Fragmen #1
Bus
Oktober lalu saya berangkat ke Medan untuk tes IELTS dengan
menumpang Bus Putra Pelangi. Ongkosnya 180 ribu. Saya suka naik Pelangi karena supirnya
terkenal tidak suka ngebut dan cukup waras untuk mampir di warung sate matang,
di kawasan Bireuen. Walaupun bus sampai di sana sekitar pukul 2 atau 3 dini
hari, kantuk tidak mampu menghapus rasa lapar lidah saya untuk menikmati sate
matang yang asli. Di Banda Aceh tidak ada warung yang rasanya benar-benar sama
dengan yang ada di Matang. Ada yang pas potongan dagingnya (saya berbicara
tingkat ketebalan), tidak enak kuah sotonya. Ada yang oke soto dan dagingnya,
kurang lezat kuah kacangnya. Ada yang enak semuanya, kecil porsinya. Intinya
kenikmatan sate matang masih menjadi monopoli Matang sebagai tempat asalnya.
Ngomong-ngomong bus, saya teringat kejadian delapan tahun
yang lalu. Saya pulang ke Kuala Simpang sendirian dengan bus untuk merayakan
Idul Fitri. Saya duduk di kursi nomor 5 dan dari rumah sudah berandai-andai
siapa yang nanti duduk di kursi nomor 6. Dalam beberapa menit jawabannya
muncul: perempuan. Ya, perempuan dengan anaknya yang masih balita.
Saya kira mereka adalah ibu dan anak biasa, hingga perempuan
itu mengeluarkan ponsel dan mulai menelepon sambil menangis. Karena suaranya yang
cukup nyaring, saya bisa mendengar dia berbicara dengan seorang lelaki. Dalam
beberapa menit saya menyimpulkan dia adalah mantan suaminya. Mereka harus
berpisah karena suatu sebab dan ini malam perdana perpisahan itu.
Saya mendadak bingung harus berbuat apa. Apalagi ketika anak
dan ibu itu mulai kompak menangis ketika percakapan mencapai babak akhir. Saya
pun membenamkan muka di pinggir jendela, pura-pura tidur.
Beberapa menit
berusaha tidak peduli, tanpa saya saya sangka perempuan itu mencolek punggung
saya.
Saya menoleh takut-takut.
“Om, tolong jaga anak ini. Saya mau ke toilet.”
Mendadak saya merasa diri seperti aktor utama penyebab
retaknya rumah tangga orang lain.
IELTS
Saya sudah pernah tes IELTS pada tahun 2013 dan mendapatkan
skor 6.0. Kemudian saya ikut tes lagi pada Januari 2015 dan kembali mendapatkan
6.0. Lalu Oktober saya memberanikan lagi untuk tes dan sempat stress
menunggu-nunggu hasilnya.
Sebelum tes, saya melakukan refleksi kegagalan. Sederhana
saja, dalam dua tes sebelumnya saya tidak belajar. Sok gaya.
Alhasil sepulang pembekalan beasiswa, saya bertarung dengan
diri sendiri. Memaksa otak malas saya untuk belajar. Kemalasan tersebut menang beberapa
hari hingga saya sempat frustasi bagaimana bisa mendapatkan husnul khatimah
pada IELTS kali ini. Pada akhirnya, saya menyiasatinya dengan memakai metode
belajar tidak langsung. Saya bergegas ke rumah teman dengan flash disk kosong.
Saya mengopi film yang sangat banyak, di antaranya adalah serial the Big Bang Theory dan Game of Thrones (GoT)—jari saya standby pada tombol skip ketika
menonton GoT. Saya juga rajin membaca artikel bahasa Inggris di beberapa situs
seperti brainpickings.org dan mendengar ceramah di ted.com. Saya mulai menulis
harian dengan bahasa alien (bahasa Inggris dengan kosakata sulit yang saya
sendiri langsung lupa begitu menuliskannya). Malam-malam sebelum tidur, saya
bicara Inggris sendirian dalam gelap. Semua saya lengkapi dengan mengerjakan
soal dari buku Cambridge IELTS. Jika
dihitung-hitung, sehari saya meluangkan sekitar dua belas jam untuk ritual itu.
