"Saya" adalah "aku" dengan jarak yang jauh. "Saya" muncul dalam pembicaraan dengan orang asing. Bisa jadi kenal, namun tidak terlampau akrab. "Saya" adalah pagar yang membantasi antara kehidupan umum dan pribadi. "Saya" adalah sebuah topeng yang bisa dilihat siapa saja, namun cenderung tanpa tafsiran yang kaya makna.
"Aku" adalah sebuah jarak yang dekat. Pembicaraan yang kadang-kadang kurang ajar namun akrab. "Aku" adalah sebuah pintu untuk masuk dari ruang tamu, ke ruang keluarga, bahkan bisa ke kamar tidur. "Aku" dengan demikian, bukan milik siapa saja. Ia hanya ada, bagi mereka yang bisa dipercaya, bukan sekali-dua-kali.
Ada pula waktu ketika "aku" muncul dari bibir namun pada hakikatnya ia adalah "saya." Itulah "aku" yang pernah terluka. Yang suatu kali pernah membuka pintu untuk teman yang berubah jadi serigala. "Aku" yang dingin itu derajatnya di bawah "saya" yang resmi. Oleh karena "aku" adalah ruang-ruang di hati terdalam, ia memiliki kebiasaan baik yaitu mudah memaafkan, dan kebiasaan buruk yaitu sulit melupakan. "Aku" pada titik itu menjadi sulit bahkan mustahil untuk kembali menjadi "aku." Sayangnya, banyak orang-orang yang tidak mengerti []
Aku dan Saya
Friday, July 14, 2017
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment