Archive for 2018
Kelana
2018. Dan aku telah bersiap-siap untuk berkelana lagi. Kali ini tidak sendiri.
28 tahun akan menjadi sia-sia jika aku hanya menanam diri di sini. Aku memilih pergi dan melihat dunia yang luas ini.
Oktober. Dan waktu terus berlari. Koperku akan segera berisi lagi []
Monday, October 29, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata,
puisi
1 comment
Ekstrovert atau Introvert?
Bagaimana sebenarnya penjelasan konsep ekstrovert dan introvert? Mari kita menyimak video berikut ini.
Sumber video: Accidentally in Life
Tuesday, October 23, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Aceh,
c.s jung,
ekstrovert,
Indonesia,
introvert,
psikologi,
video
Leave a comment
Puisi Kampus
Saturday, October 20, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Aceh,
Indonesia,
kampus,
puisi,
terbit di media
Leave a comment
Akreditasi Kampus dan Kebohongan
- Kurikulum dari setiap program pendidikan.
- Jumlah tenaga pendidik.
- Keadaan mahasiswa.
- Koordinasi pelaksanaan pendidikan, termasuk persiapan sarana dan prasarana.
- Kesiapan administrasi akademik, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga dari perguruan tinggi.
Itulah letak permasalahannya.
Akreditasi yang notabene adalah alat ukur kualitas kampus, di beberapa kampus, justru dimanipulasi prosesnya untuk mendapatkan nilai terbaik (A). Alasan yang seringkali dipakai untuk menjustifikasi hal ini adalah: dengan akreditasi A, kampus akan berpeluang memperoleh lebih banyak mahasiswa baru; alumni akan berkesempatan bekerja di perusahaan/ instansi ternama. Semacam simbiosis mutualisme.
Saya pikir, universitas perlu serius untuk berubah. Saya tahu sebagian akademisi tidak senang dengan praktik ini. Tinggal perlu keberanian untuk berbicara, mengubah hal yang telah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun. Ingatlah bahwa universitas adalah salah satu tempat di mana generasi muda belajar, dan setelah lulus mengisi posisi-posisi pengabdian di tengah masyarakat. Jika terus seperti ini, generasi seperti apa yang sedang kita coba lahirkan? []
by Muhammad Haekal
Categories:
Aceh,
akreditasi,
Indonesia,
Kolom,
universitas
Leave a comment
Generasi Tanpa Kantor di Aceh
Friday, October 19, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Aceh,
generasi milenial,
generasi tanpa kantor,
generasi z,
Kolom
2 comments
Salah Satu Cara Membantu Pemimpin
Wednesday, October 17, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment
Seorang Teman yang Berangkat
Monday, October 15, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment
Belajar Berkata "Tidak"
Saturday, October 13, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment
Rehat
Tuesday, October 2, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata
Leave a comment
Seperti Debu Ditiup Angin
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment
Penjual Buku
Gramedia dan beberapa toko buku kecil memang ada di Banda Aceh. Namun secara pribadi, aku terkadang kesulitan menemukan buku yang 'menarik.' Dulu, di Aceh pernah ada toko buku Dokarim yang digagas Komunitas Tikar Pandan. Namun seiring waktu, ia perlahan surut dan sekarang setahuku, ia tidak lagi menghamparkan lapak. Kesulitan ini pun rasanya dirasakan oleh sebagian orang di Aceh. Inilah salah satu alasanku memilih menjual buku.
Tuesday, June 26, 2018
by Muhammad Haekal
Leave a comment
28
Thursday, May 31, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kata-kata
Leave a comment
Harapan
Tuesday, May 29, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment
Beberapa Hal yang Mengecewakan di Kampus
Persoalan lainnya, barisan dosen luar biasa, seringkali berjalan sendiri-sendiri. Mereka tidak punya keinginan (atau mungkin belum ada yang memulai?) untuk membuat semacam serikat. Alhasil, permasalahan hanya bergulir dari mulut ke mulut secara informal. Tidak ada satu pergerakan untuk melakukan protes atau perlawanan secara terencana dan terorganisasi kepada pihak yang berkuasa. Tak heran, tahun demi tahun berlalu tanpa perubahan.
Klub Stres
Kami kadang-kadang berkumpul di kedai kopi. Membicarakan kemungkinan perubahan yang kecil sekali. Di sela-sela waktu luang yang membentang, kami menginisiasi klub diskusi—kami sendiri sebenarnya belum begitu paham topik-topik pembahasan. Tapi walau hanya satu ayat, itu perlu dibagikan, bukan? Walau hanya menjangkau sedikit sekali orang, kami berharap hal kecil ini dapat membantu orang-orang berpikir jernih. Tidak terus hidup di dalam tempurung.
Beberapa dari kami pernah depresi. Sebagian terpaksa membuat janji dengan psikiater. “Satu-satunya yang belum kupikirkan hanya bunuh diri. Atau mungkin pernah, tapi bukan keinginan yang besar,” kata seorang teman. Sebagian lain memendam frustasinya dengan menertawakan diri sendiri, atau orang lain yang bernasib sama. Ada pula yang gencar bersuara di media—walau ia tahu hal tersebut tidak banyak membantu.
“Yang paling mudah adalah menjadi orang tak peduli,” kata seorang teman. Orang-orang bisa dengan mudah menutup mata dengan apa yang terjadi. Melanjutkan hidup tanpa merasa ada masalah yang terjadi. Orang-orang seperti ini cenderung selamat jiwanya. Namun tentu, mereka tidak bisa menyelamatkan masyarakatnya. Bagaimana ingin menyelamatkan, jika ada-tidaknya masalah saja mereka tidak peduli.
Orang-orang sibuk bekerja, tanpa sejenak berpikir sebenarnya apa yang sedang dialaminya. Terlalu lama hidup dalam ketidakberesan membuat hal-hal itu diterima sebagai peristiwa alamiah atau wajar. Sementara tidak sedikit orang-orang yang tahu, memilih diam. Takut bicara akan menjadi malapetaka yang mengancam isi dompet, asap dapur, reputasi, atau nyawa itu sendiri.
Zaman penuh masalah seperti ini, terlebih lagi hidup di sebuah wilayah yang pernah atau masih disebut sebagai “laboratorium sosial,” memerlukan kesehatan badan, mental, dan pikiran yang kuat. Menjadi waras kemudian adalah cara lain untuk menyebut diri menjadi terasing, kesepian—dan penuh tekanan. Ada kalanya kemudian, menjadi sendiri, bukan pilihan bijak. Selain mudah patah seperti batang lidi yang tunggal, hal tersebut juga tidak baik bagi kesehatan. Berkelompok kemudian menjadi pilihan masuk akal. Setidaknya, kita jadi punya teman bicara: mengeluarkan isi kepala, menenangkan hati, atau paling tidak merasa tidak sendiri []
Sunday, May 27, 2018
by Muhammad Haekal
Categories:
Kolom
Leave a comment