Hampir muntah.
24 Oktober 2015 tes tersebut berlangsung. Beberapa minggu
kemudian skornya keluar. Saya melihat sambil mengintip. Hasilnya 7.0.
Alhamdulillah. Saya langsung sujud seperti yang dilakukan Demba Ba sewaktu mencetak gol, dan menunjuk langit dengan dua jari seperti Kaka. Tidak
buruk untuk orang bodoh seperti saya.
PMS
PMS adalah premenscholarship syndrome. Ini adalah sidrom
yang menyerang calon penerima beasiswa yang belum jelas di mana kampusnya. Jika PMS
pada perempuan sakitnya di sekitar perut, PMS pada abang sakitnya di dada, dek.
Saya adalah calon penerima beasiswa program Dalam Negeri (belum teken kontrak) pada sebuah lembaga, dengan tujuan Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Pengembangan Kurikulum. Entah
karena suhu Bandung terlalu dingin pagi itu atau karena saya terkejut dipanggil
“AA” oleh perempuan di sana, saya tidak lulus seleksi masuk di jurusan tersebut. Saya diberikan
waktu satu tahun untuk mengonfirmasi kampus.
Satu tahun itu 365 hari dan saya bisa gila jika lama-lama
tidak kuliah. Atas dasar tersebut dan beberapa alasan lain yang lebih akademis,
saya memutuskan tes IELTS lagi agar bisa studi di luar negeri. Setelah mencari
universitas yang menyediakan program yang sesuai dan bermutu, jatuhlah pilihan
pada Monash University dengan jurusan M.Ed in Educational Leadership and
Policy. Dengan menggunakan skor IELTS terbaru saya melamar dan alhamdulillah diterima
tanpa syarat (unconditional LoA).
Tantangan selanjutnya adalah mengajukan surat permohonan
pindah universitas. Saya menulisnya sepenuh hati, penuh harap, dan ketika mengirimkannya
saya mengucapkan bismillah agar berkah. Namun sampai sekarang, pihak pemberi
beasiswa belum memberikan jawaban “ya”, “tidak”, atau “lengkapi lagi ya, dek. Ada
syarat yang kurang tuh.” Agak tidak enak digantungkan seperti ini, walau
untungnya saya sudah biasa dibeginikan (#pukpuk).
Akhirnya, PMS masih berlanjut sampai sekarang. Membuat saya
kadang-kadang uring-uringan, suka marah-marah, makan banyak, dan inginnya
sendirian saja. Saya suka gak enak sama teman atau saudara. Kalau mereka butuh
bantuan atau kawan bercanda (dan PMS-nya kumat), saya tidak bisa memberikan apa-apa. Saya tidak
lagi menjadi orang yang mereka kenal. Maaf ya. Saya hanya butuh pengertian,
cokelat patchi, dan sebaris kata #pukpuk (saya menulis ini sambil tertawa).
Friday, December 18, 2015
by Muhammad Haekal
Categories:
Fragmen,
Kolom
8 comments
Comments (8)
-
Haha.....
renyahnya tambah kuaci,Karl!
nice post :D
Gud luck! -
hahaha. alhamdulillah
makasih, bang :D -
Tq kal infonya. Khusyuk kali aku baca wkwk
-
Sip. sama2.
Thanks -
#pukpukbeneran #pakesendaljepit
-
#pukpuk :P
-
baru ku baca, ku kira fragmen itu semacam kumpulan tulisan lama, rupanya masih berkaitan sama kondisi sekarang. Oh ya, tangal 9 aku kebengkulu, pulang dari sana InsyaAllah tasnya ku balikin haha
-
Hahaha. Oke, sip. Makasih.