
Botak licin sepertinya bukanlah tren rambut 2013. Itu terbukti, saat saya ngopi sehari pasca botak. Di kedai kopi, yang botak hanya saya sendiri. Di masjid pun demikian, malah beberapa jemaah terpergok memperhatikan kepala saya lebih dari 5 detik! Hahaha! Bisa disimpulkan, rasio pria botak adalah 1000 : 1.
Seperti bagian tubuh yang jarang disentuh, kulit kepala yang gundul menjadi amat sensitif. Ketika mengguyur kepala saat mandi, saya langsung teringat dinginnya air di Tanah Gayo. Rambut-rambut kecil yang tumbuh setelah dicukur (rambut manusia tumbuh 0,3 mm setiap hari), juga begitu lucu. Bagaimana tidak, karena kasar, bila saya melintasi pintu, kepala saya nyangkut di kain gorden! Kepala juga tertahan saat memakai baju atau peci. Hahaha!
Selain itu, dengan kepala botak, entah kenapa saya jadi teringat dengan seorang figuran botak (saya lupa namanya) dalam film 30 Hari Mencari Cinta. Sialnya, dia begitu mesum di film itu! Dan saya pun mendadak merasa demikian! Hahaha!
Hikmah Botak
Apakah botak memiliki hikmah? Tentu saja. Setiap hal di dunia ini ada hikmahnya. (serius).
Dengan membotaki kepala, kita akan menjadi orang yang apa adanya. Tidak ada kesempatan untuk sombong. Dan jika berjalan selalu dalam keadaan menunduk. (serius).
Dengan membotaki kepala, kita menjadi ujian bagi orang-orang yang mencintai kita. Apakah dia hanya mencintai kita saat kita keren? Atau malah berpaling saat kita botak? (serius)
Ya, begitulah kira-kira. Intinya, menggunduli rambut asik juga! Bagian kalian yang belum pernah botak, saya rekomendasikan untuk mencobanya! Biaya pangkas saya tanggung, deh!
Okelah. Ini saja. Semoga bermanfaat ya. insya Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca. Pesan terakhir saya: botaklah sebelum botak itu dilarang. Salam.
sumber foto: koleksi pribadi